Ngentot Aditya Wardani
Presenter Aditya Wardhani, wanita ini sungguh sangat memukau lelaki dengan bentuk tubuhnya yang sangat menggiurkan, Aditya Wardhani mempunyai postur tubuh yang sangat sintal dengan ukuran buah dada yang sangat besar, besaran telapak tanganku dipastikan tidak akan muat, setelah pensiun dan jadi produser dari acara yang pernah dibintangi, kini wanita itu seolah tenggelam dalam dunia presenter, namun aku sudah lama mengidamkan wanita ini, aku sering masturbasi dengan membayangkan Aditya Wardhani, sudah berbulan bulan aku mencari kontaknya ketika kantor temanku membutuhkan tenagaku, hmmmm ! Aku ingin bercinta dengannya. Kemolekan tubuhnya, buah dadanya yang sangat membusung padat, ingin penisku bermain di buah dadanya. Aku mengenalnya ketika mengkontaknya karena butuh pandangan dia dalam dunia televisi dengan iklan, di mana aku diminta temanku agar menemui Aditya Wardhani di rumahnya. Aku menemuinya ketika Aditya Wardhani sedang duduk membaca koran, memakai pakaian warna ungu dan kontras benar dengan ukuran buah dadanya yang besar.
“Selamat Pagi “ sapaku ketika aku datang ke rumahnya.
“Selamat Pagi juga “ sapanya ramah
Kuutarakan maksud tujuanku dan Aditya Wardhani hanya mendengar saja. Ketika aku mempresentasikan apa yang aku ketahui Aditya Wardhani langsung berujar karena sebuah terobosan
“Mas … kalo begitu Mas .. gabung saja … ntar masalah bayaran bisa saya atur “
“Tapi saya khan masih bekerja di tempat asal saya “
“Nggak masalah … kantor anda khan hanya menawarkan iklan dan pendanaan, tugas anda khan menggantikan … jadi lebih baik anda gabung saja … “
“Baik Mbak Wardhani … akan saya pertimbangkan “
“Oke … ndak buru buru khan … ?”
“Nggak juga … “
Minumanku sudah habis, Aditya Wardhani kembali masuk ke rumah dan kembali membawa teko teh, ketika menuangkan teh itu ke gelasku, mataku takjub dengan pandangan di depanku, besaran buah dadanya sungguh menggiurkan, tanganku sangat gatal ingin meremas remasnya, namun karena situasi yang seperti itu rasanya tak mungkin kulakukan, penisku sendiri sudah ngaceng dan aku tak tahu kalo Aditya Wardhani memperhatikan selakanganku yang berubah, dia hanya mesam mesem saja. Malah Aditya Wardhani memintaku untuk meminum lagi dan dituangkan sekali lagi dengan memamerkan buah dadanya.
“Alamak …. pandangan gratis “
Aku pulang dengan perasaan kecewa, ya kutinggalkan rumah Aditya Wardhani dengan perasaan gundah gulana, dewiku kini tak bisa kupandang langsung lagi, lusa aku harus datang ke kantornya untuk wawancara dengannya. Namun belum sampai rumah aku sudah di sms, agar mau bergabung, aku menjawab, butuh waktu mikir. Malah Aditya Wardhani malamnya ngobrol denganku lewat telepon
Lusa aku datang terlambat karena macet karena ada demo, Aditya Wardhani sudah menelpon dan aku masih terjebak di jalan, Aditya Wardhani hanya tertawa saja
“Payah sih Mbak Dhani ini .. “
“Nggak sih …. ya dah aku tunggu deh .. selamat bermacet ria “
“Ntar aku cium lho “ godaku
“Coba kalo berani .. “ tantangnya
“Palingan lari … “
“Lari kemana .. lha wong aku nunggu kok .. “
“Oke deh … jian demo kunyuk beneran nih .. sudah demo masih nadah minta sumbangan pula “
“Kasih saja rokok sebatang … kalo duit ntar dikorupsi … “
“Lha rokokku cuma sebatang nih “ ujarku jujur karena dalam bungkus rokoku tinggal sebatang
Aditya Wardhani tertawa keras.
“Jorok lu .. ngomongnya “
“Jorok gimana .. benar nih .. rokok dalam bungkusku tinggal sebatang … “ ujarku dengan nada serius
“Kirain yang punyamu itu .. “ ujarnya dengan tawa cekikikan
“Dasar pikirannya ngeres .. “
Aku terkesiap dengan kataku, kalo cewek dah ngeres lebih gampang dirayu untuk diajak berselingkuh. Aku sampai di kantor Aditya Wardhani terlambat dua jam, aku datang dengan membawa laptop dan beberapa peralatan portable.
