Gadis Tomboi Perawan
- Home
- Cerita sex perawan
- Gadis Tomboi Perawan
| Namaku Indra, seorang mahasiswa dari jogja umurku 21 tahun. Kisah sex ini adalah kisah nyataku yang aku
alami bersama dengan anak tetanggaku sekitar 1 tahun yang lalu. Waktu itu aku masih kuliah dan Ayu, sebut
saja begitu, umurnya masih sekitar 18 tahun dan baru saja lulus dari SMU.
Ayu orangnya supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Maka dari itu semua orang dilingkungan tempat
tinggalku kenal dengan dia. Selain itu juga Ayu aktif dalam berbagai kegiatan dilingkungan kami seperti
halnya karang taruna dan dia selalu terpilih menjadi ketua panitia dalam setiap kegiatan dilingkungan
kami. Sifatnya yang energik itulah yang disukai siapapun. Satu lagi sifat yang sulit dipisahkan darinya
yaitu, dia seorang gadis tomboy, walaupun dia sering marah jika disebut begitu.
Sikap Ayu padaku sudah seperti adikku sendiri. Dia seringkali main ke rumahku untuk sekedar bercengkerama
dengan keluarga kami. Dan juga pada tetangga yang lain dia juga begitu. Karena begitu akrabnya denganku
sehingga dia sering keluar masuk kamarku untuk sekedar membangunkanku dari tidur mengajakku bercanda atau
kadang-kadang dia juga tak segan untuk curhat denganku.
Kebiasaan itulah yang selalu dilakukannya hingga pada suatu saat aku lupa mematikan komputer yang ada di
kamarku setelah aku mengerjakan paper untuk mata kuliah Ilmu Sosial Dasar semalam suntuk. Karena
kelelahan aku tertidur dimuka komputer dan aku tinggalkan komputerku dalam keadaan menyala. Sebagai anak
muda menyimpan gambar-gambar porno dari disket ke disket atau bertukar VCD porno adalah hal yang wajar
diantara aku dan teman-temanku. Rasa khawatirku muncul dan aku bergegas bangun.
“.. Mas, koq komputernya enggak dimatiin sih..?” tanya Ayu sambil menggeser-geser mouse.
Untung saja ia hanya main game solitaire. Aku banting lagi tubuhku yang masih setengah nyawa ke kasur
busa yang ada dilantai.
“.. Iya.. Semalem.. Abis ngerjain tugas.. Aku ketiduran, Yu..” kataku sambil bermalas-malasan dikasur.
“.. Iya.. sudah sana mandi..! Mana bau ih.. sudah sana..!” bentak Ayu sambil bercanda menirukan gaya
Ibuku yang biasa membangunkanku dengan kata-kata itu.
“.. Hoahh..!!” aku menguap sambil menggeliat mengumpulkan nyawa.
“.. Idih.. Baunya kemana-mana.. sudah sana mandi.. mau mandi enggak.. Hah?!” kata Ayu sambil merapat
padaku dan memukul guling ke mukaku..
“.. Aduh.. Duh.. Aduh.. He.. He.. He.. Aduh..!!” aku pura-pura sakit sambil tertawa terkekeh.
“.. sudah.. Sana.. Mandi.. Sana!!” bentak Ayu sambil terus memukul-mukul dengan bantal ke mukaku
Tak tahan diserang bertubi-tubi aku akhirnya menyerah dan bergegas ke kamar mandi sambil mengambil handuk
dan pakaianku. Hari itu hari sabtu jadi aku tak perlu tergesa-gesa karena hari itu hari libur. Ada yang
aneh karena Ayah dan Ibuku yang biasanya ada dirumah kini tidak ada. Setelah itu aku kembali ke kamarku.
“.. Yu.. Ibu sama Ayahku kemana..?” tanyaku pada Ayu
“.. Lho.. Mas.. Koq.. enggak tahu sih..?” Ayu balas bertanya
“.. Nggak.. Ada apa..?” tanyaku lagi..
