Nikmatnya ngentot sama mila sebagai bayar hutang suaminya
Memang aku mengerti keadaannya. Ia menikah pun karena desakan orang tua Mila, yang kini jadi istrinya. Darta sendiri, sampai saat ini belum punya pekerjaan.Karena hari sudah larut, aku tahu diri, segera permisi pada Darta.Gua jadi enggak enak nih.. Sudahlah Ta. Gua gak apa-apa koq.
Gua cuma nyoba aja, barangkali ada, aku menukasnya, takut membuatnya jadi beban pikiran. Ma, gua mau bisikin sesuatu.. tiba-tiba Darta mendekatkan mulutnya ke arah telingaku. Dan aku benar-benar terkejut, ketika Darta menawarkan istrinya untuk kutiduri. Gila lu.. Sialan.. ucapku. Sstt.. Jangan berisik. Gua juga kan ingin balas budi sama elu. Soalnya eu udah banyak berbuat baik sama gua.
Gak ada salahnya kan, kalau kita saling berbagi kesenangan.. begitulah ucap Darta dengan serius.Memang diam-diam sudah sejak lama aku selalu memperhatikan Mila. Bahkan aku pun memuji Darta, bisa mendapatkan gadis secantik Mila. Selain posturnya yang tinggi, Mila memiliki kulitnya yang putih dan mulus. Tubuhnya menggairahkan. Memang selalu terbungkus rapat, dengan baju yang longgar.
Lihat saja penampilannya, yang selalu terbungkus sopan dan rapi.Lu serius, Ta? Bagaimana dengan Mila? Apa dia mau? aku pun akhirnya mulai terbuka. Kita pasang strategi, donk! Kalau secara langsung, jelas istri gua kagak bakalan mau, jawabnya. Gimana caranya? aku penasaran.Darta kembali membisikan lagi rencana gilanya. Aku memang sangat menginginkan hal itu terjadi.
Sudah kubayangkan, betapa nikmatnya bersetubuh dengan perempuan aduhai seperti Mila.Mila..! Mila..! Milaa..! Darta memanggil istrinya.Dan tanpa selang waktu lama, Mila ke luar dari dalam kamarnya dengan dandanan yang tetap rapat.Ada apa, Bang? tanya Mila. Tolong belikan rokok ke warung..! kata Darta sambil merogoh uang ribuan ke dalam sakunya. Baik, Bang, Mila menerima uang itu, lalu ke luar.Darta segera menyuruhku masuk ke dalam kamarnya, seraya masuk ke kolong ranjang. Aku mau saja, berbaring di tembok dingin, di bawah ranjang. Lalu Darta ke luar lagi. Pintu kamar, tampak masih terbuka.Tidak lama kemudian, terdengar suara Mila yang datang. Mereka bercakap-cakap di ruang tamu.
Dan Darta mengatakan kalau aku sudah pulang, karena ada ditelepon sama bos-ku. Mila kedengarannya tidak banyak tanya. Dia tak terlalu mempedulikan kehadiranku. Hingga suara pintu yang dikunci pun, bisa terdengar dengan jelas.Kulihat dua pasang kaki memasuki kamar. Pintu ditutup. Dikunci pula. Bahkan termasuk lampu pun dimatikan, sehingga mataku tak melihat apa-apa lagi. Yang kudengar hanya suara ranjang yang berderit dan suara kecupan bibir, entah siapa yang mengecup. Lalu ada juga yang terdengar suara seleting celana, dan nafas Mila yang mulai tak beraturan. Pluk, pluk, pluk..
Sepertinya pakaian mereka mulai dilemparkan ke lantai, satu persatu.Emh.. Ah.. Uh.. Oh.. Jelas, itu suara milik Mila. Euh.. He.. Euh.. nah kalau itu, suara Darta.Tampaknya mereka sudah mulai bercumbu dengam hebatnya. Ranjang pun sampai bergoyang-goyang begitu dahsyat.Emh.. Akh.. Ayo Bang.. Aduuh ss.. suara Mila membuat nafasku bergerak lebih kencang dari biasanya.Aku bisa merasakan, Mila sedang ada dalam puncak nafsunya. Aku sudah tidak tahan mendengar suara dengusan nafas kedua insan yang tengah memadu berahi ini. Hingga aku mulai membuka celanaku, bajuku dan celana dalamku. Aku sudah telanjang bulat. Lalu aku bergerak perlahan, ke luar dari tempat persembunyian, kolong tempat tidur.Meski keadaan sangat gelap, namun aku masih bisa melihat dua tubuh yang bergumul.