Aku masuk ke kantor Aditya Wardhani setelah melalui pengecekan satpam dan receptionis yang cakep cakep dengan balutan blazer dan rok diatas lutut, mataku melirik kemulusan pahanya, mayan juga anak buah Aditya Wardhani ini, bisa buat pelampiasan kalo tidak mendapatkan Aditya Wardhani.
Aku menunggu di depan kantor Aditya Wardhani, kusandarkan kepalaku lalu diam sebentar. Aditya Wardhani menyapaku
“Selamat siang Mas”
“Selamat siang juga Mbak Dhani “ ujarku terkejut karena Aditya Wardhani yang menyambutku, lalu aku berdiri dan menyalami lalu Aditya Wardhani menarik lenganku untuk mengikuti aku ke ruangan kerjanya, siang itu Aditya Wardhani sangat cantik sekali, masih memamerkan besaran buah dadanya. Sengaja memancingku, aku dan Aditya Wardhani duduk di kursi tamu, rok Aditya Wardhani di atas selutut, ketika menumpangkan kakinya aku sekilas melihat celana dalamnya warna putih, alamak mak .. pahanya benar benar membuatku tidak bisa berkonsentrasi, Aditya Wardhani hanya tersenyum saja.
Aku duduk di sampingnya dan membuka laptopku lalu memberikan beberapa hal yang perlu, mataku tak pernah lepas dari buah dada dan pahanya yang mulus, aku pasti akan puas melayani wanita ini.
“panjang banget masukanmu … sayang saya harus keluar … “
“Kita lanjutkan kapan kapan .. “
“Lusa bisa nggak temuan saya di rumah … selepas pulang kerja “
“Bisa sih … tapi agak gelap .. jadi bisa sekalian dinner gitu “
“Baik … saya siapkan … “
Aku pulang dari kantor Aditya Wardhani, ketika aku keluar dari ruangannya dan hendak lenyap dari kantor itu, Aditya Wardhani masih menatapku, aku memandangnya dan diberi senyum lalu aku lenyap dari pandangannya, kuambil mobilku dan aku beranjak dari situ, kuamati lantai atas, kulihat kini Aditya Wardhani telah berada di jendela melihat mobilku melintas, mataku yang tajam melihat Aditya Wardhani menggigit bibirnya. Entah karena apa… mungkihkah dia terkesima denganku, dengan badan atletis dan mempunyai otak encer dalam bidang komputer, malah sudah bisa menaklukan beberapa artis yang bisa kutiduri, bahkan memeras kekayaannya. Uang semua itu aku simpan, jika suatu saat dari mereka miskin aku akan mengembalikan uang itu, aku mendepositokan uang itu, bunganya aku pakai sendiri.
Aku datang ke rumah Aditya Wardhani sendirian, aku tak diberitahu kalo Aditya Wardhani juga di rumah sendiri, aku datang membawa bunga sebagai rasa terima kasih. Aditya Wardhani menerima kedatanganku dengan pakaiannya sangat seksi, mengundang birahiku, belahan dadanya tercetak jelas dengan pakaian atas dan dibalut dengan rok pendek. Bahkan aku meyakini di balik pakaiannya itu tidak menggunakan BH. Sial dah ! dia mau menjebakku .. siapa takut !
Kami makan malam sambil ngobrol ke sana kemari, aku lelah menerangkan semua hal kepada Aditya Wardhani. Ruangan tengah dengan alunan musik ringan membuatku terasa sangat betah. Aku ditinggalkannya di ruang tengah dan Aditya Wardhani masuk ke kamarnya, aku hanya berdiri melihat sebuah lukisan dipajang di dinding, aku tak tahu ketika aku memutar tubuhku ke kanan, kulihat pandangannya yang membuatku hampir copot jantungku. Aditya Wardhani sudah berganti daster namun dasternya tidak dipakai secara benar, memamerkan buah dadanya sebelah kanan dan pahanya yang mulus.