“.. Ibu sama Ayah Mas.. Tadi pagi sudah berangkat ke Bekasi.. Katanya mau lihat anaknya Mas Robi..”
cerita Ayu.
Mas Robi adalah abangku. Anaknya yang juga adalak keponakanku yang umurnya baru 2 tahun sakit. Ayah dan
Ibuku menengok keponakanku yang adalah cucu mereka juga.
“.. Oh..” aku baru mengerti.“.. Iya.. Nah tadi Ayah sama Ibu Mas Yanto nitip rumah ke aku..” kata Ayu.
“.. Oh..” sahutku.
“.. Ah.. Oh.. Ah.. Oh.. Apanya sih..?!” hardik Ayu sambil bercanda.
“.. Ah.. Nggak..” kataku sambil memperhatikan Ayu.
Wajah Ayu sepertinya biasa-biasa saja. Hanya kulitnya yang putih mulus yang membuatnya terlihat cantik.
Rambutnya yang dipotong pendek semakin membuat ia kelihatan tomboy. Tubuhnya sintal dan padat menyiratkan
kalau ia seksi. Dalam hatiku ingin sekali menikmati tubuhnya itu yang aku rasa lebih nikmat daripada
pelacur kelas kakap sekalipun. Aku atur strategi bagaimana caranya supaya aku bisa menikmati tubuhnya.
“.. Kenapa sih, Mas..?!” tanya Ayu yang membuat lamunanku buyar seketika.
“.. Akh.. Nggak.. Eh.. Ayu sudah sarapan belom..?” tanyaku mengalihkannya.
“.. Kenapa sih.. Mau Ayu buatin yah..?” kata Ayu.“.. Aduh kamu tuh baik sekali sih..” kataku
memujinya.“.. Iya dong.. Siapa dulu dong.. Ayu..” katanya membanggakan diri sambil meinggalkan kamarku.
Aku buka gambar-gambar porno di folderku. cerpensex.com Aku pajang besar-besar untuk memancing Ayu supaya melihatnya.
Aku ingin tahu reaksinya. Tak lama kemudian memanggilku.
“.. Mas sudah tuh..” katanya.
Aku meninggalkan komputerku dalam keadaan gambar terdisplay besar-besar dimonitor. Perkiraanku benar
saja. Ayu kembali ke kamarku. Aku sengaja membiarkannya melihat gambar-gambar porno itu karena ingin tahu
reaksinya. Sementara itu aku sarapan diruang makan. Setelah itu aku kembali ke kamarku.
Tak kusangka dan tak kuduga Ayu ternyata membolak-balik gambar-gambar yang ada difolderku sambil melihat
gambar-gambar yang lain. Aku hanya memperhatikannya dimuka pintu tanpa sepengetahuannya. Aku tak bisa
melihat wajahnya karena ia membelakangiku entah bagaimana mimik mukanya. Perlahan aku dekati dia
berbicara.
“.. Ehm.. Lagi ngapain, Yu..?” tanyaku.
“.. Ehm.. Nggak.. Eh.. Eh.. Aduh.. Maaf.. Yah, Mas.. Eh.. Ayu nggak sengaja.. Maaf sudah buka-buka
foldernya Mas..” kata Ayu.
Ku lihat mukanya merah dan berkeringat.
“.. Ah.. Nggak pa-pa.. Koq.. Itu juga buat ngilangin stress aja..” kataku dengan ringan.
“.. Aduh.. Gimana.. Nih. Maaf yah.. Mas..” kata Ayu memohon maaf padaku.
Padahal aku tahu kalau Ayu malu setengah mati.
“.. Enggak.. Nggak pa-pa.. Koq..” kataku lagi.
Kali ini aku menuntun tangannya yang memegang mouse supaya lebih aktif lagi membuka gambar yang lain. Aku
rasakan keringat dingin yang membasahi tangan Ayu.
“.. Rileks aja oke..” kataku sambil meniup tengkuk leher Ayu.
Teknik ini untuk membangkitkan birahi wanita.
