Pergi Berlibur Bersama Keluargaku
- Home
- Cerita Dewasa
- Pergi Berlibur Bersama Keluargaku
Cerita Dewasa – Kodil terbangun, duduk dan terkejut dia menyadari berada di ruangan yang agak lapang, pintu warna putih namun tiada jendela. Di tengah ruangan terdapat ranjang, kasur dan bantalnya berwarna putih. Di salah satu dinding ada toilet duduk, bersebelahan dengan wastafel dan tempat mandi. Di dinding lain terdapat meja kecil.
Kodil lantas melihat dirinya sendiri yang sedang memakia pakaian aneh, pakaian yang seperti dipakai oleh pasien saat akan dioperasi, namun yang dipakai oleh Kodil berwarna biru. Kodil mencoba berpikir, Kodil ingat suara–suara yang muncul saat sedang tertidur namun tak jelas apa artinya, Kodil lantas mendekati toilet, kencing sambil mengingat apa yang terakhir terjadi.
***
Kodil, Luna kakaknya, serta Susan mamanya sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat wisata. Liburan tahunan ini biasanya dilakukan menuju tempat wisata baru yang belum pernah dikunjungi keluarganya. Kodil sangat menyukai acara ini, tapi Luna tak menyukainya, di perjalanan luna tak hentinya mengeluh sifat ayah yang tempramental dan keras kepala rupanya menurun pada Luna, belokan dan guncangan membuat Luna membuka jendela mobil, mengeluarkan kepala lalu muntah.
Jalur ini merupakan jalur baru yang belum pernah dilalui keluarga kecil ini. Karena itu, wajar apabila keluarga ini tersesat. Kodil melihat kompas yang ada di arlojinya, namun anehnya jarum kompas selalu berputar searah jarum jam dengan cepat. Hp pun tak ada sinyal, hingga akhirnya mobil berada dijalan tanah pedesaan.
Entah karena capek atau tak tau jalan, mobil yang dikendarai Luna menabrak sesuatu hingga tak bisa bergerak. Luna coba injak gas namun tak juga bergerak. Setelah melalui perdebatan yang cukup panas, akhirnya diputuskan untuk berjalan ke dataran yang agak tinggi untuk mencari sinyal hp dan bantuan.
Dalam malam yang kelam, Kodil memegang senter dan mulai melangkah diikuti kakak dan mamanya. Setelah beberapa menit berjalan, meraba–raba dalam gelap, ketiganya mulai melihat cahaya samar–samar di kejauhan. Muncul secercah harapan dihati sanubari ketiga insan sedarah itu.
Langkah mereka makin cepat, akhirnya mereka mengetahui sumber cahaya tersebut, sebuah bangunan seperti bangunan peninggalan jaman Belanda, berwarna putih dan tinggi, berdiri terpencil tanpa bangunan lain di bukit itu. dipintu yang diperkirakan merupakan pintu depan, terdapat tulisan “clinic”.
Kodil mencoba mendorong pintu, ternyata tidak terkunci. Kodil lantas masuk diikuti mama dan Luna, dilobi, terdapat sebuat sofa merah. Tiada seorang pun terlihat. Capek setelah berjalan, ketiganya memutuskan untuk duduk dahulu. Sofa merah itu terlihat bersih, tanpa ada debu yang menempel.
Beberapa menit berselang, dari dalam muncul seorang wanita berusia tiga puluhan membawa baki. Di baki itu terdapat tiga cangkir minuman, “selamat datang di tempat kami. Silakan barangkali haus.”
“Eh, iya. Maaf sudah merepotkan.” Mama bersuara sambil meraih satu cangkir, diikuti oleh putra dan putrinya.
Setelah minum, ketiganya mulai menyadari keanehan yang terjadi. Wanita tersebut hanya memakai pakaian khusus pasien yang akan dioperasi, namun berwarna hijau. filmbokepjepang.com Terlihat jelas wanita tersebut tidak memakai bh. Susunya memang tidak besar, namun putingnya terlihat jelas menonjol, membuat celana jeans Kodil menjadi sesak.
“Sebentar lagi petugas jaga menemui anda.”
Saat perempuan itu berbalik untuk pergi, mama bankit lalu memegang tangan perempuan itu, “maaf, kalau boleh tahu, ini di mana ya? Kami tersesat, mau mencari sinyal hp untuk meminta pertolongan.”
Wanita tersebut berbalik lalu menatap mama. “Maaf bu, saya bukan bagian informasi. Sebentar lagi petugasnya datang, silakan ibu bertanya kepadanya.” Wanita tersebut lalu melepas lengannya dari tangan mama, lalu bergegas masuk.
