Cerita Dewasa – Seksinya Teman Istri

Cerita Dewasa – Seksinya Teman Istri

Cerita Dewasa – Seksinya Teman Istri

 

Cerita Dewasa – Seksinya Teman Istri

Cerita Dewasa – Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yg masih sangat baru. Belum banyak penghuni yg menempatinya, malahan di gang rumahku (yg terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yg ditempati, yaitu rumahku dan rumah Tora.

Tora juga sudah beristri, namanya Nadia. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 thn. Rumah Tora hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, kami jadi cepat sekali akrab.

Aku dan Tora jadi seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama, catur. Nadia, yang berumur 26 thn, juga sangat dekat dgn istriku, Nina. Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja, dan soal seks juga sering mereka perbincangkan. Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Nina menyuapi Niko, anak kami. Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering “menguping” rumpian mereka dari kamarku.

Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Nadia dan suaminya. Intinya Nadia kurang “happy” soal urusan ranjang ini dgn Tora. Bukannya Tora ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ejakulasi ya sudah, dia tidak peduli dgn istrinya lagi.

Sehingga Nadia sangat jarang mencapai kepuasan dgn Tora. Sebaliknya istriku cerita ke Nadia kalau dia sangat “happy” dgn kehidupan seksnya. Dan memang, sekalipun aku bukan termasuk “pejantan tangguh”, tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku.

Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering Nadia secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dgn tawa ter-kekeh² oleh Nina.

Wajah Nadia cukup cantik, sekalipun tidak secantik istriku memang, tapi bodinya sungguh sempurna, padat berisi. Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Nadia termasuk wanita yang “berani” sekalipun masih dalam batas² kesopanan.

Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengaggumi tubuh Nadia, diluar tahu istriku tentu saja. Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual, sering aku berpikiran kotor begitu. Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dgn akal sehatku.

Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Nina, dan Niko tentu saja, paginya pulang ke rumah orangtuanya di M, karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. filbokepjepang.com Rencananya Sabtu pagi akan akan menyusul ke M. Kesepian di rumah sendirian, setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Tora. Maksud hati ingin mengajak dia main catur, seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.

Rumah Tora sepi² saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu, karena aku pikir mereka sedang pergi. Tapi lamat² aku dengar ada suara TV. Aku ketuk pintu sambil memanggil “Tora .. Tora,” Beberapa saat kemudian terdengar suara gerendel dan pintu terbuka.

Aku sempat termangu sepersekian detik. Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dgn rambut yang masih basah tergerai sebahu. Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dgn belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.

“Eh .. Mas Benny. Masuk Mas,” sapaan ramah Nadia menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Nadia. Sungguh aku belum pernah melihat Nadia secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut, tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

“Nnng … Tora mana Nad?”
“Wah Mas Tora luar kota Mas.”
“Tumben Nad dia tugas luar kota. Kapan pulang?”
“Iya Mas, kebetulan ada acara promosi di Y, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Tora?”
“Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Nina ama Niko ke M.”
“Wah kalo cuman main catur ama Nadia aja Mas.”

Sebetulnya aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah. Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan: “Emang Nadia bisa catur?”

“Eit jangan menghina Mas, biar Nadia cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata Nadia sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.

“Ya bolehlah, aku pengin menjajal Nadia,” kataku dgn nada agak nakal.

Lagi² Nadia tersenyum menjawab godaanku. Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan aku duduk di kursi tamu.

“Sebentar ya Mas, Nadia ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”

Nadia melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang. Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu memnyembunyikan lekuk tubuh Nadia yang begitu padat.

Goyangan kedua puncak pantatnya yg berisi tampak jelas ketika Nadia melangkah. Mataku terus melekat sampai Nadia menghilang di pintu dapur. Buru² aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.

Pas ketika aku selesai menyusun biji catur, Nadia melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Tora kalau lagi main catur. Ketika Nadia membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat.

Darahku berdesir kencang, ternyata Nadia tidak memakai bra! Tampaknya Nadia tak sadar kalau sudah “mentraktir” aku dgn pemandangan yang menggiurkan itu. Dgn wajar di duduk di kursi sofa di seberang meja.

