Uniform mania
- Home
- Cerita Sex Gay
- Uniform mania
Uniform mania
CERITA SEX GAY,,,,,
Ceritanya berawal pada ketika saya mulai menginjak SMA, mulai saat itu saya sangat suka sekali atau istilahnya terangsang sekali dengan orang yang berseragam. Saya tidak tahu kenapa tapi itulah kenyataannya. Baik itu dengan sesama teman sekolah, satpam, orang kantor berdasi, militer atau bahkan polisi dll.. (asal jangan hansip saja, he, he, he..)
Semasa remaja saya pun mengalami seperti remaja remaja ibukota lainnya yaitu berpacaran dengan gadis-gadis satu sekolah dan itu berlanjut sampai saya kuliah. Tapi di balik rasa suka dengan wanita, tidak tahu aneh atau apa, saya pun suka dengan sosok pria, apalagi yang memakai seragam terutama sosok polisi yang gagah dengan kemeja dinasnya, walaupun tidak perlu berbadan atletis ataupun kekar seperti binaragawan pada umumnya. Saya suka yang bersifat kebapakan, perut agak gendut pun tidak bermasalah bagi saya. Apalagi memiliki kumis atau brewok tipis. Saya tidak tahan membayangkannya! Sampai sekarang saya tidak bisa habis membayangkan kalau saja barang saya dimainkan oleh (misalnya saja) seorang polisi yang lengkap sedang memakai seragam dinasnya. Uaah..
Dan cerita yang akan saya tuliskan ini benar benar berawal dari Masa pertemuan saya dengan seorang Om yang benar-benar membangkitkan libido saya, begini ceritanya..
Suatu hari di salah satu mall yang ada di Jakarta, seperti bisaanya sehabis pekan atau Sabtu, ketika saya sedang off kerja, saya menyempatkan diri mampir ke mall tersebut dengan maksud hanya berjalan-jalan. Lalu ketika saya sempat menyantap restoran fast food yang ada disana plus minum, seperti bisaa ada keinginan untuk membuang air kecil di WC yang letaknya tidak jauh dari situ. Dan sayapun kesana untuk segera melakukan itu. Di tengah-tengah saya sedang membuang air kecil, tanpa saya sadari ada satu sosok pria yang juga sedang kencing sedang memperhatikan saya dan kemaluan saya. Dan sosok itu tepat berdiri di samping saya. Dengan rasa ragu dan takut, ya karena belum pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya, sayapun tidak berani berlama-lama di WC tersebut. Setelah mencuci tangan dan muka, sayapun keluar.
Ternyata dugaan saya benar, pria tersebut yang lumayan sudah agak tua (mungkin sekitar 60 tahun umurnya dan saya pada waktu itu berumur 20 tahun) mengikuti langkah saya kemanapun saya pergi. Akhirnya setelah diikuti beberapa menit olehnya, sayapun ingin berlari karena rasa takut mungkin ingin dirampok atau dipalak dan semacamnya. Ternyata pria itu tidak kuat untuk mengejar saya dan memanggil saya dari kejauhan.
“Dik, tolong saya!”, katanya lumayan kencang.
Saya bingung bercampur heran, lalu rasa kemanusiaan saya membuat saya untuk mendekatinya dan bertanya.
“Kenapa Om ikutin saya terus sih?”
Dengan tanpa rasa basa basi dia langsung menjawab, “Karena saya suka kamu!”.
Saya bingung hampir tidak percaya. Lalu dia mengajak saya untuk berjalan-jalan di mall tersebut sembari ngobrol kesana kemari, baik tentang hobi, wanita, olahraga bahkan games. Sepertinya dia mengerti segalanya tentang kegiatan yang ada di dunia ini.
Tidak lama kita berjalan akhirnya dia berhenti di salah satu toko yang berukuran lumayan besar. Saya bingung dan akhirnya dia mengatakan kalo ini adalah toko miliknya. Sayapun mengangguk dan diajak Masuk serta diperkenalkan dengan semua anak buahnya yang ada di tokonya tersebut. Diapun menyuruh saya duduk di bagian dalam dan dia mengambil sepasang gelas berisikan air putih. Diapun duduk di samping saya dan kembali bercerita kalau dia sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Saya pun bingung dan bertanya mengapa kalau sudah punya keluarga apalagi anak, kok menyukai saya.
Diapun tersenyum dan menjawab, “Siapa yang suka kamu?”.
Hening sesaat dan kembali menyambung pembicaraannya, “Saya suka kontol kamu!”