“.. Emh.. Mas..” sahut Ayu.
“.. Tuh lihat.. Ditunggingin gitu terus ditubles deh pantatnya..” kataku mengomentari gambar doggy style.
“.. Ih.. Masak sih.. Mas.. Hiiy.. Jorok.. Ih..!” kata Ayu terkaget-kaget.
Tanganku membimbing tangannya yang memegang mouse untuk melihat gambar selanjutnya. Kali ini gambar
seorang gadis mengulum-ngulum penis pria yang berukuran besar dan panjang.
“.. Kalau yang ini.. Serem.. Ah..” bisikku sambil terus meniup tengkuk lehernya.
“.. Ih.. Jijik.. Ih.. sudah ah, Mas.. Liat yang lain aja..” bisik Ayu
Tanganku terus membimbing tangannya yang memegang mouse hingga gambar berikutnya. Kali ini gambar vagina
yang dijilati oleh pria. Ayu terbelalak.
“.. Tuh.. Dijilatin.. Tuh.. Enak kali yah..?!” bisikku ditelinganya.
“.. Ih.. Apa nggak jijik tuh, Mas..?!” tanya Ayu terheran-heran.
“.. Nggak.. Enak.. Koq.. Liat aja tuh cowoknya ke enakkan gitu..” kataku.
“.. Ih..” Ayu masih terlihat jijik.
“.. Kalau kamu mau.. Mas mau tuh jilatin..” bisikku sambil menawarkan.
“..” Ayu diam saja
“.. Gimana, Yu.. Kamu mau nggak.. Enak koq..” rayuku.
“.. Engh.. Nggak.. Ah..” kata Ayu.
“.. Ih.. Enak.. Enak banget.. Koq, Yu..” rayuku lagi.
“.. Mas.. Nggak jijik..?” tanya Ayu.“.. Nggak sayang.. Malah.. Mas yang keenakan..” rayuku lagi.
“.. Ih.. Eng..” Ayu masih jijik.
“.. Oke deh.. Gimana kalau mulai dengan ini dulu..” kataku sambil mengulum bibirnya dalam-dalam.
“.. Emh..” hanya itu suara yang aku dengar dari mulut Ayu.
Aku yang berdiri dibelakang Ayu kali ini mengulum bibir Ayu dalam-dalam. Ciumanku aku arahkan ke tengkuk
lehernya sambil kujilati tengkuk leher yang putih mulus itu.
“. Emh.. Mas.. Ohh..” hanya itu suara dari mulut Ayu membalas seranganku.
Ciuman dan jilatanku aku arahkan ke dagu dan leher Ayu terus ke bawah. Tapi kausnya masih menghalangi
aksiku.
“.. Ayu.. Bajunya, Mas.. Buka yah..?” bisikan rayuanku.
“.. Emh..” hanya itu suara yang keluar dari mulut Ayu.
Aku tak tahu apakah itu berarti ya atau tidak.
Perlahan-lahan aku tarik bajunya Ayu tak memberontak sedikitpun. Aku teruskan menarik kaus itu hingga
terlepas. Tak ku sia-siakan kesempatan ini sambil terus membuka BH-nya. Aku tarik kancing BH-nya yang
berukuran 36B. Aku lihat tulisan itu pada tanda label pada BH-nya. Kini tubuh Ayu sudah topless dan siap
aku gempur bagian atasnya. Perlahan-lahan aku papah Ayu ke kasur yang ada dilantai kamarku. Aku baringkan
ia dan aku teruskan aksiku tadi.
“.. Ayu.. Mau diterusin enggak nih..” tanyaku.
Aku takut nanti ia melapor pada orangtuanya kalau ia diperkosa.
“.. Engh.. Mmhh.. Main atas aja yah.. Mas.. Sshtt..” pintanya dalam keadaan horny.
Rupanya Ayu sudah beberapa kali main pas foto dengan teman-temannya dulu waktu disekolah. Jadi ia sudah
tak heran lagi dengan yang beginian.