“Siapa jalan duluan Mas?”
“Nadia kan putih, ya jalan duluan dong,” kataku sambil masih ber-debar².

Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar, Nadia cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah Nadia membuat aku harus berpikir keras. Nadia pun tampakya kerepotan dgn langkah²ku.

Beberapa kali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang² dia membungkuk di atas meja yg rendah itu dgn kedua tangannya bertumpu di pinggir meja. photomemek.com Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Konsentrasiku mulai buyar.

Satu dua kali dalam posisi seperti itu Nadia mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya. Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja, dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dgn tangannya, seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini.

Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku. Aku betul² terpesona, sehingga permaian caturku jadi kacau dan dgn mudah ditaklukkan oleh Nadia.

“Cckk cckk cckk Nadia memang hebat, aku ngaku kalah deh.”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab Nadia sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Nadia belum puas nih.” Ada sedikit nada genit di suara Nadia.

Kami main lagi, tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi. Permainan berjalan lbh seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yg sudah “mati” ke lantai.

Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dgn tangan kananku. Rupa²nya Nadia juga melakukan hal yg sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing². Aku melihat ke arah Nadia, dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam.

Jari² tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku. Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Nadia dgn sangat mesra.

Dia sedikit terperanjat dengan “langkah”ku ini, tapi hanya sepersekian detik saja. Matanya masih memejam dan bibirnya yg padat sedikit terbuka dan melenguh pelan,

“oooohhh …”

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Nadia dengan bibirku, dia menyambutnya dgn mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.

Kami saling berciuman dgn posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kulumam bibir Nadia ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dgn permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dgn sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Nadia. Aku bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Nadia. Belum sedetik aku duduk Nadia sudah memeluk aku dan bibirnya yg kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.

Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yg bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini “hot”, bahkan dgn istriku sekalipun. Rasanya seumur hidup kami berciuman begini, sampai akhirnya Nadia agak mengendorkan “serangan”nya.

Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Nadia yang putih jenjang merangsang itu. Rintih kegelian yg keluar dari mulut Nadia dan bau sabun yg harum semakin memompa semangatku.

Ciumanku aku geser ke belakang telinga Nadia, sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya. Nadia semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

“Aaaahhhh … aaaahhhhh,” rintihan pelan yang keluar dari mulut Nadia yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke lehar Nadia. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan menuju puncak buah dada Nadia yg sebelah kanan. Wow … payudara Nadia, yang sedari tadi aku nikmati dgn sapuan mataku, ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari²ku mulai menari di sekitar puting susu Nadia yang sudah tegak menantang.

Dengan ibu jari dan telunjukku aku pelintir lembut puting yang mungil itu. Nadia kembali menggelinjang kegelian, namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun. Dia menolehkan wajahnya ke kiri, dgn mata yang masih terpejam dia melumat bibirku.

Kami kembali berciuman dgn panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya. Reaksi kenikmatan Nadia dia salurkan melalui ciuman yg semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Nadia. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Nadia. Lambat namun pasti, usapan tanganku aku arahkan semakin keatas mendekati pangkal pahanya.

Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Nadia di sekitar bukit kemaluannya, aku menghentikan gerakanku. Tangan kiriku aku kembali turunkan, aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut. Gerakan ini aku ulang beberapa kali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Nadia dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciuman Nadia semakin mengganas pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku. Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu. Entah hanya perasaanku atau memang demikian, aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Nadia.

Dengan jari tengah tangan kiriku, aku tekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan disana.

“Aaahh … Mas Ben … aahhh .. iya .. iya,”

Nadia melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannnya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya. Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Nadia.

Bukitnya menyembul indah, bulu²nya cukup tebal sekalipun tidak panjang bergerombol hanya di bagian atas. Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan. Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yg terhampar di depan mataku ini.

Kemudian jari² tangan kiriku mulai membelai semak² yg terasa sangat lembut itu. Betul² lembut bulu² Nadia, aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini, hampir selembut rambut bayi.

Nadia mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk aku. Tangan kananku dari tadi tak berhenti me-remas² buah dada Nadia yang sangat berisi itu.