“Han … “ sapanya dengan mendesah
Penisku terasa sakit terjepit, jarakku dengan Aditya Wardhani cuma 2 meter, sehingga aku mendekat
“Kau memang benar benar nakal, mencuri curi memandang buah dadaku selama ini “
Aku tak menjawab dan langung saja memeluknya dan bibirku kuarahkan ke bibir Aditya Wardhani, Aditya Wardhani menyabut ciuman bibirku, tanganku sebelah kanan masuk ke belakang dan meremas pantat Aditya Wardhani, kelembutan pantatnya yang sungguh menggemaskan dan malam ini akan kunikmati. Oh … Aditya Wardhani … betapa aku merindukan ini
Kami berciuman bibir di muka pintu kamar Aditya Wardhani, tanganku semakin nakal naik ke atas dan menarik daster dari pundaknya, lalu langsung meremas remas buah dadanya yang besar itu, kami masih tetap saling melumat, pagutan demi pagutan semakin bernafsu, tangan Aditya Wardhani meremas penisku yang sudah ereksi di balik celana panjangku.
“Han .. malam ini akan menjadi milik kita … “ ujarnya genit menarik tanganku masuk ke dalam dan menutupnya dengan kaki. Dibuangnya daster itu, dan pandangan sangat indah tersaji di depanku. Tubuh seksi Aditya Wardhani telanjang bulat di depanku, berdiri memegang tanganku.
“Kau benar benar membuatku gila Mbak … “
“Puasi aku malam ini … “
Kudorong tubuhnya dan dia jatuh ke ranjang yang empuk itu, ranjang yang menjadi saksi akan pergumulan kami. Kubuka bajuku, kaosku serta celana panjangnyaku. Aditya Wardhani memamerkan vaginanya yang nyempluk itu, jembutnya sedikit lebat, pahanya yang mulus serta meremas sendiri buah dadanya yang membusung padat. Indah sekali wanita ini.
Ketika aku hendak maju, Aditya Wardhani menahan tubuhku
“Buka CD .. seberapa besar punyamu “
Kubuka CDku yang sudah ereksi, penisku besarku ngaceng sekali. Aditya Wardhani tersenyum.
“Besar juga Han … “ ujarnya memuji penisku dan menggenggamnya, Aditya Wardhani langsung menindihnya, kulumat bibirnya dan kami laing memilin menggunakan lidah, kami saling menghisap air liur, tangan kananku meremas remas buah dadanya, lalu aku menyusuri jenjang lehernya lalu menuju ke buah dadanya lalu menyusui ke putting buah dada Aditya Wardhani, besar puntingnya berwarna cokal, kusedot sedot dan tangan sebelah kiriku meremas remas buah dadanya sebelah kiri.
“Oh … Han .. terus Han … terus … “
“Akan kupuasi kau Mbak … “
Aku kembali bermain dengan buah dadanya, penisku dikocok kocok oleh Aditya Wardhani. Kuhentikan aktifitasku, dan duduk, kutarik tubuh Aditya Wardhani agar duduk.
“Kulum kontolku Mbak “ pintaku
Aditya Wardhani tersenyum lalu mengubah posisi menjadi nungging di depanku, penisku langsung dijilati dengan rakus, jilatannya membuat aku menahan sensasi birahi, dari ujung penisku dijliati lalu dimasukan ke dalam mulutnya, lalu mengocoknya lagi, penisku sudah amblas dalam mulut Aditya Wardhani, tanganku tak tinggal diam, meremas buah dadanya yang menggantung sangat indah, besar juga dan aku tak bisa meremas seluruh bagian dadanya. Aku bak disetrum ribuan volt, sedotan pada penisku membuat aku terhisap
“Oh . Mbak Aditya .. enak Mbak .. enak “
Aku masih bermain dengan buah dadanya, tangan kiri ke belakang dan meremas pantatnya. Dipandangnya wajahku setelah melepas kuluman pada penisku
“Aku merindukan sperti ini, sayang … “ ujarnya genit
Kudorong tubuhnya agar telentang, kuangkat kakinya, vaginanya sudah sangat becek, kini kakinya mengangkang, aku langsung menyerbu vaginanya.
“Oh .. Han … auh …. “Aditya Wardhani hanya bisa mendesah dan meringis penuh kenimatan, tubuhnya oleng kesana kemari bak cacing kepanasan. Kujilati vaginanya dengan lidahku dan kusibakan labia mayoranya, kusedot lubang vagina itu dengan mulutku, setiap sedotanku tubuh Aditya Wardhani melengkung menahan birahi. Kusambut lengkungan tubuhnya dengan meremas buah dadanya.
“Han …. terus …. terus … oh .. enaknya lidahmu, sayang “
Aku menjilati dan menyedot, kelentitnya sudah kukuasai,setiap jilatan pada kelentitnya membuat Aditya Wardhani teriak histeris.