Kali ini bibirku mengulum dan lidahku menjilati buah dada yang bulat dengan puting susu berwarna coklat
kemerahan mengacung ke atas. Aku mengulumnya sambil lidahku memainkan puting susu itu. Tanganku
menggerayangi buah pantatnya yang padat berisi. Aku teruskan dengan membuka celana pendek yang
dikenakannya. Kali ini Ayu agak bertahan. Dia tidak mau menaikkan pinggulnya supaya celananya mudah
diperosotkan. Sementara itu aku melepaskan celana pendek kolorku dan juga kausku hingga aku hanya celana
dalam saja.
“.. Emh.. Jangan.. Mas.. Sshh..” pinta Ayu dalam desahannya.
“.. Gimana.. Mas.. Bisa ngejilatin itunya Ayu..?” tanyaku.
“.. Engh.. Jangan.. Mass.. Sshh.. Main atas aja..” pinta Ayu.
“.. Nggak koq.. Yu.. Mas Cuma mau liat ama jilatin itunya kamu aja.. Mas nggak akan ngapa-apain deh..”
rayuku.
Setelah itu Ayu seperti membolehkanku. Terbukti kali ini ia mengangkat sedikit pinggulnya supaya
celananya bisa diperosotkan. Aku ambil dua sekaligus celana dalam dan celana luarnya sehingga Ayu
langsung telanjang bulat. WOW! Kini tubuh yang selama ini aku idam-idamkan terpampang jelas di depan
mata.
“.. Ih.. Mas.. Tapi Mas.. Jangan yah..” pintanya supaya aku juga tidak telanjang.
“.. Lho.. Kenapa sayang..?” tanyaku.
“.. Engh.. Jangan.. Deh..” pintanya lagi sambil kedua tangannya mencoba menutupi bagian paling
pribadinya.
“.. Kenapa.. Kamu takut..?” tanyaku.
“.. Engh.. Cukup deh.. Gini aja.. Ayu takut, Mas..” katanya dibalik nafasnya yang menderu.
Aku tahu kalau Ayu masih perawan dan aku juga tak mau merusaknya. Hanya ingin memainkannya saja. Aku
perhatikan bentuk tubuh Ayu yang benar-benar indah itu. Buah dada yang bulat dengan puting susu coklat
kemerahan mengacung menantangku. Perut yang mulus putih bersih dan kencang. Paling utama bagian dibawah
perut yang ditutupi bulu-bulu halus. Dibalik bulu halus itu terdapat bongkahan daging merah dengan celah
yang sempit dari situ tersembul seonggok daging kecil seperti kacang merah merekah.
“.. Ayu.. Punya kamu indah.. Banget.. Sayang..” kataku sambil mendekati vaginanya dan langsung
mengulumnya..
“.. Oufh.. Sshhtt.. Engh.. Emh.. Sshtt.. Ough..” Ayu melenguh dan mendesah penuh kenikmatan ketika
bibirku mengulum bibir vaginanya.
“.. Gimana enak.. Kan sayang..?’ bisikku.
“.. Emh.. Sshtt. Ough.. Sshhtt.. Ough.. Sshhtt.. Ough..” suara desahan itulah yang keluar dari mulut Ayu.
Aku kulum-kulum kelentitnya sambil sesekali lidahku menerobos celah sempit dibawah kelentitnya. Aku
julurkan lidahku dalam-dalam hingga lidahku aku merasakan seperti ada yang menghalanginya. Aku semakin
yakin kalau Ayu masih benar-benar perawan. Sementara itu cairan putih bening tak henti-hentinya keluar
dari kelentitnya membasahi lidah dan bibirku. Aku jilat dan aku hisap lalu aku telan cairan kenikmatan
itu seperti halnya aku kehausan.
Cukup lama juga aku menjilati liang vagina itu. Sambil mulutku bermain di liang vaginanya tanganku
melepas celana dalamku. Satu-satunya kain penutup tubuhku yang menutupi batang penisku. Tanpa
sepengetahuannya aku berhasil melepas celana dalamku. Kini tubuhku dan tubuh Ayu sama-sama polos dan
telanjang bulat. Kali ini tinggal Ayu saja yang menentukan apakah boleh atau tidak batang penisku yang
sudah panjang dan keras untuk menerobos liang vaginanya.