Jari²ku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Nadia yang sangat halus itu. Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sediit lembab dan agak berlendir. Aku menyusup lebih dalam lagi sampai aku menemukan klitoris Nadia yg sangat mungil dengan ujung jariku. Dgn gerakan memutar lembut aku usap benda kecil yang nikmat itu.

“Ahhhh … iya … Mas .. Ben … ahhhh .. ahhhh.”

Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Nadia, sambil aku gosokkan naik turun. Nadia meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanyan, namun gerakannya terhalang celana dalam yg masih bertengger di kedua lututnya.

Sejenak aku hentikan gosokan jariku, aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Nadia itu. Nadia membantu dgn mengangkat kaki kirinya sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya. Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Nadia dan gerankan Nadia sudah tak terhalang lagi.

Dgn leluasa Nadia membuka lebar kedua pahanya. Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Nadia yang begitu tebal merangsang, hampir sama tebal dan sensualnya dgn bibir atas Nadia yang masih menciumi leherku. Jariku sekarang leluasa menjelajah seluruh kemaluan Nadia yang sudah sangat licin berlendir itu.

Aku gosok² klitoris Nadia dgn lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek keatas kearah klitorisnya. Aku tahu ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita, tak terkecuali wanita molek yg di sampingku ini. Nadia menggelinjang semakin hebat.

“Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintanya sambil merintih.

Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Nadia.

“Iya … ahhh … iya .. Mas .. Mas .. Mas Ben.”

Nadia sudah lupa apa yang harus dia lakukan. Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak kebelakang, matanya tertutup rapat. Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya tak lagi memelukku.

Tangan kananku pun sudah berhenti bekerja karena merangkul erat Nadia agar dia tidak melorot ke bawah. Daster Nadia sudah terbuka sampai ke perutnya, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Celana dalam Nadia masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya menganngkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan Nadia, yang semakin aku pandang semakin indah itu. Aku sengaja belum nenyentuh bagian dalam lubang surganya.

Kepala Nadia sekarang meng-geleng² kiri kanan dgn liarnya. Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak²an, malah menambah keayuan wajah Nadia.

“Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.”

Aku tahu Nadia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yg sudah sangat basah itu.

Aku sorongkan sampai seluruh jariku tertelan lubang Nadia yang cukup sempit itu. Aku tarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan keatas sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Nadia.

Gerakan ini aku lakukan berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, Tiba² Tubuh Nadia menjadi kaku, kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak kebelakang. Mulutnya terbuka lebar. Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi.

“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh.”

Nadia melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Nadia, dan bersaman dgn itu aku rasakan kehangatan cairan yg menyiram jariku. Nadia telah mencapai orgasmenya. Aku tidak menghentikan gerakan jariku, hanya sedikit mengurangi kecepatannya.

Tubuh Nadia masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yg keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek² yg dia keluarkan lewat mulutnya. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat.

Kemudian tubuh Nadia berangsur melemas, aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dgn sangat perlahan aku cabut dari liang kenikmatan Nadia.

Mata Nadia masih terpejam rapat, bibirnya masih sedikit ternganga. Dgn lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Nadia. Aku cium mesra bibirnya yang sangat sensual itu. Nadia pun menyambut dgn tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yg saling jatuh cinta.

Agak berbeda dgn ciuman yg menggelora seperti sebelumnya.

“Nikmat Nad?” Dgn lembut aku berbisik di telinga Nadia.
“Mas Ben … ah … Nadia blm pernah merasakan kenikmatan seperti tadi .. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter … Makasih Mas … Nina sungguh beruntung punya suami Mas.”
“Aku yg beruntung Nad, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.”
“Ah Mas Ben bisa aja … Nadia jadi malu.”

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama, tapi aku tahu sesungguhnay tak lebih dari 5 menit. Oh, ternyata Nadia wanita yang cepat mencapai orgasme, asal tahu bagaimana caranya. Sungguh tolol dan egois Tora kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini. Aku berpikir dalam hati.

