Tukaran istri ku dan istri bos.
Terbaru | Aku baru kerja 4 bulan di perusahaan asing di Jakarta bos saya namanya Mr. Gilbert yang berasala dari
USA umurnya 40 tahun dengan waktu yang cepat kami semua karyawan sudah kenal dekat dengan Mr. Gilbert
biasanya dipanggil seperti itu.
Hobi kita sama yaitu bermain golf perusahaan kami bergerak di bidang Pemasaran katanya teman
sekantor istri dari sibos cantik tubuhnya seksi kayak bintang Hollywood, karena aku belum pernah
melihat istri si Bos, hanya meilhat fotonya yang terpampang di ruangannya.
Meja kantor saya memang aku desain dengan nyaman dan aku selipakn foto aku dan istriku NADIA yang
berasal dari Bandung dan berumur 28 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Gilbert melihat foto itu,
secara spontan dia memuji kecantikan Nadia dan sejak saat itu pula saya perhatikan kalau Gilbert sering
melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.
Suatu hari Gilbert mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek,
sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.
“Dek, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nadia juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus di bicarakan, sekalian biar istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nadia. Pada mulanya Nadia agak segan juga untuk
pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan
tetapi setelah kuyakinkan bahwa Gilbert dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nadia
mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas.
Kalau melihat Nadia, selalu muncul gairahku , soalnya dia itu sangat seksi sekali. Rambutnya terurai panjang,
dia selalu senam jadi, punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.
Pukul 19.30 WIB kami sudah berada di apartemen Gilbert yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku
mengenakan kemeja batik, sementara Nadia memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan
terurai tanpa hiasan apapun.
Sesampai di Apertemen no.108, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu
terbuka, terlihat seorang wanita bule berumuran kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi
sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh deka dan Nadia yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Stefani istrinya Gilbert”.
Ternyata Stefani badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis
dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Gilberd. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Nadia istriku”.
Setelah Nadia berkenalan dengan stefani, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam,
sementara Gilbert mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dek.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani
nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih,
ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.
Aku semangat sekali, baru kali ini diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Gilbert segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dek.., gimana Stefani menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., sangat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Stefani untuk kamu
gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan
tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu.
Sambil masih tersenyum-senyum, Gilbert melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nadia dan
stefani pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada
saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Stefani aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa
menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton bokep.
Tapi di lain pihak kalau membayangkan Nadia dikerjain si bos ini, yang pasti punya senjata yang besar,
rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Gilbert telah melanjutkan dengan
pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nadia sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh,
maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat
terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar
dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Gilbert.
“Kalau Stefani sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum apa-apa sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan
senjataku diisap mulut mungil Stefani itu.
Kemudian lanjut Gilbert meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong
istri ku udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Nadia aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”,
saya agak terkejut juga, apakah Gilbert akan memberikan obat perangsang dan memperkosa nadia? Wah kalau
begitu tidak rela aku.
Aku setuju asal Nadia mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Gilbert cepat-
cepat menambahkan,
“Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Stefani ya, Nadia di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Gilbert. Setelah makan malam selesai
kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. putri77.com Nadia kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat
halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan
keringatnya lebih banyak keluar.
Melihat tanda-tanda itu, Gilbert mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nadia, “Nad.., mari
duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nadia, Gilbert langsung
berdiri, menarik kursi Nadia dan menggandengnya ke depan TV 32 inchi yang terletak di ruang tamu.
Aku ingin mengikuti mereka tapi Stefani segera memegang tanganku.
“Dek, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang
tamu kami dapat melihat dengan jelas menyaksikan tangan Gilbert mulai bergerilya di pundak dan punggung
Nadia, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.
Sementara Nadia kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya
terdengar desahan setiap kali tangan Gilbert yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit
pundaknya.
Stefani kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang tamu. Dari kursi panjang tersebut,
dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi
panjang tersebut.
Terlihat tindakan Gilbert semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan
kancing kemeja batik Nadia hingga kancing terakhir. BH Nadia segera menyembul, menyembunyikan dua
bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya.
Kelihatan mata Nadia terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,
“Apakah Nadia telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Gilbert?, atau apakah Nadia pingsan
atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Gilbert?”.
Nadia tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu
berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nadia seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan
Gilbert dikulitnya dan ciuman nafsu Gilbert pun disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bos terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung,
aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Gilbert yang sedang duduk di
sampingku.
Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok
Stefani, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya
sedang mengerjai wanita mungil.
Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari
tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Stefani yang mungil itu, “aahh..,
aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Gilbert telah meningkatkan aksinya terhadap nadia, terlihat nadia
telah dibuat polos oleh Gilbert dan terbaring lunglai di sofa.
Badan nadia yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya
yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang
membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka
dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Gilbert .
Kemudian Gilbert menarik nadia berdiri, dengan Gilbert tetap di belakangnya, kedua tangan Gilbert
menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah nadia , yang dengan
matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian
yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka.