Bagaikan disambar petir saya kaget dan diapun tau akan reaksi saya dan kembali berbicara.
“Tenang, dulu sayapun begitu, tapi setelah bertambahnya umur saya menyadari kalau diri saya biseks, suka wanita, juga suka pria, seperti kamu!”.
Saya bingung dan kembali bertanya bahwa tahu darimana dia tentang diri saya karena ini baru pertama kalinya kami bertemu.
Dia kembali menjawab, “Saya bisa melihat orang dari fisiknya apalagi matanya, gak mungkin bohong!”
Sayapun menunduk malu dan berkata, “Iya Om, tapi sumpah sampai detik ini saya belum pernah sekalipun bermain apalagi bercinta dengan wanita apalagi pria, takut kena penyakit”.
Dia pun tertawa mendengarnya.
Dan dia menyambung, “Besok jam 8 pagi tepat datanglah kemari, Om akan tunggu kamu di sini.”
“Saya akan membuatmu merasakan nikmatnya surga dunia!” Sayapun mengangguk tanda setuju dan setelah beberapa menit kita mengobrol sayapun pamit untuk pulang.
“Tepat jam 8 pagi? Apa sudah buka mall sepagi itu?”, pikirku.
Ah tanpa banyak pikiran, saya pun melacu kencang motor saya untuk sampai di mall tersebut. Setelah memarkir motor yang memang Masih benar-benar sepi di perparkiran itu. Saya beranjak turun dan Masuk dari pintu Masuk yang memang Masih gelap tapi sudah dibuka. Akhirnya saya sudah tiba di tokonya yang memang ternyata Om yang bernama Peter ini sudah gelisah menunggu saya dari tadi.
“Kok lama?” tanyanya.
“Enggak lah Om, baru jam 8 lewat 5!”
Tanpa basa basi lagi saya ditarik Masuk lalu dikuncinya toko yang berpintu kaca itu dari luar kemudian digiringnya saya ke pojok toko yang berbentuk L itu sehingga orang manapun tidak dapat melihat apa yang akan kami lakukan didalam dari luar.
Wah, pagi ini Om Peter keliatan gagah disbanding kemarin yang Cuma memakai T-shirt. Pagi ini ia memakai kemeja putih tangan pendek dibalut dengan singlet didalamnya serta celana bahan warna coklat tua. Keren sekali menurut saya karena di umurnya yang sudah lebih dari setengah abad, ia masih nampak gagah. Ia mendorongkan tubuh saya ke pojok yang paling pojok dengan kemudian menciumi leher saya dan mulai membuka kancing kemeja saya satu persatu sampai TELANJANG DADA kemudian menjilati puting saya, aahh.. Saya menggelinjang. Saya pun bertanya bahwa saya mau diapakan. Om Peter menjawab, “Kubawa melayang jauh ke awan!” Saya pun terdiam karena rasa enak karena dijilat dan dipegang-pegang oleh tangannya yang macho membuat semua dunia terasa berputar dan tanpa terasa batang sudah mengeras ke puncaknya.
Tanpa basa basi Om Peter seperti sudah merasakan adanya tegangan tinggi dalam diri saya, dia pun membuka retsleting celana saya, membuka ban pinggang serta langsung menelanjangi diri saya bulat-bulat. Dan untuk pertama kalinya saya telanjang bulat di depan seorang pria yang baru saya kenal. Saya pun pasrah, rasa enak dan nikmat mengalahkan akal sehat. Dia pun membuka kemeja putihnya satupersatu singlet seksi yang ternyata merk Rider itu dibiarkan dipakai, lalu dibukanya celana panjang serta CD miliknya, ternyata batangnya tidak begitu keras, mungkin karena faktor usia menentukan, tapi besar sekali dengan bulu yang tercukur rapi seperti saya punya. Saya suka pria seperti Om Peter, dari lekuk tubuhnya dapat diketahui bahwa pada mudanya ia pasti gagah, bentuk tubuhnya yang tinggi besar, tapi perutnya agak sedikit membuncit, pasti karena factor usia juga. Ada sedikit kumis dan brewok tipis yang baru tercukur rapi.