Terutama tubuh Mila, yang putih mulus. Darta sudah memasukan penisnya, dan sedang memompanya turun naik, diiringi desahan nafas yang tersengal-sengal. Konvensional. Mila sepertinya lebih menikmati berada di posisi bawah, sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Darta, dan kakinya menjepit pantat Darta. Aku mulai tidak tahan.Tiba-tiba Darta semakin mempercepat pompaannya. Ranjang bergoyang lebih ganas lagi. Dan suara erangan tertahan Mila semakin menjadi-jadi.Emh, emh, emh, emh.. Ah.. Oh.. Hanya itu yang keluar dari mulut Mila, karena mulutnya disumpal oleh mulut Darta. Dan akhirnya. Agh.. Agh..! suara Darta mengakhiri pendakian itu.Namun tampaknya Mila belum selesai. Terbukti, kakinya masih menyilang erat, mengunci paha Darta, agar tak segera mencabut penisnya.
Tetapi apa hendak dikata, Darta sudah lemas. Ia tergolek dengan nafas yang lemah-lunglai.Kesempatan inilah, saatnya aku harus masuk. Demikian yang direncanakan Darta tadi. Maka tanpa ragu lagi, aku segera melompat ke atas ranjang. Meraih tubuh Mila dan langsung menindihnya. Tentu saja Mila terpekik kaget.Siapa Kau..! Kurang ajar..! Pergi..! Ke luar..! jangan..! setaan..! Mila berontak. Ia sangat marah tampaknya. Mila, aku punya hutang pada kawanku. Berilah ia sedikit kesempatan.. Darta yang menjawab, sambil mengelus rambutnya. Biadab..! Aku tidak mau..! Lepaskan..! bangsat..! Mila mendorong tubuhku.Namun karena nafsuku sudah memuncak, aku tak mungkin menyerah. Kutekan lebih keras tubuhnya, sambil tanganku berusaha menuntun agar penisku segera masuk. Mila tetap …meronta.
Mila berkali-kali meludahi mukaku. Tetapi aku diam-diam menikmatinya. Bahkan ludahnya malah kusedot dari bibirnya, dan kutelan.Meskipun liang vagina Mila sudah licin, namun penisku tetap agak seret untuk segera menembusnya. Mila terpekik, ketika aku menekan dan memaksakannya sekaligus. Bles..! Akhirnya masuk juga. Kudiamkan beberapa saat, karena aku ingin mencumbu dulu bibirnya. Mila tetap berontak, sampai akhirnya kehabisan tenaga. Akhirnya ia hanya diam.Kurasakan ada air mata yang mengalr dari kedua kelopak matanya. Tetapi aku semakin bernafsu. Kuremas-remas payu daranya yang ternyata memang cukup besar dan begitu kenyal. Lalu aku mulai memompa penisku. Mila terpekik kembali. Kasihan juga, aku melihatnya. Sehingga aku bergerak perlahan-lahan, sampai akhirnya vagina Mila bisa beradaptasi dengan penisku. Mila tidak bereaksi. Ia diam saja. Namun aku sangat menikmatinya. filmbokepjepang.com
Walaupun Mila diam, tentunya jauh lebih nikmat dari pada melakukannya dengan patung. Aku terus memompanya, sampai napasku mulai ngos-ngosan. Kucoba menyalurkan nafasku ke arah telinga Mila. Dan hasilnya cukup bagus. Lama kelamaan, di sela isakan tangisnya, diam-diam kurasakan vaginanya diangkat, seakan Mila ingin menerima hunjaman penisku lebih dalam. Tentu saja aku semakin bersemangat. Kupompa lebih cepat lagi. Tiba-tiba isakan tangisnya berhenti, diganti dengan nafasnya yang kian memburu. Dan yang lebih mengagetkan lagi, kakinya tiba-tiba mengunci pantatku. Aku tersenyum, sambil mencumbui telinganya.Kau menikmatinya, sayang? bisikku.? Diam..! dia membentakku.