Cerita Dewasa Cairan Vagina Yang Harum
Cerita Dewasa Cairan Vagina Yang Harum – Belum lama ini aku di jebak oleh Candra, dan baru saja aku menerima sms lagi dari nomor yanmg tidak aku kenali, dan smsnya berisi “balik sekolah langsung ke kamar gue ya”, dan isi sms tersebut sangat membuat aku terkejut. Aku segera memasukkan lagi hp ku ke dalam tas, agar guru tidak curiga, aku pura-pura memgeluarkan sebuah pulpen. Pelajaran masih berlangsung, sekitar tiga puluh menit lagi akan segera pulang. Aku takut, karena barusan bukan lah nomor milik Candra.
***
Jam pulang sekolah, sambil jalan kaki pulang ke kost ku, aku sms Mas Wahyu, semoga saja dia bisa pulang. ‘Mas, temani adek dong’, isi sms ku. Berjalan beberapa langkah langsung saja aku mendapatkan balasan dari Mas Wahyu, ‘Sorry dek, maa masih dinas’, Mas Wahyu mulai berubah, entah apa kesibukannya, namun dia selalu beralasan dinas. ‘Kalau bisa usahakan pulang ya mas’, balasku sambil berjalan pulang.
Dengan jantung yang berdetak kencang, aku cepat-cepat naik ke lantai dua ketika sampai di tempat kost-ku. Lantai dua adalah kamar-kamar untuk putri, sedangkan lantai bawah untuk kamar kost putra. Aku tidak berani singgah ke kamar kost Candra. Aku tidak mau melayaninya lagi, aku tidak mau diperlakukan bagai gadis pemuas nafsu saja.
Baru saja masuk ke kamarku, Candra masih ngotot memintaku singgah ke kamarnya, sesekali ia coba miscall hp ku. Lalu sms masuk, ‘Siap-siap saya sebarkan videomu’, sms ancaman itu lah yang membuatku lemah. Aku sangat khawatir dengan kondisi tersebut, hubunganku dengan Mas Wahyu akan terpublikasi jika aku tidak menuruti kemauan Candra.
‘Tunggu mas, Kiki capek, Kiki istirahat dulu ya, malam Kiki singgah’, membalas smsnya aku langsung saja coba membaringkan badan di kasur. Belum sempat mandi, masih mengenakan seragam sekolahku, Candra terus memiscall hp ku, lalu sms masuk dengan isi, ‘Gw pengen sekarang!’. Sial, Candra tidak sabaran. Aku sedikit risih, aku biarkan sejenak tidak membalas smsnya.
***
Beberapa menit Candra tidak membalas smsku lagi, dia juga tidak miscall lagi, entah dia marah apa mulai menyerah memintaku untuk menemuinya segera. Aku bangkit dari kasur, coba mencari handuk karena ingin mandi.
Baru saja aku mendapatkan handukku, tiba-tiba pintu kamar kostku diketuk-ketuk, jangan-jangan Candra nyusul sampai ke sini. Aku pelan-pelan mendekati pintu kamar, ku coba dekatkan kupingku untuk mendengar panggilan dari luar. “Kiki….”, suara itu suara Candra, dengan pelan ia memanggilku, sial sekali, kenapa pria itu sangat tidak sabaran. “Ki, mas mau upload videonya boleh ga?”, tanyanya dari balik pintu.
Aku tidak punya pilihan, dengan sangat terpaksa aku pun membuka pintu itu. Candra berdiri di balik pintu sambil tersenyum. “Hai Kiki…”, sapanya dan tanpa permisi langsung saja masuk ke kamar kost ku.
Belum sempar aku menutup pintu kamar kost, tiba-tiba ada lagi seseorang di depan pintu, ia menahan pintu agar aku tidak menutupnya. Astaga, dia adalah Dwi, teman sebelah kost Candra. “Maaf ganggu…”, katanya sambil senyam senyum langsung saja masuk ke kamarku.