Setelah wanita tersebut menghilang, ketiganya lantas meminum minumannya masing–masing. “Tehnya aneh,” Luna berkomentar. Kodil mengangguk mengiyakan.
“Sudah, minum aja yang ada. Dikasih juga udah untung.”
Setelah minum teh, dari dalam muncul pria paruh baya penuh uban setenhah botak memakai jas putih khas dokter. “Selamat datang, saya Dr.Pongki, anda pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh.”
Kodil ingat, dokter itu menyajukan berbagai pertanyaan yang intinya kenapa mereka bisa sampai di tempat itu. Mama menjawab, bahkan meminta bantuan agar bisa menghubungi kerabat. Suara mama terdengar aneh, tidak seperti biasanya. Luna sudah tertidur di sofa. Saat Kodil akan bicara, suaranya tak mau keluar. Hmm.., tidak terduga. Tak kehilangan akal, Kodil lantas mencoba berkomunikasi melalui tangannya. Namun, saat Kodil mengangkat tangan, tiba – tiba muncul satpam.
Hal terakhir yang Kodil ingat adalah, dokter Pongki melepas pakaian mama hingga telanjang. Melihat toket mamanya, Kodil serasa ingin menyentuhnya. photomemek.com Saat mata Kodil akhirnya menutup, Kodil mendengar dokter menyuruh satpam agar mobil mereka diamankan. Satpam langsung menjawab dengan berkata ‘enam sembilan.’
Sekarang Kodil kembali ke situasinya. Mencoba membuka pintu, namun terkunci. Kodil memutuskan untuk duduk. Setelah duduk, di dinding tiba–tiba menggeser hingga nampak sebuah panel, jendela kaca. Dari jendela, Kodil melihat sebuah lorong dengan tiga ruangan berpanel kaca.
“Selamat pagi Kodil. Semoga tidurnya nyenyak.” Suara dokter Pongki menggema.
“Sss… ssss…” rupanya Kodil masih tak bisa bersua. Hanya serak–serak basah.
“Mohon sabar, anda belum bisa bersua dikarenakan efek samping obat yang tercampur dengan minuman yang anda minum. Mungkin ini mengejutkan, tapi anda adalah tamu kami. Keberadaan anda di klinik ini mungkin hanya beberapa minggu, tapi bisa juga lebih cepat atau lebih lama, tergantung pada pengobatan anda. Seperti anda lihat, setiap orang memiliki ruangannya tersendiri. Tapi ke depan bisa saja berubah.”
Muncul satu panel lain dari dinding, dengan tombol–tombol khusus. “Anda kini memiliki kontrol atas kamar lain. Bisa anda kunci atau buka kuncinya sesuka hati anda. Bisa anda dinginkan acnya, atau bahkan bisa anda buat panas hingga gerah. Anda juga bisa memberi makanan atau pun tidak. Namun semua itu ada harganya. Misal, jika saudarimu ingin makanan, maka saudarimu harus memberikan sesuatu sebagai gantinya. Namun hati-hati, jika anda kedapatan memberi melebihi apa yang seharusnya, si penerima akan menerima hukumannya. Anggap saja, anda adalah pemilik mereka.”
Susan mendadak ingat sebagian ucapan dokter itu dalam mimpi, ‘miliki… miliki… miliki…’
Luna terbangung. Melihat ke sekeliling lantas ke dirinya. Luna dapati dirinya telanjang, berbaring dengan bantal kecil sebagai sandarannya. Ranjangnya melekat ke dinding, ada empat dinding, tiga dinding bercat putih dan satu dinding terbuat dari kaca disudut, terdapat toilet duduk, wastafel serta sebuah tempat mandi. Semua itu dari stainless steel.
Susan mencoba berdiri sambil memanggil anak–anaknya. Namun lututnya sangat lemah, suaranya pun tak mau keluar. Susan pun memutuskan untuk kembali berbaring. Di pembaringan, Susan ingat mimpinya. Dalam mimpi itu, berulang kali terdengar perintah agar Susan menuruti semua perintah anaknya, Kodil.
Setelah perintah itu diulang–ulang, dalam mimpi Susan merasa bibirnya dicium bibir Kodil. Tangan Kodil meremas toketnya, mulutnya menghisap kontol anaknya.
Susan jadi ingat setelah suaminya kabur dengan wanita lain, beberapa kali dia menjalin hubungan, tapi selalu kandas. Akhirnya tiga tahun belakangan ini dia tak pernah berhubungan seks lagi.