Nadia kemudian sadar akan kondisinya saat itu. Dasternya awut²an, kemaluannya masih terbuka lebar, dan celana dalamnya tersangkut di lutunya. ceritaseksbergambar.com Dia segera duduk tegak, menurunkan dasternya sehingga menutup pangkal pahanya. Gerakan yang sia² sebetulnya karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

“Nadia mau cuci dulu Mas.”
“Aku ikut dong Nad, ntar aku cuciin,” aku menggodanya.
“Ihhh Mas Ben genit.”

Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ka kamarnya. Aku tahu ada kamar mandi kecil disana, sama persis seperti rumahku. Sampai di kamar Nadia aku berkata:

“Aku copot pakaianku dulu ya Nad, biar nggak basah.”

Nadia tdk berkata apa² tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku semantara aku melepaskan kaosku. Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.

Nadia melirik ke arah celana dalamku, atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yg ada di balik celana dalamku. Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Nadia sampai keatas dan Nadia mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas.

Baru sekarang aku bisa melihat dgn jelas tubuh mulus Nadia. Sungguh tubuh wanita yang sempurna, semuanya begitu indah dan proporsional, jauh melampaui khayalanku sebelumnya. Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dgn jelas di hadapanku.

Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dgn ukuran tubuh Nadia yg sexy itu. Putingnya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri. Warna putingnya coklat agak tua, sungguh kontras dgn warna kulit Nadia yg begitu putih.

Perut Nadia sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahanya sangat mulus dan padat, betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa² Nadia sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya. Dgn agak malu² di berkata:

“Mas curang … Nadia udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya.”

Tanpa menunggu reaksiku, Nadia maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku. Aku membantunya dgn melangkah keluar dari celana ku. Tongkat kejantananku yg sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.

Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Nadia, aku maju langusng aku peluk erat tubuh Nadia. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dgn kulit halus tubuh Nadia tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

“Kamu cantik dan seksi sekali Nad.”
“Ah Mas Ben ngeledek aja.”
“Bener kok Nad.”

Sambil berkata demikian aku rangkul Nadia lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi. Aku semprotkan sedikit air dgn shower ke kemauluan Nadia yg masih berlendir itu. Kemudian tangan kananku aku lumuri dgn sabun, aku peluk Nadia dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Nadia dgn lembut.

Rupanya Nadia suka dgn apa yg aku lakukan, dia merapatkan punggungnya ke tubuhku sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya. Dgn gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Nadia dgn sabun.

Nadia mengimbanginya dgn mengggerakkan pinggulnya seirama dgn gerakanku. Gesekan tubuhku dgn kulit halus mulus Nadia seakan membawaku ke puncak surga dunia.

Akhirnya selesai juga aku membantu Nadia mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dgn handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Nadia, betul² halus dan sempurna. Nadia pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Nadia kepuasan sebanyak mungkin malam ini. Aku ingin Nadia merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dgn seorang pria. Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu krn, dari cerita Nadia ke Nina, aku tahu tak ada pria lain yg pernah menyentuhnya kecuali Tora, dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Nadia aku telentangkan, kemudian aku melorot mendekati kakinya. Aku mulai menciumi betisnya, perlahan keatas ke pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya.

“Ahhhhh Mas Ben …. ah .. jangan .. nanti Nadia nggak tahan lagi .. ah.”

Sekalipun mulutnya berkata “jangan” namun Nadia justru membuka kedua pahanya semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutku itu.

“Nikmati saja Nad …. aku akan memberikan apa yg tdk pernah diberikan Tora padamu.”

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Nadia yg sudah menganga lebar. Aku lihat jelas bibir vaginanya yg begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Nadia. Sambil “berciuman” aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Nadia yg merangsang dan wangi itu.

“Ahhhh …. Mas Ben … aaaaahhh .. please .. please.”

Begitu mudahnya kata² Nadia berubah dari “jangan” menjadi “please”. Bibirku aku geser sedikit keatas sehingga menyentuh klitorisnya yg berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya ber-kali². Sekarang Nadia bereaksi tepat seperti yang aku duga.

Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya. Aku segera memegang pantatnya sambil me-remas²nya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Nadia.

“Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh ahhhhh.”