Sedangkan Candra sudah asyik duduk santai di ranjangku, sambil memandangiku dengan wajah yang senang seolah ia berhasil mengerjaiku. Badanku terasa lemas, kali ini aku benar-benar akan dikerjai Candra lagi, bahkan dibantu Dwi.
“Lain kali jangan lupa ajak-ajak…”, kata Dwi yang kemudian memegangi tanganku dan menuntunku ke arah ranjang. “Hahaha, gue mah pengen main duluan, eh si eneng cantik tak mau kerjasama, mau ga mau gue ajakin elu…”, jawab Candra kegirangan sambil membuka pakaiannya.
“Mas, tolong jangan kerjain Kiki…”, aku memohon agar mereka melepaskanku. Candra sudah memploroti semua pakaiannya, sedangkan Dwi asyik meraba payudaraku yang masih di balik bra berbalut seragam sekolahku. “Masih bau… Belum mandi ya? Hehehe…”, kata Dwi ketika menciumi bagian leherku dari arah belakang. Badanku gemetaran, aku hanya bisa kembali memelas, “Tolong mas, entar Mas Wahyu pulang…”, kataku.
Candra lalu memplototiku, sepertinya dia sedikit marah dengan ucapanku. “Jadi loe mau ancam gue?”, tanya Candra marah. “Loe pikir gue takut sama si Wahyu itu?”, ia mendekatkan wajahnya sambil memplototiku, aku menjadi sedikit takut.
“Kalo gue sebarin tuh video kalian, mau makan apa si Wahyu? Bisa dipecat tuh dari kerjaannya…”, Candra mengancam balik. “Jadi loe mau gue sebarin itu video?!”, Candra lalu menarik lalu mendorongku kasar ke ranjang. Dwi kini bersiap melepaskan pakaiannya. “Bu… bukan gitu mas…”, jawabku karena takut Candra menyebarkan video hasil curi rekamnya saat aku bercinta dengan Mas Wahyu.
“Jadi, buat apa loe protes?!”, bentak Candra lalu menindihku. “Syukur-syukur gue cuma ngajak Dwi…”, lanjutnya sambil perlahan melepaskan kancing seragam sekolahku. “Kebayang ga kalo gue ajak semua anak kost sini? Hahaha…”, ancamnya. Aku tidak bisa melawan, seketika itu badanku lemas, jantungku berdetak kencang, dan air mataku mulai mengalir.
Candra berhasil melepas bajuku, lalu diangkatnya bra yang menutupi payudaraku, tanpa ampun ia langsung menyedot kuat ke dua belah dadaku. Sedangkan Dwi sudah bugil, penisnya cukup besar, dengan badan yang sedikit gempal, aku melihatnya seperti 1-0 bila berdekatan dengan Candra yang kurus kerempeng.
“Hehehe, cantik ya…”, ujar Dwi sambil menelan ludah, ia memandangi aku yang sedang dikerjai Candra. Susu ku terasa sakit, Candra dengan bringas menyedoti dan meremasnya, aku seperti budak seks baginya.
Setelah puas mempermainkan kedua buah susu ku itu, ia pun bangkit, ia coba berjongkok di atas wajahku. “Kulum!”, perintahnya sambil mengarahkan penisnya ke mulutku. Bau sekali, penisnya bau pesing, aku sebenarnya sangat jijik bila harus memasukkan benda itu ke mulutku. Namun Candra sangat memaksa, ia menjambak rambutku sehingga aku terpaksa menurutinya.
Penisnya masuk ke mulutku, mual terasa, namun Candra tidak mau tahu, ia terus menusukkan penis busuknya itu ke mulutku.
***
Aku merasa ada yang meraba pahaku. Aku susah memandang ke arah sana karena wajahku masih tertutup selangkangan Candra. Sepertinya Dwi mulai beraksi, terasa sekali ia menyibak rok sekolahku. Lalu tangannya meraba-raba pahaku. Sedikit geli, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, hingga tangan itu menarik turun celana dalamku.