Aku terus mengaduk aduk vagina Aditya Wardhani, tubuh kami sudah basah berkeringat, hampir lebih sepuluh menit aku mengerjai vagina Aditya Wardhani.
“Han .. aku nggak tahan .. aku mau keluar .. Oh .. “ teriaknya sambil meremas sprei, kuberikan tambahan sensasi dengan meremas buah dadanya, kepalanya oleng ke sana kemari
“Oh .. aku …………. Han ………. aku tak kuat “
Dari vaginanya muncrtalah cairan orgasnmenya dan sebagian masuk ke dalam mulutku, sprei basah oleh cairannya, tubuhnya melemas denga nafas ngos ngosan, kutindih dan kucium keningnya lalu diam memberikanw aktu istirahat, namun tanganku masih nakal mengelus elus pahanya. Rangsanganku membuat Aditya Wardhani bangkit kembali, didorongnya tubuhku.
“Masukin Han .. nanti malah sempit “
Kuturuti lalu aku memposisikan diriku, aku bertelepak pada dengkulnku dan mengarahkan penisku ke lubang yang sudah siap tempur itu, penisku masuk sedikti demi sedikit.
“Pelan Han … iya .. tarik lagi .. “
Aku menarik penisku dan memajukan lagi.
“Oh .. jepitanmu benar benar hebat Mbak .. “
Mili demi mili penisku masuk ke dalam vagina Aditya Wardhani, jepitannya sungguh membuatku gemetar di dengkulku, remasan pada penisku serasa mengurut urut
“Aku bisa nggak tahan nih Mbak .. “
“Kalo mau muncrat .. muncratin saja .. aku yakin kau akan memuaskan aku di ronde selanjutnya” hiburnya.
Penisku amblasku juga ke dalam lubang yang sangat becek itu. Aku lalu berposisi meyodoknya
“Oh .. betapa enak sodokanmu, sayang “ ujarnya sambil melayani gerakanku, kusodok sodok dengan tempo bervariasi.
“Oh Han … enak .. enak … “
“Sudah berapa lama kau tak begini Mbak “ ujarku sambil terus menyodoknya, setiap sodokanku, buah dadanya naik turun seirama tubuhnya yang bergoncang. Menit demi menit kami memacu tubuh kami, cucuran keringat, teriakan, desahan, pekikan memenuhi kamar itu. Oh .. betapa puasku bisa mendapatkan wanita ini.
“Han .. kau mau keluar ?” ujarnya ditengah sodokanku
“Iya nih … nggak tahan deh “ ujarku tak karuan
Aku semakin keras menyodoknya, remasan pada penisku semakin hebat, penisku serasa mau hancur dengan diremas dan disedot di dalam vaginanya
“Keluarin di dalam saja “
Kami kembali memacu lagi, aku meremas buah dadanya lalu aku menindihnya, kucari bibirnya dan kulumat, kaki Aditya Wardhani menjepit pinggangku, dan menyisakan tempat untuk menggerakan pantatku. Ciuman bibirku disambut Aditya Wardhani. Kami saling memilin dan memagut.
“Han .. aku nggak tahan .. “ ujarnya menari kepalaku
Aku masih saja menyodoknya lalu aku menaikan badanku dan kini aku bertepak pada tanganku di atas tubuh Aditya Wardhani yang sangat seksi berbalut keringat
“Iya .. aku mau keluar “ racaku
Kupercepat sodokanku, Aditya Wardhani terguncang guncang, ranjang berantakan, bantal berjatuhan ke lantai. Aditya Wardhani bertariak
“Han … aku sampai … ayo bareng .. “ ujarnya
Kusodokan lebih cepat lagi, dadaku terasa sangat panas dan turun ke perut lalu ke selanganku
“Mbak .. iya nih .. “
Detik selanjutnya Aditya Wardhani mencapai orgasmenya, tangannya meremas sprei, kuberikan sodokan untuk menuntaskan ronde percintaan dengan Aditya Wardhani itu, kumuncratkan air maniku ke dalam rahimnya
“Oh .. aku keluar .. “ teriaku lalu aku ambruk menindih tubuh Aditya Wardhani
“Oh …. aku ………….. enak ………………… “Aditya Wardhani berteriak histeris lalu, aku serasa terbang menikmati orgasmeku.
