Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam

Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam

Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam

Comments Off on Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam

 


Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam

Cerita Mesum – Sebelum aku melanjutkan cerita seks-ku ini, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Ridho (sebut saja begitu) aku memiliki wajah yang manis (kata istriku), dengan tinggi badan (-+) 175cm dan berat badan (-+)70kg. Aku sudah mempunyai kehidupan rumah tangga yang sangat bahagia, istriku cantik, sexy, dan selalu terlihat menggairahkan.

Dari pernikahan kami hingga kini, kami dikarunia seorang anak laki-laki yang sudah berumur 9 tahun dan seorang anak perempuan yang sudah berumur 4 tahun. Kami sekeluarga tergolong keluarga yang cukup berada dimana pekerjaanku adalah seorang pegawai negri dikota ku dan aku kebetulan mempunyai kedudukan dan jabatan yang lumayan. Dari pekerjaanku ini, aku sanggup memiliki rumah BTN dan mobil kijang walaupun masih credit. (oke langsung saja ke ceritanya).

Kisahku ini berawal dari keisenganku bermain-main api dalam hubungan yang hampir saja kehidupan rumah tanggaku tersapu dan dilalap oleh api hubungan. Aku sendiri tidak menyangka keisenganku bisa keterusan dan memberantakkan hubungan rumah tanggaku. Padahal keisenganku hanya mencoba bermain-main ke sebuah club malam malam. Disana terdapat sangat banyak gadis-gadis cantik berusia remaja dengan tingkah laku yang sangat menggoda imam dan hasrat. Pada dasarnya gadis-gadis ini datang ke club malam malam untuk mencari kesenangan, tapi tidak sedikit juga yang memang khusus untuk mencari pria hidung belang.


Pada saat pertama kalinya aku masuk tempat club malam, sejujurnya aku tertarik dengan seorang gadis yang ada disana. Gadis tersebut memiliki tubuh yang padat dan sintal, kulitnya putih bersih dengan paduan wajah yang putih dan cantik. Perkiraanku umur gadis itu tidak lebih dari 20 tahun dikarenakan dia memiliki wajah baby face. Aku ingin mendekatinya tetapi terdapat keraguan didalam hatiku maka dari itu aku hanya memandangi wajahnya sambil menikmati minuman ringan dan mendengarkan lagu-lagu dengan dentuman house music.

Tidak ku sangka-sangka sama sekali, ternyata gadis itu mengetahui bahwa aku daritadi memperhatikan dia. Dia kemudian tersenyum dan berjalan kearahku dan langsung duduk di sampingku tanpa permisi dan tanpa disuruh. Bahkan tanpa malu-malu dia berani meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja itu membuatku sangat terkejut dengan keberaniannya yang ku anggap sangat menakjubkan ini.

“Sendirian aja nih om ?” sapanya dengan senyuman menggoda.

“Eh iya…” sahutku agak gugup.

“Perlu teman om ?” dia langsung menawarkan diri.

Sontak aku kaget dan tidak bisa menjawab apapun dengan pertanyaannya itu. Sungguh aku tidak tahu kalau gadis ini sungguh sangat pandai dalam hal rayu-merayu. Sehingga aku tidak sanggup menolak ketika dia meminta untuk ditraktir minum. Meskipun baru saja berjumpa tanpa perkenalan dan tanpa basa-basi, sikapnya sudah begitu manja seakan-akan sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke club malam dan baru kali ini juga bertemu dengannya.

Awal-awal memang canggung tapi lama-kelamaan juga sudah terbiasa, bahkan aku mulai berani meraba dan meremas lembut pahanya. Tanpa kuduga di tidak menepiskan tanganku yang pada saat itu meraba dan meremas pahanya. Memang saat itu dia memakai rok pendek sehingga sebagian pahanya terbuka.

Sekitar pukul 01:00 aku baru pulang kerumah, sebenarnya aku tidak biasa pulang selarut ini. Tapi istriku tidak banyak bertanya dan tidak rewel ketika mengetahui aku pulang larut malam. Sepanjang malam itu aku sulit sekali untuk tidur, karena wajah gadis itu masih terngiang-ngiang didalam pikiranku. Manjanya, tingkah lakunya dan senyumnya itu membuatku seperti kembali kemasa remajaku, dimana banyak gadis-gadis cantik dan sexy yang dekat denganku.

Pada keesokkan harinya aku datang lagi ke club malam itu dan ternyata gadis itu juga datang kesana. Ini adalah pertemuan kedua antara aku dan dia, kali ini membuatku tidak lagi merasa canggung bahkan sekarang ini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu benar-benar membuatku lupa dengan anak dan istriku dirumah. Malam itu juga aku bersenang-senang dengan gadis yang seumuran dengan adikku sehingga membuatku pulang menjelang subuh.

Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya dan juga tidak rewel, membuatku kerajingan pergi ke club malam itu. Setiap kali aku datang ke club malam itu pasti selalu gadis itu yang menemani aku duduk dan minum bersama. Dia menyebutkan namanya Nia, tidak tahu kebenaran namanya yang sesungguhnya dan aku sendiri tidak terlalu memperdulikan namanya. Karena menurutku ditempat seperti ini jarang sekali ada wanita yang menyebutkan nama aslinya kepada orang lain.
 
Tapi pada malam itu tidak seperti malam-malam kemarin, tiba-tiba Nia mengajak keluar meninggalkan club malam. Aku menurut saja dan kami berputar-putar mengelilingi kota jakarta dengan mobil kijangku. Tidak tahu kenapa, malam itu aku merasa sangat jenuh sehingga muncul pikiran isengku untuk membawa Nia kesebuah penginapan. Tanpa kuduga ternyata Nia tidak menolak ketika aku masuk ke halaman depan sebuah penginapan. Dia juga tidak menolak ketika aku membimbingnya masuk kedalam kamar yang sudah aku pesan kepada receptionistnya.

 Selagi mempunyai kesempatan keisenganku ini makin menjadi-jadi, langsungku pegang pinggangnya yang ramping. Jari-jariku bergerak menelusuri setiap lekukan tubuhnya yang padat, sexy, dan bohay itu. Tahap demi tahap tanpa membuang banyak waktu, aku turunkan wajahku menuju wajah dan lehernya, seketika itu juga kuhujani dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah sexualnya. Sesaat kemudian aku mendengarkan desahan-desahan kecil dan rintihan tertahan dari bibir mungil Nia pertanda kalau dia sudah diambang oleh gairah sexual yang sudah mengebu-gebu.

Perlahan kubaringan tubuh sintal nan semoknya diatas ranjang perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan kulucuti pakaian Nia. Mulai dari kemeja tak berlengannya kulucuti dengan lembut kancing demi kancing hingga celana hotpantsnya yang sangat pendek, serta BH dan CD-nya turut kulucuti dengan kelembutan. Sehingga sekarang tubuhnya sudah telanjang tanpa sehelai benangpun yang membalut tubuhnya yang padat dan berisi.

Nia mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai menyapu dan mengelitik lehernya yang jenjang. Setelah puas menyapu dan mengelitik lehernya lahan-perlahan kuturunkan lidahku menuju bagian payudaranya yang sekal. Ku sapu dan kutelusuri setiap senti payudaranya, aku cukup lama bermain-main diarea puting payudaranya yang berwarna pink kecolaktan. Tanganku juga tidak kubiarin diam tanpa ada kerjaan, kuelus mulai dari payudaranya turun menuju ke pusar dan akhirnya mampir diselangkangannya yang berbulu halus. Seketika itu juga tubuhnya bergetar setelah jari-jariku memainkan klitorisnya yang sebesar kacang itu. Rasanya perlakuanku terhadap Nia sudah cukup membuat gairahnya berkobar-kobar dan mengelinjang seperti cacing kepanasan.

Secepat kilat langsung kutanggalkan semua pakaian yang masih melekat di badanku. Setelah tidak ada sehelai benangpun yang berada dibadanku, sesegera mungkin ku tuntun tangan halus Nia kearah penisku. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba Nia langsung menatap wajahku saat jari-jari tangannya mengenggam batang penisku yang sudah bergirik tegak. Hanya sebentar jari-jari halus Nia mengenggam batang keperkasaanku ini dan kemudian melepaskannya kembali. Bahkan dia merapatkan pahanya seolah-olah menjaga pagar surga dunianya agar tidak dimasukki.

“Jangan… omm…” desah Nia tertahan ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.

“Kenapa ?” tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.

“Aku… hmm… aku…” Nia tidak bisa meneruskan kata-katanya.

Dia langsung memelukku dan menggigit bahuku sedikit keras, sehingga aku merasakan kesakitan. Ternyata dia tidak sanggup menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh tubuhnya. Saat itu Nia tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi sedikit lipatan pahanya yang menutupi pagar surga dunianya mulai melonggar. Tanpa melepaskan kesempatan ini, aku langsung menambah rangsangan padanya dengan mulai mencium bagian payudara turun keperutnya sambil tanganku perlahan merenggangkan paha putihnya. Setelah pahanya terbuka lebar, aku menatap tepat dibagian vaginanya yang tampak merekah dan melakukan jilatan-jilatan lembut pada vagina dan klitorisnya.