Mimpi itu, meski sangat tidak masuk akal, telah membangkitkan kembali gairah seks Susan. Susan merasa memeknya gatal dan ingin sekali dimasuki kontol. Susan mulai menyentuh memek dengan jemarinya, memejamkan mata dan mulai menggerakan jemarinya…
Luna tersadar dari tidurnya. Mendapati keadaanya yang aneh, Luna lantas menuju dinding kaca, menggedor–gedor sambil meminta tolong. filmbokepjepang.com Namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Kenyataan ini membuat Luna menjadi pusing hingga menangis. Luna sungguh benci liburan ini. Luna benci mobil bututnya, Luna benci ayah yang telah meninggalkannya, Luna membenci keluarganya. Luna penuh dengan kebencian.
Merekalah sumber semua ini. Mereka memaksanya untuk ikut liburan ini. Sementara, Luna tak ingin pergi. Luna ingin menghabiskan waktu bersama teman–temannya gila–gilaan sambil jalan–jalan.
Setelah puas menangis, Luna mendadak ingat mimpinya, dalam mimpi itu, Luna seperti mendapat perintah agar menuruti Kodil. Perintah itu dikatakan berulang kali. Setelah itu, Luna berbaring telanjang di lantai. Merasa jijik dengan perintah itu.
Susan mendengar suara klik. Pintu lantas terbuka dan masuklah Kodil. Menyadari ketelanjangannya Susan mencoba menutupi tubuh dengan selimut kecil. Kodil mendekati dan menyodorkan sebotol minuman. Susan meraih lalu meminumnya. Kodil lalu memegang kedua pipi mama dan mencium bibir mamanya.
Beberapa hari ke belakangan, Susan akan langsung menampar pipi anaknya atas kelakuannya itu. Namun Susan hanya diam saat lidah anaknya mencoba masuk ke mulutnya, tangan anaknya menyelinap selimut dan mengelus-elus toketnya, namun Susan tak melawan.
Kodil lantas berdiri tegak menghadap mama. “Aku senang kamu baik–baik saja. Biar gak pusing, kita sedang jadi objek eksperimen. Sekarang, aku yang mengambil alih semuanya. Kamu sama Luna mesti nurut semua yang aku perintahkan. Baik di sini maupun nanti setelah keluar dari sini. Kamu mau kemana, apa yang kamu pakai, apa yang kamu lihat aku yang tentukan. Semakin cepat kamu menyadari posisi barumu, semakin cepat kita keluar dari tempat ini.”
Susan menatap anaknya, tertegun. “Kamu mau apa nak? Kenapa kamu gak sebut ‘mama’, malah ‘kamu’?”
Kodil tersenyum, “mulai sekarang kamu milikku. Terserah aku untuk menyebutmu apa aja. Mau mama, mau kamu, mau istriku, mau lonteku kamu mesti melakukan apa yang aku suruh kalau tidak kamu takkan mendapat makanan dan atau minuman, Bahkan takkan mendapat kenyamanan. Faham?”
Kodil lantas menarik selimut dari tubuh mama hingga telanjang. “Sekarang berlutut, isep kontolku sekarang, sementara tanganmu ngocok memekmu!”
Susan lantas berlutut dan meraih kontol anaknya. Kontol anaknya lantas diisepnya sementara anaknya melihatnya. Anehnya Susan merasa nyaman melakukan ini, bahkan suara anaknya terdengar menenangkan. Tangan kananya memegang kontol, sementara tangan kirinya bermain di memeknya sendiri.
Kodil memperhatikan mama yang sedang mengisap kontolnya, “Kamu belum terlalu tua. Mulai sekarang, kamu mesti hamil.”
Tanpa melepas kontol dari mulutnya, Susan mengganggukkan kepalanya.
“Kamu kayaknya mau keluar. Ayo lonteku, jangan di tahan. Biar kudengar suaramu.”
Tangan Susan semakin liar di memeknya, dan kata–kata anaknya membuatnya keluar hingga menjerit nikmat. Susan merasa orgasmenya kali ini sungguh sangat nikmat, melebihi apa yang bisa diberikan mantan suaminya. Susan lantas melepas kontol dari mulutnya, lalu mencoba menghirup nafas sambil terengah–engah.
“Kamu bener – bener lonte, San . Aku bakalan senang buntingin kamu.”
“Mama hanyalah lontemu,” desah Meli sambil berlutut gaya anjing.
Kodil lantas berlutut di belakang mama. Kontolnya didorong hingga masuk ke memek mama. Tangan Kodil meraih susu mama meremas susu dan memelintir putingnya. Susan tiba–tiba ingat, tanpa hubungan dengan siapa pun, dia tak memakai kb. Saat anaknya menyemburkan benih di rahimnya, Susan tau sebentar lagi dia bisa hamil. Keduanya lalu tergulai lemas di lantai.