Kami diam dengan nafas tersengal sengal, Aditya Wardhani mengelus elus kepalaku
“Makasih Han … “
“Iya Mbak … kenapa Mbak mau denganku “
“Aku naksir kamu Han … kau sungguh menggodaku “
“Aku minta kapan kapan lagi boleh khan ?”
“Idih .. aku yang minta deh …. jangan bosen main denganku ya “
Kami diam saling memeluk, kugulingkan tubuh Aditya Wardhani dan kini menindihku.
Tubuhnya yang sangat montok itu kini menindihku, penisku masih berada di dalam vagina Aditya Wardhani, penisku yang setengah ngaceng itu terjepit dengan gemasnya masih diremas remas walau tidak sekuat tadi. Tubuhnya sangat basah keringat dan rambutnya acak acakan, matanya serasa sendu dan berat karena kelelahan kugenjot, tubuhnya yang sangat mulus dan buah dadanya yang besar itu mengencet dadaku, membuat sensasi seksku naik kembali, sehingga penisku ngaceng sekali di dalam lubang vagina Aditya Wardhani. Perubahan yang mendadak ini membuat Aditya Wardhani terkejut, ternyata aku cepat naik di banding Aditya Wardhani. Aditya Wardhani menarik kedua kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya dan kini dalam posisi menduduki aku. Buah dadanya yang besar itu kini menjadi santapan sangat empuk karena tanganku semakin mudah untuk meremas-remasnya.
“Sungguh indah sekali buah dadamu Mbak Dhani “ ujarku sambil menggapai buah dadanya yang besar dan meremasnya.
“Iya..sayang… remaslah semaumu “ ujarnya dengan tersenyum genit.
Kuremas remas buah dadanya sepuasku, kedua buah dadanya itu aku remas bersamaan untuk menaikan tensi birahi Aditya Wardhani.
“Oh Han .. aku ingin lagi … “
“Iya Mbak Dhani … genjot aku … biar aku bermain di buah dadamu”
Remasan pada penisku naik sehingga aku harus mempertahankan diri dari jepitan dan sedotan serta remasan di vaginanya. Aditya Wardhani lalu bergerak naik turun di atas tubuhku, goyanganya naik turun
“Terus Mbak Dhani .. enak .. “ ujarku meracau
“Iya Han … “ ujarnya sambil bertopang tangan di dadaku, sedang tanganku tetap meremasi kedua buah dadanya. Goyangan Aditya Wardhani tidak hanya naik turun, kadang memutarkan pantatnya sehingga membuat penisku semakin hebat untuk diremas.
Penisku keluar masuk vagina Aditya Wardhani, membuat gesekan yang sangat nyaring di kamar itu, Aditya Wardhani menengadah ke atas menikmati goyangannya, kadang memberikan ciuman ke bibirku dan naik lagi menggenjot dan aku kembali bermain di buah dadanya, sesekali mengelus elus pahanya yang sangat mulus itu. Menit demi menit Aditya Wardhani menggenjotku, remasan buah dadanya membuatnya seperti mau orgasme.
“Oh Han .. aku mau keluar nih .. “ ujarnya ditengah genjotannya
“Keluarin saja Mbak Dhani, sayang “ kataku singkat sambil terus bermain main dengan pahanya dan bergantian kembali meremas remas.
Belum ada seperempat jam Aditya Wardhani langsung berteriak
“Han .. aku nggak tahan … Oooooooh ……..enaknya kontolmu, sayang “ ujarnya jorok, remasan pada penisku semakin hebat pertanda mau keluar mencapai klimaks.
Aku terus saja memberikan sensasi pada buah dadanya, kutekan tekan puntingnya. Tubuhnya semakin cepat menggenjotku dan semenit kemudian cairan orgasmenya muncrat membasahi penisku dan langsung ambruk menindihku dan kupeluk.
“Aku sampai . sayang .. “ ujarnya kelelahan dengan nafas tersengal sengal.
“Puasi dirimu Mbak Dhani “ ujarku sambil mengelus elus punggungnya, merapikan rambutnya. Kubiarkan wanita dengan rasa puasnya mencapai orgasme. Penisku tetap saja ngaceng dan dijepit dengan remasan yang tidak sekuat lagi. Tubuhnya diam tak bergerak.
“Kau belum keluar lagi,sayang “ katanya dengan pelan
“Belum Mbak .. “ kataku tetap dengan mengelus elus rambutnya, lalu Aditya Wardhani mencium bibirku dengan mesra, kusambut ciuman bibir itu dengan nikmat, lidahnya masuk ke dalam mulutku dan hanya sebentar kemudian berujar
“Boleh aku ke kamar mandi ?”