“Egghhh… Sshhh…” erang dan desahnya pelan.

Sekejap itu aku langsung menuntun batang keperkasaanku menuju vaginanya yang sudah merekah. Matanya langsung terpejam saat merasakan penisku yang keras dan hangat itu mencoba menyeruak masuk kedalam lobang vaginanya yang mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat penisku jadi sulit untuk fokus menembus lobang vaginanya. Tapi aku terus berusaha, aku memeluk badannya dengan erat sehingga Nia saat itu tidak bisa leluasa menggerak-gerakan badannya. Saat itu juga aku menekan pinggulku dengan keras agar seranganku tidak gagal lagi.

Akhirnya kepala penisku berhasil masuk kedalam lian vagina Nia yang sempit. Aku langsung menghentakkan pinggulku dengan keras sehingga penisku melesak masuk kedalam liang vagina Nia.

“Aakkhhhh…” pekik Nia tertahan dan wajahnya disembunyikan dibahuku.

Ku tatap wajahnya yang cantik ternyata air matanya berlinang keluar menandakan kesedihan.

“Kamu kenapa nangis ?” tanyaku kepada Nia.

Dia hanya menggelengkan kepala pertanda tidak ada yang terjadi, tapi air matanya terus keluar dari matanya yang indah.

Seketika itu aku merasakan ada keanehan, lalu aku melihat kearah penis dan vaginanya. Ternyata darah segar mengalir keluar melalui vaginanya, segera mungkin langsung kucabut penisku dari vaginanya.

“Kamu masih perawan Nia ?” tanyaku lembut kepadanya.

Dia hanya menganggukan kepalanya pelan.

“Kenapa tidak bilang kepadaku dari awal Nia ?” tanyaku kepadanya dengan nada sedikit tinggi sambil ingin beranjak kekamar mandi.

Tapi dia malahan menahanku untuk tidak beranjak dari kasur.

“Gapapa om… kita lanjutkan saja, lagian semua sudah terjadi” katanya sambil tersenyum.

Mendengarkan hal itu hatiku lebih lega dan aku kembali menuntun penisku menuju lobang vaginanya kembali. Dengan perlahan aku masukkan kembali penisku kedalam vaginanya sambil menciumi bibirnya yang lembut agar dia tidak begitu merasakan sakit ketika penisku masuk kedalam vaginanya. Lalu kudiamkan penisku didalam vagina Nia dan memberi waktu untuk beradaptasi dengan adanya penisku didalam vaginanya.

Setelah melihat wajah Nia lebih tenang dan tidak tampak kesakitan lagi, akupun mulai memaju mundurkan penisku pada vaginanya. Tampaknya Nia sedang merasakan gairahnya sedang mengebu-gebu, karena sekarang Nia mulai mendesah dan mendesis seperti orang kesetanan.

“Ugghhh… Aahhh… Oughhh…” desahannya semakin keras.


Malam itu juga Nia menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya. Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh Nia yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak tangisnya.
 
“Maafkan aku Nia, aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula…” kataku mencoba menghibur.
 
Nia hanya diam saja dan dia melepaskan pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai kekamar mandi dan membuka air. Aku mengetahuinya karena terdengar suara air yang menghantam lantai didalam kamar mandi. Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini sambil bersandar pada kepala pembaringan.
 
Aku menunggu sampai Nia keluar dari kamar mandi, tidak lama kemduian Nia keluar dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut kegadisannya dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Nia duduk disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

Aku memeluk pinggangnya dan menciumi tengkuk dan punggungnya yang putih dan halus. Nia menggeliat sedikit tapi tidak menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan. Setelah kulihat keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.

Secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Nia merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik kembali.

“Pelan-pelan, omm… perih…” rintih Nia tertahan saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar surga dunianya untuk yang kedua kalinya.

Nia menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibir bawahnya sendiri saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.
 
Perlahan tapi pasti Nia mulai mengimbangi gerakan tubuhku, sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Nia memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt. Kali ini Nia mencapai puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya.

Tubuhnya langsung lunglai di pembaringan dan aku merasakan kenikmatan denyutan-denyutan lembut dari dalam vaginanya Nia yang membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini. Hingga akhirnya aku merasakan penisnya mulai berdenyut hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Nia.

Nahh guys itu lah Cerita Mesum Perawan Gadis Club Malam. Ikuti terus postingan cerita dewasa kami yang selanjutnya ya guys.. Salam Crott Crott..,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account