Hanya itu yang keluar dari mulut Nadia menggambarkan apa yg sedang dia rasakan saat ini. Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku, aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Nadia yg begitu mungil, Aku sedot lambat² benda sebesar kacang hijau itu.

“Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.”

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Nadia dgn jari aku tahu pertahanan Nadia tinggal setipis kertas. Lalu aku rubah taktik ku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Nadia, kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.

Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Nadia sejauh yg aku bisa. Sungguh luar biasa respon Nadia. Tubuhnya menegang membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat, kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

“AAAaaaaahhhhh … maaaaaaaaaaaaaassssssss.”

Bersamaan dgn erangan Nadia aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yg keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku. Aku julurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yg bisa aku rasakan.

Tiba² Nadia memberontak, segera menarik aku mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya. Sambil matanya masih terpejam, dia memeluk aku dan langsung mencium bibirku yang masih belepotan dgn lendir kenikmatannya. Aku tahu apa yg dia mau.

Aku biarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yg ada disana. Jari tanganku aku benamkan kedalam vaginanya dan aku gerakkan masuk keluar dgn cepat. Tubuh Nadia kembali menggigil dan vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya.

Kami masih berciuman sampai tubuh Nadia mulai melemas. perlahan aku angkat tangan kananku dari selangkangannya, aku peluk dia dgn lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Nadia.

Tubuh Nadia tergolek lemah seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku. Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

“Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Nadia belum pernah digituin … Mas Ben hebat .. makasih Mas … Nadia hutang banyak ama Mas Ben.”
“Nad aku juga sangat senang kok bisa membuat Nadia puas seperti itu.”

Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Nadia berbinar penuh rasa terima kasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yg luar biasa saat itu. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Penisku masih tegang berdiri, tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Nadia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku biarkan di membersihkan dirinya sendiri. Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yg baru aku alami. Tak berapa lama Nadia sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku. Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu disana.

“Mas Ben pengin diapain?” Nadia bertanya manja.
“Terserah kamu Nad, biasanya ama Tora gimana dong?” Aku coba memancing
“Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Nadia jarang puas ama dia.”
“Oh … terus Nadia penginnya gimana?”
“Ya kayak ama Mas Ben tadi, Nadia puas banget. … Nadia pengin cium punya Mas Ben boleh nggak?”
“Emang Nadia belum pernah?”
“Belum Mas,” agak jengah dia menjawab, “Mas Tora nggak pernah mau.”
“Ya silahkan kalau Nadia mau.”

Tanpa menunggu komando Nadia segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku. Dia pegang batang penisku, dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung.

“Ayo Nad,, aku ngak apa² kok. Kalau Nadia suka, lakuin apa yg Nadia mau.”

Dgn penuh keraguan Nadia mendekatkan mulutnya ke kepala penisku. Pelan² dia buka bibirnya dan memasukkan helmku kedalam mulutnya. Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.

Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yg seharusnya. Rupanya dia benar² belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Dgn lembut aku pegang tangan kiri Nadia. Aku genggam jemarinya yg lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku. Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku. Aku gerakkan masuk keluar dgn lambat sambil sesekali aku jilat dgn lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.

Nadia segera paham bahwa aku sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yg dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktekkan apa yg aku lakukan dgn jarinya.

Batang penisku dimasukkan kedalam mulutnya, kemudian kepalanya di-angguk²kan sehingga senjataku tergesek keluar masuk mulutnya yg sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan “pelayanan” yg diberikan Nadia kepadaku.

Semakin lama dia semakin tenang dan tdk kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya. Wow .. dlm sekejap Nadia sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Nadia sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yg dia lakukan dgn mulut dan lidahnya. Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.

Sesekali dia hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Nadia.

“Gimana Nad rasanya?”
“Mas… Nadia merasakan rangsangan yg luar biasa, Penisnya Mas enak .. Nadia suka.”

Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Nadia langsung tahu harus bagaimana. Dia duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali menghisap penisku. Kepalanya tetap digerakkan maju mundur. Dan sekarang dia menemukan cara baru. dia menjepit batang penisku diantara kedua bibirnya yg terkatup.