Dengan cepat ia menarik celana dalamku hingga ke ujung kakiku dan terlepas dari tubuhku. Tangan itu lalu menjamah vaginaku, terasa ia membelai-belai vaginaku, lalu menjamah bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar vaginaku.
Aku tak bisa berpikir lagi apa yang sedang mereka lakukan padaku, aku hanya bisa pasrah membiarkan Candra menusuk-nusukkan penisnya di mulutku, bahkan bulu-bulu penisnya yang bau mengenai hidungku, busuk, rasa ingin muntah mencium bau pesing itu.
Aaaahhhh…. aku tidak bisa berteriak, mulutku terbungkam oleh penis Candra. Aku merasakan sesuatu yang sangat membuatku geli, sesuatu yang lembut sedang memainkan vaginaku. Aku rasa Dwi sedang menjilati vaginaku, aku bisa merasakannya, lidahnya bergerilia di sekitar vaginaku, bahkan hembusan nafasnya terasa sekali mengenai jembutku. Ampun, itu sangat mengganggu, rasa geli yang sangat teramat dalam, walau sedikit memancing nafsu birahiku.
***
Air mataku terua mengalir, aku sedari tadi sudah diperlakukan tidak senonoh. Mulutku menjadi sasaran kebringasan penis Candra, sedangkan vaginaku menjadi incaran jilatan Dwi, beberapa menit lamanya hingga mereka mulai bosan. Aku dibangunkan agar berdiri, lalu mereka perlahan melucuti pakaianku yang tersisa menggantung di tubuhku. “Kiki cantik ya, kayak artis…”, puji Dwi yang kegirangan sambil meraba-raba susuku. “Susunya segar kayak anak SMP, hahahaha”, lanjutnya lagi.
Aku sesekali mencoba menutupi dadaku dengan tanganku, namun kedua pria bejat itu terus membukanya, mereka memaksaku memperlihatkan semua lekuk tubuhku. Dwi bahkan mengambil hp nya untuk memotret tubuh bugilku. “Ja… jangan… jangan mas…”, aku memohon sambil menangis, berharap mereka tidak mengambil foto lagi. “Tenang aja, ini buat kenang-kenangan aja… Siapa tahu entar Kiki pindah kost…”, katanya yang terdengar seperti ancaman agar aku tidak pergi dari kost ini.
***
“Yuk lanjut…”, kata Dwi setelah puas berkali-kali mengambil foto diriku yang telanjang bulat. “Sorry, gue duluan ya bro…”, kata Candra sambil mendorongku jatuh ke kasur. Ia lalu menindihku sambil menciumi bibirku, lalu ia mengarahkan penisnya ke vaginaku. Tanpa pengaman, aku tentu saja sangat ketakutan. “Mas… Jangan…”, kataku. Candra tidak mau mengerti, ia langsung saja mejebloskan penisnya ke dalam vaginaku. ‘Bleps…’, langsung saja masuk karena sudah sedikit basah akibat jilatan Dwi.
Aku lalu kembali menangis lagi, penis besarnya terus memompa vaginaku, tentu saja aku sangat takut bila akan hamil. Candra terus menggoyangkan bokongnya untuk memompaku, ia pun tak tinggal diam dengan dadaku, ia remas-remas lalu dipilinnya puting susuku hingga aku melonjak kegelian.
Dwi mendekat lalu mengambil tanganku dan diarahkan ke penisnya, ia ingin aku mengocokkan penisnya.
***
Vaginaku terasa sakit, Candra menggenjotnya dengan sangat kuat. Ku gigit bibir bawahku untuk menahan rasa sakit itu. Dwi menikmati kocokan tanganku di penisnya, wajahnya senang dan kegirangan, dengan kencang ia meremas buah dadaku, sungguh menderita rasanya diriku diperlakukan begini.
“Susunya segar ya bro… Kecil-kecil gimana gitu…”, ejek Dwi meremas buah dadaku yang semakin rata karena aku dalam posisi baring. “Mirip artis lagi…”, sambungnya. “Iya, mirip personil JKT48 nih…”, balas Candra.