Susan sudah lemah saat mulut anaknya menyusu, sementara kontolnya menusuk memeknya berkali–kali. Anaknya bahkan mencoba menggigit putingnya membuat Susan kembali keluar.
“Ahh… terus… terus… hamilin mama… ahhh…” Susan menegang saat keluar, namun sodokan anaknya yang tanpa henti kembali memuatnya keluar. ceritaseksbergambar.com Setelah anaknya menyemburkan lagi peju di memeknya, anaknya tergulai di atas tubuhnya. Peluh mereka bercampur. Kontol anaknya akhirnya mengecil. Meli tak ingin kontol anaknya lepas dari cengkraman memeknya, namun akhirnya lepas juga. Dialah anaknya, pemiliknya, ayah dari calon anak–anaknya. Luna merasa bahagia.
Luna berbaring di lantai. Kelelahan setelah mencoba berteriak hingga ambruk. Luna sangat haus, begitu hausnya hingga meraih mangkuk stainless lalu minum. Meski mangkuk itu bersih, tetap saja Luna merasa jijik. Samar–samar Luna mendengar desahan dan suara – suara. Setelah beberapa saat, tari mengenal suara itu, suara mama dan adiknya. Kemudian, Luna mendengar suara seperti orang yang sedang ngentot. Juga mendengar mama keluar beberapa kali.
Tapi siapa yang sedang ngentot sama mama? Suara klik terdengar, pintu terbuka lalu muncul adiknya telanjang. Beraroma seksual.
“Apa–apaan ini? Mana mama? Kenapa lu telanjang?”
Kodil mendekat lalu berdiri di sebelahnya. Kontolnya keras dan basah. Juga beraroma campuran peju dan cairan memek.
Perlahan Dani menjelaskan kenapa mereka sampai terjebak di tempat ini. Bagaimana ia harus mengambil kontrol agar bisa keluar. Juga bagaimana seharusnya agar mereka bisa cepat pulang.
“Dan sekarang,” lanjut Kodil, “karena gue abis ngentot Susan, lu mesti isep kontol gue. Gak ngisep gak makan.”
“Mati aja lu!” kata Luna sambil berbalik hingga membelakangi adiknya.
“Terserah.” Kodil meraih rambut kakanya, lalu mengusapkan ke kontolnya hingga rambut kakanya penuh aroma peju. “Gue bakal bikin kamar ini dingin tanpa makanan dan air. Biar bau kotoran lu.”
Detik–detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti. Hari–hari pun terus berganti, Kodil terus ngentot Susan. Juga melatihnya dengan bimbingan dokter.
Luna terus menolak, meski keaadannya tambah parah.
Suatu pagi di kamarnya, Kodil merasa lapar. Kodil memijit tombol makanan. Makanan pun datang, biasanya satpam yang mengantarkan. Namun kali ini, pengantar makanan adalah wanita pembawa baki dahulu. Setelah wanita itu menyimpan makanan, Dani segera berdiri menghalangi pintu keluar.
“Tunggu sebentar. Saya ingin kenal kamu.”
Wanita itu lantai melihat lantai, menghindari kontak mata. “Dokter mengizinkan saya bicara anda ditanya oleh anda.”
“Siapa namamu?”
“Saya tak punya nama, hanya nomer. 19902.”
“Bagaimana kamu bisa sampai di sini?”
“Dulu ada seorang anak nakal berusia empat belas tahun. Orang tuanya tak sanggup lagi membimbing anak nakal tersebut hingga tak lagi memiliki ide bagaimana cara untuk menyelamatkannya. Daripada anak nakal tersebut berakhir di prodeo, maka orang tua tersebut memasukan anak nakal itu ke klinik ini. Anak nakal itu dicabut nama, asal – usul dan pakaiannya. Anak nakal itu dilatih sedemikian rupa hingga berubah menjadi penurut. Setelah berubah, anak nakal itu diberi nomor identitas, yaitu 19902. sebagai gadis penurut, 19902 akan tetap disini hingga ada orang lain yang mau membawanya dan juga menamainya. Serta melihat 19902 apa adanya.”
Setelah berkata, 19902 kemudian meraba rambut dan menariknya hingga lepas. Rupanya 19902 memakai wig. Kepalanya plontos tanpa sehelai rambut. Setelah itu, 19902 melepas pakaian hingga akhirnya telanjang, berdiri di hadapan Kodil.