“Silakan Mbak .. “
Aditya Wardhani mengangkat tubuhnya dan mencabut dari penisku, gesekannya membuat penisku serasa sakit diremas, setelah tercabut sisa cairan lendir menetes, tubuhku menjauh dari aku keluar ranjang lalu masuk ke kamar mandi mencuci diri. Tak lama kemudian kembali lagi setelah mencuci vagina, Aditya Wardhani naik lagi ke ranjang dan kini posisinya membelakangi aku, sedang aku sudah dalam posisi duduk dengan kaki berselonjor. Aditya Wardhani memegang penisku dan dimasukan ke dalam lubangnya vaginanya yang masih merekah, penisku langsung amblas disertai pekikan kami. Kugapai buah dadanya lalu ke remas remas. Posisi yang sangat kusukai karena aku bisa bermain bebas dengan buah dadanya dan bisa melumat bibirnya sambil memutarkan kepalanya. Disambutnya bibirku dan kami bermain dengan posisi tersebut. Aditya Wardhani kembali menghujamkan pantatnya naik turun di pangkuanku.
“Oh .. Mbak Dhani .. Oh .. enaknya tubuhmu “
“Iya Han .. penismu benar benar hebat .. Oh .. “ujarnya dengan nafas tak karuan karena aku keras sekali meremas remas buah dadanya yang sangat besar itu.
“Han .. keluarkan air manimu ya .. semprot aku “
“Iya Mbak… iya “ kataku sambil bermain dengan meremas dan memijit mijit bagian atas vagina Aditya Wardhani.
Aditya Wardhani semakin keras menggenjotku dan aku serasa sangat kelelahan, kami terus bermain dalam posisi itu, sudah lebih 10 menit Aditya Wardhani menggenjotku, penisku serasa jebol diperlakukan demikian.
Plok ! plok ! plok ! plok .. demikian bunyi keciplak alat kelamin kami.
Aditya Wardhani masih tetap menggenjot disertai desahan, rintihan, dan desisan yang membuatku semakin bernafsu untuk menyelesaikan ronde ini.
Bunyi keciplak, remasan pada buah dadanya di tanganku, membuat Aditya Wardhani semakin liar menggenjotku, tangannya yang memegang pahaku untuk menahan beban membuat aku semakin lama semakian mau menyemprotkan isi buah pelirku.
Jepitannya kini semakin lama semakin keras seperti memluntir.
“Oh .. kau mau keluar Mbak Dhani “ kataku
“Iya .. aku nggak tahan deh .. kontolmu benar benar nakal Han ..”
Aku mengimbagi gerakan Aditya Wardhani dalam menggenjot dengan sangat bernafsu kulumat bibirnya lagi dan meremas remas terus buah dadanya. Selang 5 menit kemudian Aditya Wardhani menengadah kebelakang dan aku menciumi lehernya lalu kembali mengimbangi gerakannya. Lengkungan tubuhnya ke depan kusambut dengan keras meremas buah dadanya lebi keras. Vaginanya memuncratkan cairan orgasmenya, ku cepat sodokanku.
“Oh .. aku keluar Han …sayangku ..”
“Iya .. aku juga … Oh .. betapa bahenolnya kau mbak Dhani “ racauku.
Kusemprotkan air maniku ke dalam lubangnya. Tubuhku lalu lemas lunglai dan aku jatuh ke belakang, Aditya Wardhani juga terjatuh ke belakang dan menindihku, penisku masih di jepit, tubuhku terasa ringan bak kapas menikmati orgasmeku, nafas kami tak beraturan tubuh penuh keringat. Kami terdiam cukup lama.
“Kita istirahat dulu, sayang .. kita lanjuti nanti “ ujarnya sambil meremas tanganku
“Aku sangat senang bermain di buah dadamu Mbak Dhani “
“Lakukan sepuasmu sayang “ ujarnya sambil tersenyum nakal
“Makasih Mbak Dhani “
Kami kembali diam dengan pikiran kami masing masing, waktu masih jam 12 malam.
Kami berdua akhirnya keluar kamar, kupakaikan celana dalam dan kolor pendek, sedang Aditya Wardhani menggunakan daster, kami makan disertai sesekali dengan ciuman mesra. Kami beristirahat sambil menonton televisi, selang sejam kemudian aku ditinggalnya, tak tahan juga aku masuk ke kamar Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya, kubuang celana kolorku karena ada pemandangan merangsang. Aku melihat Aditya Wardhani berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh sintal bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Aditya Wardhani tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan.