Kemudian dia meng-angguk²kan kepalanya. Wow … sungguh Nadia cepat belajar dalam hal beginian. Batang dan kepala penisku dia gesek degn bibir tebalnya yg terkatup. Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju mundur.

“Ohhh Nad …. mulutmu enak sekali … terus Nad.”
“Mas Ben suka? Nina sering ya giniin Mas Ben?”
“Iya Nad … tapi aku lebih suka kamu … bibirmu seksi sekali .. ooohhh Nad .. Nina juga suka .. isep bolaku dan jilati semuanya Nad .. ohhh.”

Nadia rupanya nggak mau kalah, dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan menghisap bola kembarku. Tangannya sambil mengocok batang kelakianku.

Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Nadia dan aku usap kepalanya. Nadia suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dgn lidahnya. Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali tidur telentang dan Nadia aku minta merangkak diatasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salah satu favoritku. Nadia sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex.

Dia segera mengulum batang penisku, aku pun mulai menjilati baginanya. Dengan posisi ini liang kenikmatan Nadia sangat terbuka dihadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dgn bibir dan lidahku.

Aku jilat dan hisap klitoris Nadia yg sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya. Sesekali aku cuimi bibir vaginanya yang begitu merangsang. Nadia pun tak mau kalah, dia melakukan segala cara yg dia tahu terhadap tongkat kejantananku. Dia mainkan pakai lidah, dia kocok sambil dia hisap, dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.

Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Nadia sudah tdk bisa menahan lagi, Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian, namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku me-nusuk² liang kenikmatannya. Akhirnya Nadia sampai juga di puncak nikmatnya.

Tubuhnya menegang, gerakan anggukan kepalanya sambil menghisap penisku semakin menggila. Tubuhnya gemetaran tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya. Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dgn jariku. Tubuh Nadia tiba² mematung dan aku rasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Nadia dgn mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.

Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Nadia. Otot Nadia sudah agak mengendur juga. Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dgn mulut dan lidahnya ke penisku. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, Nadia mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.

Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Nadia dan mulai membelai dan meremas lembut. Nadia menanggapinya dgn sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Nadia.

Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Nadia kembali gemetaran. Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam munggkin ke dalam guanya yg merangsang.

Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol. Nadia mempercepat gerakan kepalanya dan akupun menghisap makin kuat vaginanya. Aku sudah tak kuat menahan amarah spermaku dan …

“Croooottsss crooots croots.”

Lahar hangatku menyembur didalam mulut Nadia. Untuk sedetik Nadia agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.

“Croots .. croots.”

Sisa maniku kembali menyembur, dan kali ini Nadia menyambutnya dgn hisapan kuat di penisku, seakan ingin menyedot apa yg masih tersisa didalam sana. Aku merasakan nikmat yg luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Nadia.

Rupanya Nadia juga sudah hampir mancapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai. Akhirnya sekali lagi tubuh Nadia menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya. Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yg segera aku telan.

Beberapa saat kemudian, dgn enggan Nadia bangkit dan berbaring telentang disampingku. Penisku, walaupun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Nadia memelukku dgn manja dan kami berciuman dgn mesra.

“Nad … gimana? .. puas? … sorry tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu.”
“Nadia puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho …. Nadia suka sperma Mas Ben … asin² gimana gitu. Kapan² boleh minta lagi dong Mas,” Nadia mulai keluar kenesnya.
“Boleh aja Nad ,,, asal disisain buat Nina .. hehehe,”

Nadia mencubit genit lenganku.

“Ihhh … Mas Ben … paling bisa deh … emang Mas sering gaya gituan dgn Nina?”

Aku tahu Nina juga sering bercerita soal kegiatan sex kami ke Nadia jadi aku yakin Nadia sudah tahu juga.

“Enggak lah … ini baru pertama dgn kamu Nad.”
“Ah Mas bohong .. Nina kan sering cerita ke Nadia, katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam² Nadia pengin main ama Mas.”
“Udah kesampian kan keinginanmu Nad.”
“Iya sih … tapi Mas jangan marah ya … Nadia sering bayangin kita main bertiga dgn Nina .. Mas mau nggak?”