Dia dengan ganasnya menciumi semua tubuh saya dan kemudian saya disuruh tiduran di lantai dengan matras tipis yang memang sengaja ia sediakan sebelumnya. Kembali ia menciumi tapi kali ini ia mulai memainkan tangan kokohnya ke bagian paling sensitive di tubuh gua, rasa enak bercampur geli kembali menyatu dalam diri gua. Gua pasrah pagi ini, sangat pasrah sekali. Mau apapun gua kasih dah, begitu pikir gua. Tangan kanannya mulai mengocok pelan kencang pelan kencang. Sepertinya Om Peter sudah ahli dalam menciumi menjilat dan memainkan tangannya. Ah, betapa bahagia istrinya yang mendampinginya selama ini, ia pasti diberikan nikmat surga dunia seperti yang diberikannya kepada saya.
Setelah puas mengocok turun naik kemudian giliran mulutnya ingin menghisap.
“Lu bener bersih kan?”
“Kalo Om ga percaya kenapa Om ajak saya? Gua sumpah Om, lu kira gua juga mau sembarangan!” kata gua sedikit marah.
“He he he lu jangan marah, gua juga tau dari pertama kali gua liat elu. Elu pasti anak baek-baek!”, ujarnya sambil tersenyum.
Ia pun meneruskan permainan menjelajah yang hebat dengan memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya dan dikulumnya. aahh.. Rasa apa ini? Tanyaku. Rasa enak bercampur geli bercampur menjadi satu, lebih nikmat dari segala apa yang ada di dunia.
Saya menggelinjang ke kanan ke kiri. Tapi Om Peter dengan lihainya meng-ORAL sehingga benar benar nikmat surga dunia yang gua rasakan. Sampai akhirnya waktu tanpa terasa sudah jam 9 kurang 15.
“Om sudah mau jam 9 nih, entar karyawan Om pada datang lagi.”
“Tenang, ini senjata gua paling terakhir!”
Dia menekan-nekan titik titik dalam tubuh saya, entah kenapa rasa yang saya rasakan jauh lebih nikmat dari sebelumnya, dan dalam waktu yang singkat serta dalam tempo yang sependek-pendeknya.
“Om saya sudah ga tahaan nih, mau keluar..!!”
“Iya kluarin aja, gua siap!” katanya.
Aahh.. Gua bener bener mau kluar dan dengan sigap dia langsung menganga. lava putih hangat memuncrat ke dalam rongga mulut Om Peter, ditelannya habis tanpa sisa begitu juga sisa lava yang menempel di kepala batangku dijilatnya sampai habis. Wah, memang benar-benar nikmat pagi ini. Terima kasih Om Peter, kataku.
“Lho, Om Peter sendiri engga mau dikluarin, Om?”, tanyaku.
“Enggak perlu! Untuk orang seumur Om, lebih enak membuat orang keluar, he he”.
Dia pun kembali memakai celana dalam, celana panjang serta kemeja putihnya dan merapikan semua seperti seolah tidak terjadi apaapa di dalam toko ini. Saya pun juga ikut memakai semua dan merapikan baju dan celana saya. Kita pun mengobrol sampai akhirnya jam 9.30 karyawan Om Peter berdatangan. Dan akhirnya saya pun pamit pergi.
Tapi sebelum berpamitan, saya berjanji untuk datang sesering mungkin ‘menjenguk’ Om Peter. Ada satu nasehat berharga dari Om Peter yang engga bakal saya lupain selamanya.
“Dik, kita begini karena nasib atau takdir kita, jangan menyesal untuk menjadi seorang biseks, kita harus bangga dengan apa yang kita miliki, tapi satu hal, elu juga musti kawin dan punya keturunan”.
Mulai saat itu kami sering berhubungan mungkin seminggu sekali karena jadwal kerja saya yang padat tapi selalu tepat jam 8 atau mungkin lebih pagi dan tentunya Om Peter lebih jago memainkan tangan dan mulutnya. Dia tidak keberatan saya menjadi seorang pasif. Dia lebih senang akan itu, tapi sekarang Om Peter telah meninggal dunia karena sakit tuanya. Tepatnya 2 tahun yang lalu dia meninggalkan saya untuk selama-lamanya.
Sejak saat itu tidak ada satu orang pria pun yang dapat menggantikan kedudukan Om Peterku tercinta. Barangkali diantara pembaca ada yang berminat untuk berkenalan atau sesuai dengan persyaratan yang saya inginkan, jangan segan untuk kirim email ke alamat saya [email protected], setiap mail yang masuk pasti akan saya balas, terima kasih atas perhatiannya.
Pembaca yang budiman, saya tidak menyesal walaupun saya seorang biseks, karena tidak semua orang memiliki 2 sifat sekaligus, betul gak pembaca?
Akhirnya, selamat jalan Om Peter..
Tamat ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,