“Muter.” Kodil merasa percaya diri (di sisi lain, Kodil juga merasa, Kodil yang dulu takkan memiliki kepercayaan diri seperti ini. Apalagi memerintah orang lain.)
Sambil tetap menatap lantai, 19902 berputar pelan. Satu–satunya rambut di tubuh 19902 hanyalah alis dan bulu matanya. Susunya kecil, pantatnya merah seolah baru saja dipukul. Putingnya yang mancung membuat Kodil tak tahan. Kodil menginginkan wanita ini.
“Lihat aku!” mata wanita itu akhira beradu dengan mata Kodil. “Aku ingin menyentuhmu. Apa dokter mengizinkan kamu disentuh olehku?”
Gadis itu tiba–tiba tersenyum sambil berlutut. “Dokter telah mengizinkan saya memberikan kenikmatan apapun kepada tuan. Saya telah dilatih. Tuan boleh memainkan mulut saya, memek saya, anus saya. Dengan seizin tuan, saya mainan tuan.”
Kodil lantas meraih lengan gadis itu hingga berdiri. Kodil lantas mencium gadis itu. Keduanya lantas ciuman sambil berpelukan. Dani lantas membaringkan gadis itu di ranjang. Gadis itu lalu membuka pahanya lebar–lebar.
Kodil lalu merendahkan kepala hingga berhadapan dengan memek gadis itu. Kodil mulai menciumi memeknya. Lalu mulai menjilati membuat gadis itu mendesah. photomemek.com Jilatan Kodil pada itil gadis itu membuat desahannya makin tak terkontrol. Tangan Kodil kini meremas pantat gadis selagi lidahnya bermain di itilnya hingga akhirnya gadis itu pun keluar. Tubuhnya kejang. Namun setelah itu sang gadis menangis.
“Tolong tuan, budak tak berharga ini tak layak,” katanya di sela isak tangisnya. “Kenapa tuan begitu baik?”
Kodil mencium perutnya, susunya hingga mulutnya. Kontolnya menggesek–gesek memek gadis itu. Dengan satu tusukan, kontol itu amblas dan gadis itu mengerang nikmat. Sambil memompa, Kodil merendahkan kepala hingga nyusu pada gadis itu.
“Kamu memberikan tubuhmu, tapi aku ingin hatimu. Aku jatuh cinta sejak pandangan pertama. Aku ingin kamu mencintaiku.” Suara Dani jelas terdengar di sela susuannya. Kodil merasa sebentar lagi akan keluar, “bilang kalau kamu juga mencintaiku!”
Nafas gadis itu mulai tersengal saat orgasmenya mendekat, “tapi tuan, tubuh ini milik … Uh… Oh… Hamba tak bisa… ohh” Tubuh gadis itu kejang, “dia melihat… hamba akan dihukum… oh…oh… iya… aku mencintaimu….”
Mendengar ucapan gadis itu membuat Kodil ikut keluar. Keduanya pun lemas penuh peluh. Setelah beberapa menit dalam diam, tangan gadis itu meraih kontol Kodil lalu mengocok hingga kembali keras. Setelah itu, Gadis itu kembali nungging, lalu melirik ke Kodil, “tolong gaya anjing tuan, saya mohon tuan sudi masuk ke anus saya.”
Tanpa membuang waktu, Kodil langsung mencoba menjebol bool gadis itu. Secara perlahan kontol itu masuk memberi kenikmatan lain pada kedua insan itu. Tangan Dani mulai mengelus memek sementara kontolnya menusuk anus.
“Terus tuan. Lonte kotor ini akan bersihin kontol tuan setelah keluar. Lonte kotor ini tak pantas tuan cintai, hanya untuk tuan pakai terus tuan.”
Kodil tak lagi bisa menahan orgasmenya. Dengan tangan memegang pinggul gadis itu, Kodil menyemprotkan peju dalam anus hingga berhenti. Setelah beberapa saat, kontol Kodil kembali mengecil dan otomatis keluar. Kontolnya penuh pejunya sendiri dicampur kotoran kuning berceceran.
Gadis itu lalu berbalik dan mulai menjilati kontol Kodil, sesekali menghisapnya hingga bersih. Setelah itu, testis Kodil juga tak luput dari sapuan mulutnya. “Lonte kotor atau bukan, aku tak peduli. Yang penting aku mencintaimu. Aku ingin kamu. Katakanlah, katakan sejujurnya, apa mungkin kamu mencintaiku?