***
Hampir dua puluh menit Candra menyetubuhiku, hingga kurasakan ia mulai mempercepat iramanya. “Jangan mas!”, teriakku sambil mendorong tubuh Candra. Ia tersenyum lalu tertawa, “Hahahaha…”, ia menarik keluar penisnya lalu segera mengarahkan ke wajahku. “Kalau ga mau di dalam, di mulut saja ya…”, katanya.
Aku terpaksa mengulum penisnya, walaupub jijik karena basah dengan cairan yang lengket, namun lebih baik begini. Candra membalikkan tubuhku, sehingga aku seperti merangkak sambil mengocok penisnya dengan mulutku. Sedangkan Dwi segera membelakangiku dan menusukkan penisnya dari belakang dengan gaya dogie style.
Sama dengan halnya Candra, Dwi juga tidak menggunakan kondom dalam menyetubuhiku.
Air mataku masih menetes.
Tak lama kemudian, Candra mulai mengejang, ditariknya rambutku dan dicengkram keras, ditusukkannya penisnya lebih dalam hingga seperti memenuhi mulutku. Kurasakan cairan spermanya tersemprot ke dalam hingga masuk ke kerongkonganku. Aku tak sempat menolak, penisnya menyumpal habis mulutku sehingga aku harus menelan semua sperma darinya.
“Bersihkan sayang…”, perintah Candra memintaku menjilati penisnya hingga bersih.
***
Dwi masih menggenjotiku dengan gaya dogie style, aku tidak mampu lagi menumpu badanku dengan tangan, tenagaku hilang, rasanya ingin terlelap. Ku lihat Candra sudah menarik nafas, ia membersihkan penisnya yang masih sedikit basah dengan menggunakan seragam sekolahku.
Setelah selesai, ia pun kembali berpakaian, “Jangan lama-lama bro, takut piaraannya datang”, kata Candra mengingatkan Dwi, mungkin maksudnya adalah Candra takut Mas Wahyu kemari. “Tenang aja bro, dia lagi sibuk, pulang pun langsung tidur di kamarnya”, jawab Dwi yang seolah sudah mengintai rutinitas Mas Wahyu.
“Gue duluan ya, mau balik ke kamar”, kata Candra. “Sip, gue tanggung, bentar lagi nih…”, balas Dwi. Lalu Candra pun keluar begitu saja dari kamar seperti pelanggan yang sudah selesai bercinta dengan seorang psk tanpa bayaran.
Dwi cukup lama menggenjotku dengan gaya yang sama, susuku diperasnya dari bawah. Aku hanya bisa memejamkan mataku, membiarkan tubuhku begitu saja menjadi miliknya sementara.
Tiga puluh menit, akhirnya Dwi segera melepaskan penisnya dari vaginaku. Ia segera menarik rambutku agar aku menghadap ke belakang. “Argghhh…”, rintihku karena jambakannya cukup sakit. “Sedot!”, pintanya kepadaku agar aku menyepongkan penisnya. Syukurlah, Dwi tidak berniat menyemprotkan spermanya di dalam liang vaginaku.
Aku kembali memasukkan penis seorang pria yang masih basah dengan cairan lengket ke dalam mulutku.
***
Seperti halnya Candra, Dwi juga memintaku membersihkan penisnya dengan jilatan, setelah berhasil menyemprotkan spermanya hingga bersih di dalam mulutku.
***
“Lain kali kita lanjutkan ya sayang…”, kata Dwi yang buru-buru segera berpakaian kembali, ia sepertinya takut ada uang datang mempergoki kami, atau entah dia ada urusan apa. Tanpa menatap kembali pada diriku, ia keluar dari kamar kost ku dengan tergesa-gesa.
Aku lelah, kupaksakan diriku bangkit, ku kuncu pintu kamarku, dan kurobohkan kembali tubuhku ke kasur. Tanpa pakaian, aku ingin beristirahat segera, aku sudah capek. Dengan tubuh bugil, aku pun terlelap, walaupun ku tahu sekitar bibirku masih belepotan dengan sperma dua pria bejad itu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,