Menunjukan nadia menikmati benar permainan dari Gilbert terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari
Gilbert berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Gilbert meremas-remas puting
susunya, terlihat seluruh badan nadia yang bersandar lemas pada badan Gilbert , bergetar dengan hebat.
Saat itu juga tangan Stefani telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus
berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan
melepaskan bajuku sendiri.
Setelah Stefani selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus
seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah
mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.
Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Gilbert, tentu aku kalah jauh dan kalau aku
langsung main tusuk saja, tentu Stefani tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai
teknik yang lain dari lain.
Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara
kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.
Kududukkan Stefani kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah
vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.
Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Stefani berteriak-teriak keenakan
dengan suara keras,
” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya
menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat
bersamaan suara nadia terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,
“Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat
Gilbert pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. nadia sekarang telah telentang di atas
sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Gilbert sedang berjongkok diantara kedua paha nadia
yang sudah terpentang dengan lebar.
Kepalanya terbenam diantara kedua paha nadia yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Gilbert
sedang mengaduk-aduk kemaluan nadia yang mungil itu. Terlihat badan nadia menggeliat-geliat dan kedua
tangannya mencengkeram rambut Gilbert dengan kuat. ‘’
Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Stefani yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan
dan dari mulutnya terdengar erangan,
“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot
penisku.
“Aahh.., Dek.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Stefani menekan
ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan
hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia
mencapai organsme.
Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap
lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.
Ketika aku menengok ke arah Gilbert dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. nadia kini
telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi
sofa, punggung nadia bersandar pada sandaran sofa.
Sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak
Gilbert. Gilbert mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha nadia yang telah terpentang
lebar.
Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Gilbert yang terletak diantara kedua pahanya yang
berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 19 cm dengan lingkaran yang
kurang lebih 5 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Gilbert memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan
nadia yang sudah sedikit terbuka, terlihat nadia dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata
Gilbert yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.
Kedua tangan nadia kelihatan mencoba menahan badan Gilbert dan badan nadia terlihat agak melengkung,
pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Gilbert pada bibir vaginanya.
Akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat nadia dan tangan kirinya tetap menuntun
penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan nadia , sambil mencium telinga kiri nadia , terdengar
Gilbert berkata perlahan,
“Nadd.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nadia hanya menggeleng-
geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke
arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Gilbert itu dan mulutnya tertutup rapat
seakan-akan menahan kengiluan.
Gilbert , tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina nadia yang
telah basah itu, biarpun kedua tangan nadia tetap mencoba menahan tekanan badan Gilbert .
Mungkin, entah karena tusukan penis Gilbert yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang besar, langsung saja nadia berteriak kecil,
“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis,
mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki nadia yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.
Kepala penis Gilbert yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan nadia , kedua bibir
kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Gilbert , sehingga belahan kemaluan nadia terlihat
terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Gilbert itu.
Kedua bibir kemaluan nadia tertekan masuk begitu juga clitoris nadia turut tertarik ke dalam akibat
besarnya kemaluan Gilbert .
Gilbert menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya menggucapkan, “Maaf.., Nad.., saya sudah
menyakitimu.., maaf yaa.., Naaadd!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih..,
sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
nadia mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Gilbert .
“Nadd.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau nadia masih merasa sakit”,
sahut Gilbert dan tanpa menunggu jawaban nadia , segera saja Gilbert melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina nadia yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan nadia , terlihat muka nadia
meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya tertutup
erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Gilbert bertanya lagi, “Nadd.., sakit.., yaa?”, nadia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
sambil kedua tangannya meremas bahu Gilbert dan Gilbert segera kembali menekan penisnya lebih dalam,
masuk ke dalam lubang kemaluan nadia .
Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya.
Ketika penis Gilbert telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina nadia , terlihat nadia telah
pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Gilbert .
Akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Gilbert menekan lebih
dalam lagi, kembali terlihat wajah nadia meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat
menggeletar,
Tetapi karena nadia tidak mengeluh maka Gilbert meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja,
“Blees”, Gilbert menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan
memepetin pinggul nadia rapat-rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut nadia , “Aduuh”, sambil kedua tangannya
mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke
atas menahan tekanan penis Gilbert di dalam kemaluannya.
Gilbert mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina nadia sejenak, agar tidak menambah sakit
nadia sambil bertanya lagi,
“Naadd.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, nadia dengan mata
terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang,
“aagghh.., kit!”, lalu Gilbert mencium wajah nadia dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat
Gilbert bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil nadia dalam
pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan nadia bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang,
“Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki nadia bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Gilbert , nadia mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan nadia terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Gilbert yang masih tetap berayun-ayun itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh
penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Dek.., ayo aku mau kamu”, suara Stefani penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Stefani sama
dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan
Stefani masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Stefani pada saat rudalku
hendak menerobos masuk.
“Stef.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos
liang vaginanya. “Aagghh”, mata Stefani terpejam, sementara bibirnya digigit.
Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Stefani setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Stefani makin keras teriakannya.
“Ayo Dek.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Stef.., boleh di dalam..,
yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Stefani kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Stefani juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Stef.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Stefani
dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Stefani .
Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Stefani , sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Stefani , tiba-tiba badan Stefani bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul ku diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya,
“..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Stefani juga mengalami orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami.
Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Stefani . Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Stefani .
Kini kami menyaksikan bagaimana Gilbert sedang mempermainkan nadia , yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Gilbert , yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Gilbert terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.
Mulai saat ini Gilbert mengerjai nadia dengan sangat brutal dan kasar. nadia benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Gilbert menyakiti nadia , tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan nadia ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak nadia atas apa yang dilakukan oleh Gilbert terhadapnya.
Gilbert mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik nadia berjongkok diantara kedua kakinya, kepala nadia ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut nadia sambil memegang belakang kepala nadia .
Dia membantu kepala nadia bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut nadia . Kelihatan nadia telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Gilbert , hal ini dilakukan Gilbert kurang lebih 5 menit lamanya.
Gilbert kemudian berdiri dan mengangkat nadia , sambil berdiri Gilbert memeluk badan nadia erat-erat. Kelihatan tubuh nadia terkulai lemas dalam pelukan Gilbert yang ketat itu. Tubuh nadia digendong sambil kedua kaki nadia melingkar pada perut Gilbert dan langsung Gilbert memasukkan penisnya ke dalam
kemaluan nadia.
Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan nadia terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Gilbert
menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, nadia terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Gilbert .
Kaki nadia terlihat merangkul pinggang Gilbert , sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Gilbert. Gilbert berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium nadia . Pantat nadia terlihat merekah dan tiba-tiba Gilbert memasukkan jarinya ke lubang pantat nadia .
“Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Gilbert , badan nadia terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Gilbert . Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Gilbert merasa capai, nadia diturunkan dan Gilbert duduk pada sofa. nadia diangkat dan
didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki nadia terkangkang di samping paha Gilbert dan Gilbert memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan nadia dari bawah.
Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Gilbert memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan nadia yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Gilbert menyentuh paha nadia .
Kedua tangan Gilbert memegang pinggang nadia dan membantu nadia memompa penis Gilbert secara teratur, Setiap kali penis Gilbert masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis
Gilbert . Mereka melakukan posisi ini cukup lama.
Kemudian Gilbert mendorong nadia tertelungkup pada sofa dengan pantat nadia agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Gilbert akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh nadia .
Dari belakang pantat nadia , Gilbert menempatkan penisnya diantara belahan pantat nadia dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina nadia dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua
penisnya amblas ke dalam vagina nadia .
Jari jempol tangan kiri Gilbert dimasukkan ke dalam lubang pantat. nadia setengah berteriak,
“aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Gilbert yang dahsyat itu. Badan nadia dicoba ditarik ke depan, tapi Gilbert tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan nadia dan mengikuti arah badan nadia bergerak.
nadia benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Gilbert mencapai payudara nadia dan mulai meremas-remasnya.
Tak lama kemudian badan nadia bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar,
“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. nadia mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Gilbert mendorong habis
pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat nadia , penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan nadia dari belakang.
Sementara badan nadia bergetar-getar dalam orgasmenya, Gilbert sambil tetap menekan rapat-rapat
penisnya ke dalam lubang kemaluan nadia , pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina nadia ikut berputar-putar mengebor liang vagina nadia sampai ke sudut-sudutnya.
Setelah badan nadia agak tenang, Gilbert mencabut penisnya dan menjilat vagina nadia dari belakang.
Vagina nadia dibersihkan oleh lidah Gilbert . Kemudian badan nadia dibalikkannya dan direbahkan di
sofa. Gilbert memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan nadia ikut aktif membantu memasukkan penis Gilbert ke vaginanya.
Kaki nadia diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Gilbert . Gilbert terus menerus memompa vagina nadia. Badan nadia yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Gilbert, yang terlihat oleh saya hanya pantat
dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Gilbert.
Kadang-kadang terlihat tangan nadia meraba dan meremas pantat Gilbert, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Gilbert.
Gerakan pantat Gilbert bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina nadia , tiba-tiba,
“Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak,
Gilbert menekan habis pantatnya dalam-dalam, memetin pinggul nadia ke sofa, sehingga penisnya
terbenam habis ke dalam lubang kemaluan nadia .
Pantat Gilbert terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina nadia , sambil kedua tangannya mendekap badan nadia erat-erat. Dari mulut nadia terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Gilbert kemudian merebahkan diri di atas badan nadia yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina nadia . nadia melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.
Aku tidak bisa melihat ekspresi Gilbert karena terhalang olah tubuh nadia . Yang jelas dari sela-sela
selangkangan nadia mengalir cairan mani. Kemudian nadia pun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Gilbert dengan mulutnya, itu membuat Gilbert mengelinjang keenakan.
Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.,,,,,,,,,,,,,,,,,