Gadis itu melepas kontol dari mulutnya, duduk lalu mulai menutup wajah dengan tangannya. Gadis itu mulai menangis tersedu–sedu. “Hamba tak peduli jika setelah ini bakal dihukum lagi. Yang sekarang hamba pedulikan adalah hamba juga mencintai tuan,” katanya disela isakannya.
Sebelum Kodil membuka mulut, terbuka pintu dan muncullah wanita lebih tua berpakaian seperti suster datang dan menarik gadis itu.
Pintu terbuka. Susan langsung berbaring di ranjang dan melebarkan pahanya. Susan sangat senang sejak semalam, saat diberi alat tes kehamilan dan hasilnya meli mengandung benih anaknya. Kini Susan menanti dijamah anaknya. Namun yang datang adalah satpam. Susan terkejut, lantas mencoba menutupi tubuhnya. Satpam itu berdiri di dekat Susan lalu melemparkan pakaian serta sisir. “Cepat pakai! Atau saya tampar kamu!”
Luna berbaring lemah. Telanjang dalam ranjang. Sakit. Entah sudah berapa lama dia disekap.
Kenyataannya, sudah dua minggu berlalu namun dirinya tak juga takluk pada adiknya. Luna telah tidur dalam dingin, dalam panas, kelaparan, tapi setiap kali Dani datang, Tari tak mau mengikuti perintahnya.
Tubuhnya sangat kurus hingga tak lagi memiliki kekuatan untuk bergerak dari ranjangnya. Dia sudah kencing dan buang air di tempat. Terpaksa staf klinik membersihkan tempat itu tiap malam, dan memberi vitamin via injeksi sekedar untuk bertahan hidup. Berbahagialah dia yang tidak pernah dilahirkan. Setengah bahagia dia yang mati muda. Sedang sial bagi yang yang mati tua.
Pintu terbuka. Tari tak lagi melihatnya. Seorang perawat datang lantas menatapnya, “kasihan kamu nak. Kenapa gak kamu serahkan saja tubuhmu?”
Dengan mata masih terpejam, Luna merasa diangkat ke ruang lain dan ditempatkan di kasur lain. Luna mendengar suara orang yang sedang melepas pakaian. “Jangan…” lirih Tari lemah. Sebuah tangan lantas memegang tubuhnya dan menyuruhnya untuk tenang. Luna takan diperkosa, kata suara itu. Suara perempuan. Luna lantas mencoba santai biar otot tidak tegang. Luna merasa sepasang bibir hangat menyentuh bibirnya. Naluri Luna langsung bereaksi membuat Luna mencoba mengetahui siapa yang sedang membelainya. “Mah….?” tanya Luna.
“Sayang, andai aku mamamu.” wanita itu lantas membawa Luna ke tempat mandi lalu mendudukannya di lantai. Luna membuka mata menatap wanita cantik yang sedang beridiri. Jembutnya dicukur hingga berbentuk hati.
Wanita itu membuka keran hingga Luna langsung diguyur air dari shower. Luna disabuni. Juga memeknya tak luput. Ternyata belaian wanita itu pada memek Tari berlangsung terus hingga Luna mulai menikmatinya. Refleks Luna mulai melebarkan kaki. Luna kini mengerang saat jemari wanita itu mulai mengelus itilnya. “Tenang nak, biar mama barumu mengurusmu!”
Luna merasa orgasmenya mulai mendekat. Luna lantas menggerakan kepala hingga menyusu ke susu perawat itu. Saat Luna akhirnya keluar, kepalanya kembali ditarik. Wanita itu langsung menciumnya sementara Tari masih menikmati orgasmenya. Luna menikmati permainan wanita itu hingga akhirnya lidah keduanya bertautan.
Mata Luna kembali ditutup saat dia merasa diangkat kembali dan ditidurkan di kasur. Lengannya kembali diinjeksi sesuatu. Luna mendengar sebuah suara. Lantas merasa rambutnya dicukur. “Rambutmu terlalu kusut, jadinya susah diluruskan. Jangan khawatir.”
“Ya.” hanya itulah jawaban Luna. Luna mulai merasa itilnya kembali dijilati. Tari sedikit melenguh saat jemari kecil wanita itu mencoba menerobos anusnya. Tanpa kesadaran penuh, Luna hanya mampu mengerang merasakan kenikmatan dari mulut wanita itu.
***
Kodil bangun saat pintu terbuka. Muncul satpam lalu menyerahkan pakaian. “Waktunya konsultasi dengan dokter.” Setelah kencing dan berpakaian, Kodil mengikuti satpam ke ruang dokter. Ruangan itu memiliki jendela besar. Dari jendela, Dani bisa melihat pantai.