“Aahh.., hhmm..,” desah Aditya Wardhani, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya.
Aditya Wardhani terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Aditya Wardhani langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluan yang begitu disukainya itu.
“Oohh.., Mbak Dhani.., oohh..” kini desahanku terdengar menimpali desahan Aditya Wardhani.
Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Aditya Wardhani yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya.
Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Aditya Wardhani yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Aditya Wardhani mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Aditya Wardhani yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Aditya Wardhani semakin tampak terengah-engah merasakannya.
“Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Han.., oohh..!” kini terdengar Aditya Wardhani setengah berteriak.
Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Aditya Wardhani yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Aditya Wardhani yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Aditya Wardhani menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.
Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Aditya Wardhani, sementara itu Aditya Wardhani menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, , membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.
Dibanding milik suaminya, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis suaminya tidak lebih dari setengah ukuran penisku. Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku.
Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain. Aditya Wardhani kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Aditya Wardhani menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan “Sreepp bleess”, penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.
“Ooo.., ehh..,” teriak Aditya Wardhani histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku.
Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Aditya Wardhani yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya.
“Aahh.., .., enaakk..!” balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Aditya Wardhani yang mulai turun naik di atas pinggangku.
Mataku hanya menatap tubuh Aditya Wardhani dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Aditya Wardhani sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku.
“Ohh Han.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Mbak Dhani suka kamu Sayang oohh.., enaknya Han.., kontol kamu enaakk..!” desah Aditya Wardhani sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja.
Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Mbak Dhaniku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat.
“Aauu.., oohh vagina Mbak Dhani juga nikmat, ooh lezatnya oohh Mbak Dhani, oohh goyang terus Mbak Dhani..!”
“Sini tanganmu Sayang, remas susu Mbak Dhani..!” tangan Aditya Wardhani menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami.
Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Aditya Wardhani semakin histeris.
“Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Mbak Dhani Han.., oohh.., nikmat.., oohh Han..”
“Ohh Mbak Dhani.., oohh Mbak Dhani enaknya, goyang terus Mbak Dhani, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Mbak Dhani oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Mbak Dhani oohh..!” teriakku mengiringinya.
Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Aditya Wardhani benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Aditya Wardhani sambil meremasi payudara Aditya Wardhani bergiliran satu per satu.
Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Aditya Wardhani sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Aditya Wardhani berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
“Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Han.., oohh..!” teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya.
Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Aditya Wardhani dan memenuhi rongga vaginanya.
Sesaat aku merasakan vagina Aditya Wardhani menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairan kental dalam liang kemaluan Aditya Wardhani. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Aditya Wardhani yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya.
“Ooohh Han, Mbak Dhani nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?” pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.
“Baiklah Mbak Dhani,” sahutku pendek.
Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Aditya Wardhani dengan mesra.
Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Aditya Wardhani yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Aditya Wardhani yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Aditya Wardhani. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Aditya Wardhani. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi.
Kemudian beberapa saat berlalu, Aditya Wardhani menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Aditya Wardhani meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Mbak Dhani kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Aditya Wardhani. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Aditya Wardhani mulai bangkit kembali.
“Hmm.., Han, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Mbak Dhani puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benar hebat kamu Han..,” puji Aditya Wardhani padaku.
“Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Mbak Dhani, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Mbak Dhani juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Mbak Dhani yang semakin sintal dan montok..”
“Ah kamu bisa aja, Han. Masa sih Mbak Dhani montok, yang bener aja kamu..,”
“Bener lho, Mbak Dhani. Saya begitu senang sama Mbak Dhani belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Mbak Dhani berikan semakin hari semakin hebat saja.”
“Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Mbak Dhani seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Mbak Dhani jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..,” kata Aditya Wardhani sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.
Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Aditya Wardhani yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindih tubuh Aditya Wardhani yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Aditya Wardhani sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.
Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Aditya Wardhani lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Aditya Wardhani sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yang beradu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Aditya Wardhani setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Aditya Wardhani.
Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Aditya Wardhani menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Aditya Wardhani. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Aditya Wardhani kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan kami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Aditya Wardhani mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku.
“Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Han.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Mbak Dhani ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Mbak Dhani.., oohh Sayang oohh,” desah Aditya Wardhani bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku.
Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Aditya Wardhani selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Aditya Wardhani untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Aditya Wardhani berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.
“Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Mbak Dhani ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!” jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
“Oohh Bu.., enaak oohh vagina Mbak Dhani nikmat jepitannya, oohh..!” balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Aditya Wardhani.
Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Aditya Wardhani telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.
“Aawww.., gelii.., Han stop dulu, Mbak Dhani istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Han, kok bisa kayak gini yah..?”
“Habiis Mbak Dhani sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?”
“Nggak tahu ya Han, Mbak Dhani kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Mbak Dhani benar-benar mabuk kepayang..,” kata Aditya Wardhani sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan.
“Sabar Mbak Dhani, saya bangkitkan lagi deh..!” seruku sekenanya.
“Baiklah Han, Mbak Dhani juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Mbak Dhani, biar adil kan..? Sini Mbak Dhani karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..,” lanjut Aditya Wardhani sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya.
Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Aditya Wardhani dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Aditya Wardhani yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Aditya Wardhani yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk.
Sesekali Aditya Wardhani menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli.
“Auuwww.., nikmat Mbak Dhani, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!”
“Mm.., mm..,” Aditya Wardhani hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku.
Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Aditya Wardhani memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Aditya Wardhani jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkan gadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.
Setiap kali aku melakukan senggama dengan Aditya Wardhani, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Aditya Wardhani sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Aditya Wardhani, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku.
Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Aditya Wardhani. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Aditya Wardhani kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Aditya Wardhani yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.
Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Aditya Wardhani.
Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Aditya Wardhani yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
“Aahh.., nikmat Han, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!” teriak Aditya Wardhani sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku.
Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Aditya Wardhani menggapai puncak dua kali itu.
“Oohh.., Mbak Dhani.., vagina Mbak Dhani juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Mbak Dhani oohh, Mbak Dhani, oohh Mbak Dhani cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..,” oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Aditya Wardhani yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami.
Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Aditya Wardhani duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar, sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Aditya Wardhani yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Aditya Wardhani.
“Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Han Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Mbak Dhani ngak mau berhenti sama kamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!”
“Ohh Mbak Dhani, Mbak Dhani juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Mbak Dhani, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Mbak Dhani, ooh Mbak Dhani.., goyang Mbak Dhani juga nikmat sekali, ooh meski Mbak Dhani sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Mbak Dhani, oohh susu Mbak Dhani juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Mbak Dhani..,” balasku memuji Aditya Wardhani.
Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedang kami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Aditya Wardhani, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Aditya Wardhani menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Aditya Wardhani. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku.
“Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Han.. mo Syang.., genjoot.., Mbak Dhani mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!” jeritan keras Aditya Wardhani yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi.
Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.
Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Aditya Wardhani untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Aditya Wardhani sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Aditya Wardhani.
“Ooh Mbak Dhani, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Mbak Dhani sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Mbak Dhani njepit.., enaak..!” teriakku diambang puncak kenikmatannya.
Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Aditya Wardhani terasa semakin sempit dan nikmat. Aditya Wardhani pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.
“Oohh.., aahh.., Mbak Dhani keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Hano..!” teriak Aditya Wardhani mengakhiri permainannya, disaat bersamaan aku juga mengalami hal yang sama.
Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Aditya Wardhani dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya.
“Aahh.., saya keluaarr juga Mbak Dhani Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Mbak Dhani.., oohh.., lezaat.., oohh Aditya Wardhani sayaanng.., oohh Aditya Wardhani.., enaak..!” jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Aditya Wardhani.
Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.
“Han sayang..!” panggil Aditya Wardhani.
“Ya, Mbak Dhani..?”
“Kamu mau kan terus main sama Mbak Dhani..?”
“Maksud Mbak Dhani..?”
“Maksud Mbak Dhani, kamu mau kan terus kencan gini sama Mbak Dhani..?”
“Oh itu, yah jelas dong Mbak Dhani, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Mbak Dhani,” jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Aditya Wardhani.
“Mbak Dhani pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Mbak Dhani selain kamu. suamiku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. suamiku kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar.”
“Yah saya maklum saja Mbak Dhani, tapi Mbak Dhani jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Mbak Dhani, saya juga senang kok main sama Mbak Dhani. Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Mbak Dhani deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Mbak Dhani juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..,” kataku sambil memilin puting susunya.
“Auuw.., Han..! Gelii aahh.., Mbak Dhani udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!” jerit Aditya Wardhani merasakan geli saat aku memilin puting susunya.
Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,