Tak lama kemudian nafas Ayu semakin cepat dan mulutnya meracau seperti ingin menjerit.
“.. Auwfh.. Sshtt.. Engh.. Emh.. Augh.. Enaxx.. Mmasshh.. Sshtt.. Ough..” begitu erangnya dan kali ini
aku tahu kalau Ayu sedikit lagi akan mencapai orgasme.
Disini aku atur siasat. Aku hentikan jilatan dan kulumanku ke liang vagina Ayu hingga Ayu hampir sadar.
Wajahnya yang tadi merekah kini perlahan-lahan kembali normal. Ada sedikit kekecewaan diwajah Ayu.
“.. Ayu.. Sayang.. Kamu mau.. Kan..?” tanyaku.
“.. Mas.. Engh.. Ayo dong..” begitu pinta Ayu ditengah-tengah desahan nafasnya yang tersengal.
“.. Iya.. Sayang.. Tapi kamu mau.. Nggak..?” tanyaku lagi.
“.. Iya deh.. Mas.. Ayu mau apa aja yang Mas suruh.. Tapi..” aku melihat Ayu seperti mengiba padaku.
“.. Oke.. Deh.. Punya.. Mas.. Boleh kan dimasukin..?” tanyaku.
“.. Iya.. He.. Eh.. Egh.. Ayo.. Dong..” Ayu meminta padaku.
“.. Ayo.. Apa.. Ayo.. Apa.. Sayang..” tanyaku pura-pura.
“.. Ayu mau yang tadi..” pinta Ayu.
“.. Yang tadi.. Yang mana..?” tanyaku pura-pura.
“.. Engh..” Ayu meminta dengan manja sambil menjambak rambutku dan mengarahkan pada liang vaginanya.
“.. Yang ini sayang.. Emgh.” aku teruskan lagi jilatanku..
“.. Iyah.. Ough.. Emh.. Yesshh.. Ough. Emh.. Sshhtt.. Oufh.. Sshhtt.. Oughh..” begitu desah Ayu menimpali
jilatanku hingga Ayu hampir orgasme lagi dan..
“.. Ayu.. Mas.. Boleh yah.. Masukin..” tanyaku sambil batang kontolku sudah menunggu dibibir vaginanya.
“.. Emggh..” Ayu mendesah sambil matanya terpejam dan siap menerima batang kontolku.
“.. Boleh.. Nggak sayang.. Emh..?” tanyaku sambil memainkan batang kontolku dibibir vaginanya .
“..” Ayu terdiam namun ia sediki mengangkat pinggulnya dan aku langsung siap mencobloskan batang penisku
yang sudah keras dan panjang ini ke liang vaginanya.
Namun baru didorong sedikit batang penisku seperti terpeleset begitu terus menerus hingga..
“.. Augh.. Sshhtt..” Ayu merintih.“.. Dikit.. Lagi. Yah.. Sayang.. Enaxx.. Koq..” rayuku.“.. Augh..
Pelan-pelan.. Mas.. Aduh.. Sshhakit..” rintih Ayu aku lihat sedikit airmata dimatanya.
Aku dorong perlahan-lahan batang penisku hingga
“.. SLEB.. SLEB.. BLESS!!” batang penisku berhasil amblas ke liang vagina Ayu.
Aku diamkan sesaat batang penisku didalam liang vagina Ayu. Aku biarkan otot-otot vagina Ayu supaya
terbiasa dulu dengan batang penisku yang baru saja menerobos liang vaginanya. cerpensex.com Batang penis yang selama
ini belum pernah menerobos liang vagina Ayu kini merintih.
“.. Sshhtt.. Auh.. Sshhtt.. Sakit.. Mas.” aku lihat sedikit airmata dimata Ayu.