Di ruangan, Gadis terikat lengannya ke langit–langit, hingga gatis itu mesti berjinjit agar tetap berdiri. Mulutnya ditutupi bola merah. Kakinya melebar, pergelangan kakinya diikat hingga memeknya terlihat. Pentilnya dipasangi jepitan. Jepitan itu dipasangi tali yang tersambung ke sebuah bandul.
Hati Kodil tercekat melihatnya, namun Kodil mencoba tidak bereaksi.
Dokter yang sedari tadi duduk lantas mendekati Dani dan menjabat tangannya. “Selamat datang. Dari penelitian yang kami lakukan, Anda dan Meli sepertinya maju dalam prosesnya. Saya yakin Anda akan terampil menjadi pemilik nanti di rumah. Namun, ada beberapa hal yang mesti kita bincangkan sebelum Anda diputuskan untuk keluar. Pertama soal kakak anda. Tekadnya kuat hingga Anda belum bisa merubahnya. Sepertinya Dia memilih kelaparan daripada menurut. Bisa jadi ujian terhadap dominasi anda.”
Dokter lalu memijit sesuatu di meja, lantas bicara “Suster H, tolong bawa pasien anda masuk.”
“Kedua,” dokter lantas menunjuk gadis terikat, “anda sepertinya tertarik dengan ini. Sayangnya Anda tak bisa memilikinya. Dia milik kami.”
Gadis itu mengisak pelan, airmatanya jatuh. Dokter lantas memutar gadis itu hingga membelakangi Kodil. Terlihat pantatnya merah tanda luka cambukan. “Seperti yang anda lihat. Ini hanyalah seonggok daging. Saya memang keras, tapi dia sangat menyukainya. Coba raba memeknya, pasti sudah basah.”
Kodil menuruti dokter, memeknya memang basah. Bahkan gadis itu melenguh. “Sejak tiba disini, tubuhnya sudah dipakai banyak pria, bahkan wanita. Dia terlatih memberi kenikmatan. Anda kira dia mencintai anda, tapi itulah sandiwara.” dokter lantas membuka bola mulut gadis itu. “19902, katakan apa yang sebenarnya terjadi.”
Air mata gadis itu bercucuran hingga membasahi susunya. “Tuan, saya hanya untuk kesenangan. Saya bilang saya mencintainya karena bisa membuatnya senang.” Hati Kodil serasa hancur mendengarnya. Dokter melihat perubahan di wajah Kodil. Dokter kembali menutup mulut gadis itu. Dokter lantas mengambil pecut dari laci meja dan menyerahkan ke tangan Kodil.
“Silakan anda hukum dia karena telah membohongi anda.” Kodil lantas memecut paha gadis itu. Gadis itu menjerit menangis. “Dasar lonte. Kamu bilang mencintaiku. Dasar pembohong.”
Kodil terus memecut hingga air mata gadis itu membasahi lantai. Setelah puas, Dani melepas pecut.
Pintu terbuka. Susan masuk dan melihat gadis itu. Saat melihat anaknya, Susan langsung menunduk mendaki anaknya dan berlutut di depannya. Dokter tersenyum, “Selamat Kodil, Anda telah melatihnya. Juga memberinya hadiah di perutnya. Anda telah siap menjadi tuan di rumah sendiri.” Dokter kembali duduk di belakang meja lalu memberi isyarat agar Kodil duduk di sofa. Kodil duduk, lantas menyuruh mama duduk di sebelahnya. Kodil membaringkan kepala mama di pangkuannya, menarik baju ke atas hingga susu mama terlihat. Setelah itu Kodil memainkan susu mama. Mama tersipu malu tapi tak menghentikannya.
Pintu kembali dibuka. Muncul perawat mendorong kursi roda. Di kursi roda itu duduk Luna yang lemah. Kepalanya botak. Memakai pakaian pasien. “Saya memandikannya, namun rambutnya begitu kusut hingga tak bisa diluruskan kecuali dibotaki terlebih dahulu,” perawat pendorong menjelaskan. “Dia sedikit gelisah sehingga saya injeksi sedikit penenang. Sepertinya kehadiran saya juga menenangkannya, kalau boleh, saya ingin di sini agar pasien tidak gelisah.”
“Ya, kita bisa melihat itu.” Dokter kembali menatap Kodil. “Luna termasuk orang yang gigih. Kebanyakan wanita akan mudah luluh pada anda, seperti yang sedang dipangkuan anda, tapi dia tidak. Saya yakin bisa melatihnya, namun saya tidak bisa meyakinkan anda durasi pelatihannya. Saya ragu anda bisa melatihnya di rumah, apabila anda salah langkah, bisa jadi kacau, bahkan sebelum negara api menyerang. Bagaimana pendapat anda?”