Kaget juga kau mendengar keinginan Nadia ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dgn Nina dan Nadia sekaligus. Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dgn Nina. Bisa pecah Perang Dunia III, lagi pula itu kan hanya fantasi liar saja.

“Mau sih Nad .. tapi kan nggak mungkin … Nina pasti marah besar.”
“Iya ya … Nina kan orangnya agak alim.”

Kami terus berbincang hal² demikian sampai kira² 10 menit. Kemudian dgn malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Aku jadi semakin mengagumi tubuh Nadia. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Nadia, Tak bosan²nya aku meremas dan mengusap buah dadanya yg sangat segar itu. Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Nadia dgn ciumanku. Tak sampai disitu saja, mulutku mulai aku arahkan ke dada Nadia.

Buah dadanya yg tegak mulai aku cium dan aku gigit² lembut. Nadia sangat menyukai apa yg aku lakukan.

“Ahhhh … iya Mas …. disitu Mas … ahhhhh Nadia terangsang Mas.”

Lidahku menjilati puting susunya yg mungil dan keras itu. Nadia semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yg masih agak lemas.

Dia permainkan penisku dgn jari²nya yg lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Nadia dgn lembut mengocok tongkat kelakianku.

Sambil masih mengulum putingnya, tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Nadia. Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Nadia sembari aku gerakkan memutar. Dia juga menimpali dgn menggoyangkan pantatnya dgn gerakan memutar yg seirama.

“Mas …. aaahhhh Mas …. enak Mas … ahhh terus … iya.”

Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya. Akhirnya aku terpaksa melepaskan hisapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya. Nadia terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yg sudah tegak menantang. Tangan kiriku aku tampatkan dibelakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yg agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.

“Oooh Nad … enak Nad … aku suka Nad …”

Aku pun menggerakkan pantatku maju mundur. Nadia membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya ter-gesek² lidahnya. Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.

Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Nadia. Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit diantara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Nadia.

“Ahhh Mas … Nadia nggak tahan Mas … ahhhhh .. iya …. aaahhhh.”

Aku segera merubah posisi. Kedua tangan Nadia aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya. Aku angkat pahanya sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas. Nadia menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya. Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Nadia. Penisku aku arahkan ke lubang yg sudah menganga itu.

Aku tusukan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan disana. kemudian dgn tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Nadia.

“Maassss .. ahhhhh … nggak tahan … ayo … ahhhhhh.”

Aku sengaja tdk mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Nadia. Aku gesek²an kepala penisku ke klitoris Nadia. Dia semakin menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul Nadia bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme apalagi ini dgn kepala penisku, tentu rangsangannya lebih dahsyat.

“Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.”

Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya. Nadia kembali mengalami puncak orgasme hanya dgn gosokan di klitorisnya. Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya kedalam gua kenikmatannya. Aku berbaring telungkup diatas tubuh molek Nadia sambil menumpkan berat badanku di kedua sikuku. Aku cium lembut mulutnya yg masih terbuka sedikit. Nadia membalas ciumanku dan mengulum bibirku.

Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya. Di telinganya aku bisikan:

“Nad … nikmat ya …”
“Oh Mas … Nadia sampai nggak tahan … nikmat Mas ..”

Perlahan dgn gerakan yg sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam lubang senggama Nadia yg sudah basah kuyup. Aku tahu Nadia pasti bisa orgasme lagi dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.

“Ayo Nad …. nikmati lagi … jangan ditahan .. aku akan pelan².”
“Ahhhh .. iya Mas …. Nadia pengin lagi .. ahhhhh.”

Masih dgn sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Nadia yg ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 thn. Buah dada Nadia yg menyembul tegak meng-gesek² dadaku ketika aku turun naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

“Aaaahhhhh … ahhhhhhh … iya … ahhhhh .. Nadia terangsang lagi Mas … iya …. .”

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Nadia menanggapinya dgn memutar pantatnya sehingga penisku rasanya seperti di peras² dalam liang vaginanya. Gerakkan Nadia semakin liar, Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.