“.. Iya.. Sayang.. Aku tahu..
Sebentar lagi enak koq.. Yah..” kataku sambil mengulum bibirnya.
Setelah itu aku liukkan perlahan-lahan pinggulku untuk memainkan batang penisku didalam liang vagina Ayu.
Ayu yang tadi merintih kesakitan kini kembali mendesah penuh kenikmatan.
“.. Oufh.. Sshhtt.. Engh.. Emh.. Sshtt.. Ough..” begitu suara desahan Ayu mengiringi liukan dan terjangan
batang penisku
“.. Ouh.. Yu.. Kamu enaxx.. Banget.. Yu.. Egh..” kataku memuji-mujinya.
Posisi tubuh kami aku atur. Kaki Ayu aku lingkarkan dipinggulku dan kedua kakiku terlipat supaya batang
penisku benar-benar pada posisi yang enak diliang vagina Ayu. Permainan ini terus berlangsung hingga dua
puluh menit kemudian.
“.. Ough.. Eghh.. Ough.. Ough.. Egh.. Emh.. Sshhtt.. Ough.. Shhtt.. Ouggh.. Sshtt.. Ough..” mulut Ayu
mendesah-desah penuh kenikmatan sambil meracau.
“.. Masshhtt.. Augh.. Enaxx.. Banget.. Mmhh.. Sshhtt.. Oughh.. Sshhtt.. Ough.. Shhtt.. Ough..” tangan Ayu
memeluk punggungku erat-erat sambil kedua kakinya mencengkram erat-erat pinggangku.
Ayu sebentar lagi orgasme.
“.. Tenang.. Sayang.. Aku juga bentar lagi.. Koq..” kataku sambil mempercepat liukkan pinggulku dan
akhirnya..
“.. Augh.. Augh.. Aarghh.. Emh.. Emh.. Ouh..” Ayu mengerang panjang dan diakhiri dengan desahan-desahan
lambat.
Aku rasakan otot-otot divaginanya berdenyut-denyut seperti menyedot batang penisku. Diperlakukan begitu,
batang penisku jadi terasa berdenyut-denyut akan ada yang keluar lalu tak lama kemudian.
“.. Oooh.. Ayuu.. Enaxx..” kataku sambil diikuti dengan semburan cairan kenikmatanku menembak dirahimnya.
CROT.. CROT.. CROTT..! batang penisku menyemprotkan cairan sperma penuh kenikmatan. Aku merasakan
denyutan-denyutan yang dahsyat dibatang penisku. Setelah itu bibir kami berpagutan sambil menikmati
sisa-sisa kenikmatan orgasme yang kami rasakan. Perlahan Ayu mengendorkan cengkeramannya dan kembali
rileks.
“.. Makasih banget yah, Yu.. Kamu mau begini sama aku..” kataku sambil membelai rambutnya.
“.. He-eh.. Makasih juga yah, Mas.. Ayu enggak sia-sia kehilangan keperawanan kalau seenak ini..” kata
Ayu yang membuatku kaget.
“.. Jadi kamu nggak nyesel..?” tanyaku.
“.. Nggak.. Eh.. Malah.. Ayu jadi ingin dan ingin terus beginian sama.. Mas..” sahutnya blak-blakan.
“.. Eh.. Bagus deh..” kataku sambil menariknya ke pangkuanku dan kami kembali berciuman.
Lalu setelah cukup terangsang aku dan Ayu kembali bersenggama dengan berbagai posisi. Hari itu tak kurang
dari empat kali kami bersenggama di kamar hingga siangnya kami sama-sama kelelahan lalu tertidur. Sorenya
setelah bangun dari tidur kami mandi berdua dan masih melakukannya di kamar mandi.
Setelah kejadian itu aku dan Ayu masih melakukannya jika ada kesempatan hingga setahun kemudian. Ayu
pindah ke daerah untuk kuliah. Hingga detik ini aku tak tahu bagaimana kabarnya ia sekarang ini.–,,,,,,,,,,,,,,,,,,,