Dokter cukup bicara. Dani menatap pantai. Selama beberapa menit, ruangan itu diselimuti keheningan yang mencekam. Kodil akhirnya berdiri meninggalkan mama yang terbaring di sofa. Kodil mendekati gadis terikat lantas membuka penutup mulutnya. “Gadis ini sungguh terlatih. Tapi saya yakin dia mencintai saya. Coba jawab sekali lagi dan jangan memutar balikkan fakta!”
Gadis itu menatap dokter dengan wajah ketakutan. Dokter tersenyum membalas tatapan gadis itu lantas bicara, “19902, katakanlah… katakan sejujurnya… tak akan ada hukuman kali ini.”
Gadis itu masih mengeluarkan air mata, lalu menelan ludahnya. “Benar, hamba sangat mencintai tuan. Hamba ingin memiliki benih tuan.”
Kodil membelai pipi gadis itu, membungkuk lalu mencium bibirnya. “Maafkan keraguanku…” bisiknya. Kodil lantas kembali berdiri dan menatap dokter. “Di awal, gadis ini bilang saat datang, identitasnya diambil lantas dilatih. Kenapa kita tak melakukan hal yang sama pada Luna? Biar keluargaku sempurna dan anda mendapat bahan latih baru.”
Dokter bertepuk tangan, “Kodil, ide buatanmu, numero uno! Sesuatu untuk sesuatu. Anda datang beserta Luna, pulang pun beserta Tari.
Dani lantas berbalik melihat mama. Mama terlihat linglung menatap anak pertamanya lemas di kursi roda. Mata mama mulai basah menyadari kemungkinan perpisahan dengan anak pertamanya. Perawat pendorong lantas bicara, “jangan khawatir, akan saya urus baik – baik.” Perawat itu lantas mengambil suntikan dan menginjeksi mama. Setelah itu perawat melihat Dani, “tenang, ini hanyalah penenang dosis rendah.”
“Perawat, bawa 24602 ke ruang persiapan. Siapkan identitas baru untuk 19902 lalu lepaskan dia.” Perawat menarik kursi roda keluar ruangan, sementara satpam muncul untuk melepas tali yang menjerat 19902. Setelah itu dibaringkan di sofa, bersebelahan dengan mama.
Kodil lantas mendekati sofa dan berbicara, “Susan, ini putrimu Luna. Kamu mencitainya dan dia mencintaimu.” Mama mengangguk seolah mencerna kalimat ini.
“Dia putri saya, Luna” Mama mulai bergumam. “Aku mencintainya, dia mencintaiku.”
“Sekarang kamu boleh peluk dan cium dia.”
Mama memeluk gadis itu. Gadis itu mencium mama. Gadis itu menangis bahagia, diikuti mama. “Mama, aku punya mama lagi.” kata gadis itu.
Dokter mengambil dokumen dari laci dan menaruhnya di meja. “Saya tahu anda semangat terhadap keadaan keluarga anda. Tapi kita harus bicara kenyataan. Anda masih sma. Sedang mama dan kakak anda tentu takkan bisa mencari nafkah. Sebentar lagi anda menjadi ayah. Jadi apa rencana anda?”
Kodil diam sebentar, lalu mengangkat bahu. “Sepertinya saya harus berhenti sekolah lalu mulai bekerja.”
“Kenyataannya, pekerja lulusan smp sangat bergaji murah. Sepertinya takkan cukup membiayai dua wanita hamil. Namun, di setiap kesulitan terdapat kemudahan. Selama anda di sini, saya sudah memeriksa latar belakang anda. Ayah anda yang pergi tanpa pamit memiliki rekening bank yang cukup lumayan hasil dari penggelapan pajak. Total dananya kira–kira di atas delapan ratus miliar yang disimpan di negeri singa. Sudah saya urus dokumennya hingga rekening itu bisa jatuh ke tangan anda, namun ada beanya sepuluh persen, kalau anda setuju.
Dokter menyerahkan dokumen yang lantas diraih Kodil. Kodil mempelajari dokumen tersebut sambil berpikir. “Deal or no deal?” kata dokter.
“Deal.”
“Selamat atas keputusan anda. Kami akan memeriksa perkembangan keluarga anda secara berkala, namun dapat kami pastikan anda takkan menyadarinya.” dokter lantas melihat Luna, yang sedang menutup mata sementara toketnya disedot oleh putri barunya. “Baiklah, biar satpam mengantar anda dengan selamat sampai ke rumah anda.”,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,