“Aaaaahhhhhh …. Mas ….. aaaahhhhhhh”

Aku semakin kencang dan dalam memompa pantatku. Mata Nadia sudah terpejam rapat, kepalanya meng-geleng² liar ke kiri ke kanan seperti yang dia lakukan di sofa tadi. Gerakannya semakin ganas dan …

“Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhhh ………”

Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya. Aku menekan dalam² penisku ke lubang senggamanya. Jelas aku rasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku. Tubuh Nadia maish terbujur kaku.

Aku pun menghentikan seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dgn penisku. Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari kami berdua. Aku memberi kesempatan kepada Nadia untuk menikmati klimaks yg barusan dia dapat.

Akhirnya badan Nadia mulai mengendur. Tangannya membelai lembut kapalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.

“Mas …. Nadia sungguh nikmat …. Mas Ben jago deh … Mas belum keluar ya?”
“Jangan pikirkan aku Nad …. yang penting Nadia bisa menikmati kepuasan.”

Kemudian dgn lambat aku mulai memompa lagi. Liang senggama Nadia terasa sangat licin dan agak sedikit longgar. Selama beberapa saat aku terus memompa lambat².

“Aaaahhhhhh … iya .. iya …. Mas …. Nadia mau lagi .. iya … ahhhh”

Nadia kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai men-desah² penuh kenikmatan.Aku cabut batang kemaluanku dari vagina Nadia. Aku lalu berbaring telentang di sebelahnya.

“Kamu diatas Nad.”

Nadia segera berjongkok diatas selangkanganku, Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Nadia kemudian duduk diatas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya. Pantatnya mulai bergerak maju mundur.

“Ayo Nad … kamu sekarang yg atur .. ohhh iya nikmat Nad.”

Nadia semakin bersemangat memajumundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah dihadapanku. Secara reflek kedua tanganku meremas bukit daging yg mulus itu. Tangan Nadia dia letakkan dibelakang pantatnya sehingga tubuhnya agak meliuk kebelakang membuat dadanya semakin membusung.

“Ohhh Nad … susumu sexy sekali … terus Nad … ohhhh … lebih keras Nad.”
“Aaaaahhhh Mas … Nadia sudah mau sampai lagi … ahhhhh ahhhhhh Mas”
“Ayo Nad …. terus Nad … cepat …. ohhhhh iya .. iya Nad … memekmu enak sekali.”
“Mas .. ahhhh … Nadia nggak tahan … puasi Nadia lagi mas .. ahhhh.”

Gerakan pantat Nadia semakin cepat dan semakin cepat. Aku merasa penisku ter-gesek² dinding vagina Nadia yg sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.

“Nad … oooohhhh Nad …. aku nggak tahan … ohhh Nad …. enak … enak.”
“Ahhhh … ayo .. Mas ….. Nadia juga udah nggak tahan … sekarang mas .. ahhh sekarang.”

Tepat pada detik itu bendunganku ambrol tak mampu menahan terjangan spermaku yg menyemprot kuat.

“Oooooooohhhhhhh Nad ….. crooots crooots croots”
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas …. ahhhhhhhhhhh ..”

Kami mencapai puncak kenikmatan ber-sama². Penisku terasa hangat dan aku yakin Nadia juga merasakan hal yg sama di dalam vaginanya. Nadia masih duduk diatasku tapi sudah kaku tak bergerak. Vaginanya dihujamkan dalam melahap seluruh batang kemaluanku.

“Oooohhh Nad …. nikmat sekali .. makasih Nad .. kamu pinter membuat aku puas.”

Akugapai tubuh Nadia dan aku tarik menelungkup diatas tubuhku. Buah dadanya yg masih keras menghimpit dadaku. Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.

“Mas … ahhhhh … Nadia sungguh puas Mas … ”

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.

Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua, kami memadu kasih beberapa kali lagi. Atau lebih tepatnya Nadia mengalami orgasme beberapa kali lagi sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi,

Segala gaya kami coba, bahkan aku sempat “membimbing” Nadia untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari²nya yg lentik itu. Aku betul² puas dan senang bisa membuat wanita secantik Nadia bisa mencapai sekian kali orgasme.

Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Nadia. Sebetulnya Nadia meminta aku bisa bermalam menemani dia, tatapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta. Maaf Nina, aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu, Nadia..,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account