CERITA DEWASA SUPER XXX – Serunya Ngentot Bareng Istri Tetanga

CERITA DEWASA SUPER XXX – Serunya Ngentot Bareng Istri Tetanga

CERITA DEWASA SUPER XXX – Serunya Ngentot Bareng Istri Tetanga

Comments Off on CERITA DEWASA SUPER XXX – Serunya Ngentot Bareng Istri Tetanga

 
CERITA DEWASA SUPER XXX – Serunya Ngentot Bareng Istri Tetanga –  Delvi, 32 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak 3 dan 5 tahun. Suaminya, Herman, 41 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Delvi sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yang sangat terawat. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi enak untuk dipandang, sesuai dengan pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang bulat.
 
Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Herman yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Delvi pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Herman dalam hati Delvi karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Delvi tentang cinta..
 
Suatu siang, Delvi sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Delvi langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Delvi terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Delvi langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Darmawan, anak tetangga depan rumah Delvi kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat YuDelvi li sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Darmawan langsung lari ke arah Delvi .
 
“Kenapa tante?” tanya Darmawan. “Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Wan…” ujar Delvi sambil meringis. “Bantu saya berdiri, Wan…” kata Delvi . “Iya tante,” kata Darmawan sambil memegang tangan Delvi dan dibimbingnya bediri. “Wan, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Delvi . “Iya tante,” kata Darmawan sambil segera menghampiri anak-anak Delvi .
 
Sementara Delvi segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Darmawan mengantarkan anak-anak Delvi ke rumahnya, Delvi sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.
 
“Ada obat merah tidak, tante?” tanya Darmawan. “Ada di dalam, Wan,” kata Delvi . “Kita ke dalam saja…” kata Delvi lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah.
 
Darmawan dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.
 
“Ma, Donny ngantuk,” kata anaknya kepada Delvi . “Tunggu sebentar ya, Wan. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Delvi sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.
Setelah mengantar mereka tidur, Delvi kembali ke tengah rumah.
 
“Mana obat merahnya, tante?” tanya Darmawan. “Di atas sana, Wan…” kata Delvi sambil menunjuk kotak obat.
 
Darmawan segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Darmawan segera kembali dan mulai mengobati lutut Delvi .
 
“Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Darmawan. “Tidak apa-apa kok, Wan. Tante senang ada yang menolong,” kata Delvi sambil tersenyum. Darmawan mulai memegang lutut Delvi dan mulai memberikan obat merah pada lukanya. “Aduh, perih…” kata Delvi sambil agak menggerakkan lututnya.
 
Secara bersamaan rok Delvi agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Darmawan. Darmawan terkesiap melihatnya. Tapi Darmawan pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Delvi menggoda mata Darmawan untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Darmawan agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Delvi . Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Delvi memakai celana pendek.
 
Darmawan biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Delvi sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Delvi sangat jelas terlihat. Delvi sepertinya sadar kalau mata Darmawan sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Delvi merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Darmawanpun sepertinya terkesima dengan sikap Delvi tersebut. Darmawan menjadi malu sendiri.. “Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Darmawan.
 
“Iya, terima kasih,” kata Delvi sambil tersenyum. “Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Delvi lagi sambil tetap tersenyum. Darmawan, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Delvi . Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Darmawan adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.
 
“Kenapa kamu nunduk terus, Wan?” tanya Delvi . “Tidak apa-apa, tante…” ujar Darmawan sambil sekilas menatap mata Delvi lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu. “Ayo, ada apa?” tanya Delvi lagi sambil tersenyum. “Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja…” kata Darmawan sambil tetap menunduk. “Lihat apa?” tanya Delvi pura-pura tidak mengerti. “Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Darmawan sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri.
 
Delvi tersenyum mendengarnya. “Tidak apa-apa kok, Wan,” kata Delvi . “Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Delvi lagi sambil tetap tersenyum. “Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Delvi lagi sambil tetap tersenyum. “Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Delvi . “Benar tante tidak marah?” tanya Darmawan sambil menatap Delvi . Delvi menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum.
 
Darmawanpun jadi ikut tersenyum. “Tante sangat cantik kalau tersenyum,” kata Darmawan mulai berani. “Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Delvi . “Saya berkata jujur loh, tante,” kata Darmawan lagi. “Kamu sudah makan, Wan?” tanya Delvi . “Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Darmawan. “Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Delvi .
 
“Baik tante, terima kasih,” kata Darmawan. Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Darmawan menyentuk kaki Delvi . Darmawan kaget, lalu segera menarik kakinya.
 
“Maaf tante, saya tidak sengaja,” kata Darmawan. “Tidak apa-apa kok, Wan…” kata Delvi sambil matanya nenatap Darmawan dengan pandangan yang berbeda.
 
Ketika kaki Darmawan menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Delvi merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Delvi merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu. Sentuhan kaki Darmawan terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..
 
“Kamu sudah punya pacar, Wan?” tanya Delvi sambil menatap Darmawan. “Belum tante,” kata Darmawan sambil tersenyum. “Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Darmawan lagi sambil tetap tersenyum. Delvi pun ikut tersenyum. “Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Delvi lagi. “Keinginan apa tante?” tanya Darmawan. Delvi tersenyum. “Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Delvi . Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah. “Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?” tanya Delvi . “Tidak ada, tante,” kata Darmawan. “Tadi tante mau tanya apa?” kata Darmawan penasaran. “Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Delvi . “Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Delvi lagi.
 
“Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Delvi lagi. “Iya, tante,” kata Darmawan. “Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi…” kata Delvi sambil tersenyum. “Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Darmawan tanpa ragu.
 
“Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Delvi lagi. Darmawan agak ragu untuk menjawab.
“Ayolah…” kata Delvi sambil memegang tangan Darmawan. Tangan Darmawan bergetar.. Delvi tersenyum.
 
“Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Darmawan dengan nafas tersendat.
 
“Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Delvi pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Darmawan yang terus gemetar. “Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Darmawan. “Begituan apa?” tanya Delvi lagi. “Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Darmawan. Delvi kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya. “Kamu suka tidak film begitu?” tanya Delvi . “Iya suka, tante?” kata Darmawan sambil menunduk. “Mau coba seperti di film, tidak?” kata Delvi . Darmawan diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Delvi mendekatkan tubuhnya ke tubuh Darmawan. Wajahnya di dekatkan ke wajah Darmawan.
 
“Mau tidak?” tanya Delvi setengah berbisik. Darmawan tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Delvi membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Darmawan. Darmawan tetap diam dan makin gemetar. Delvi terus menciumi wajah Darmawan, lalu akhirnya dilumatnya bibir Darmawan.. Lama-lama Darmawanpun mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Delvi,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account