Love before Y2K – 4
- Home
- Cerita Sex
- Love before Y2K – 4
Love before Y2K – 4
Bookmark and Share”Kamu nggak mau di hisap dulu?” Tanyaku berbisik.
“Nggak usah.. hh udah basah nih..” jawabnya penuh nafsu.
Perlahan batang kemaluanku memasuki lubang vaginanya. Benar saja, lubangnya telah basah oleh cairannya sendiri, sehingga meskipun agak lambat, batangku masuk dengan lancar. Betapa nikmat kurasakan. Batangku terasa diurut dan dihisap kemaluannya. Dengan berpegang ke meja di hadapannya ia mengangkat badannya. Perlahan batang kemaluanku keluar dari lubang vaginya. Kembali batangku terasa ditarik lembut oleh kemaluannya. Tak lama kemudian ia pun turun naik dengan lancar di atas batang kemaluanku yang tegak bagai tiang bendera. Begitu bersemangatnya Srini, sampai meja makan di depan kami ikut bergeser dan berbunyi di atas lantai kayu yang licin dan dingin.
Mulutnya mengerang tak henti-hentinya, menandakan ia terbawa dalam kenikmatan hebat. Ketika tengah mengayuh hebat, Srini berhenti sejenak. Lalu berdiri dan berbalik menghadapku. Dengan mengangkangkan kakinya ia kembali menurunkan badannya. Dengan satu tangan diantara tubuh kami, dituntunnya galah dagingku ke arah kemaluannya. “Bless..” Zakarku kembali masuk dengan ganas. Mulut Srini mulai mencari mulutku. Aku tidak tinggal diam. Segera kusambut mulutnya yang tetap ranum walaupun tidak memakai lipstik itu, dengan ciuman yang panas dan bergelora. Kami saling menjilat, mengulum dan tekadang menggigit. Erangan Srini makin hebat. Goyangan pantatnyapun makin hebat. Nampaknya ia mau orgasme. Betul saja. Ia memagut bibirku dengan kasar dan kedua tangannya memeluk badanku erat-erat. Seiring enjotannya berhenti, badannya mengejang. Serr.. srr.. crot! crot! Air maninya mnyembur batangku yang tengah tenggelam di lubang nikmatnya.
Ia mengangkat pantatnya sekali dan menurunkannya. Nampaknya untuk memaksimalkan kenikmatan yang ia dapatkan. Badannya kini berkeringat, padahal cuaca di masih dingin, maklum di puncak. Kemudian ia terkulai menyender di badanku, padahal batangku masih tegak dan keras tertanam di lubang kewanitaannya. Biasanya bila aku bersetubuh pagi hari, aku memang agak susah untuk orgasme dengan cepat. Srini memandangku manja. Ia mencium pipiku.
“Belum keluar?”
“Belum”
Ia lalu mengangkat pantatnya sehingga batangku keluar dari lubangnya. Tegak dan penuh cairan nikmat yang diberikan vagina Srini. Dengan satu tangan Srini mengambil cairan dari batangku dan mengoleskannya di sekitar liang duburnya. Lalu ia mengangkat pantatnya kembali dan menurunkannya di atas batang zakarku. Kali ini ia menuntun batangku ke arah duburnya.
“Sri..”
“Ssstt..” Ia meletakkan telunjuknya di bibirku sebagai tanda bagiku untuk tidak bicara.
“Just do it..” katanya, “it is special for you..”
Ia pun menurunkan kembali pantatnya. Ketika kepala batangku menyentuh lubang duburnya, aku merasa betapa kecil lubang itu. Tapi Srini seakan tidak perduli. Ia terus menekan pantatnya ke arah batang dagingku. Matanya terpejanm sambil merasakan apa yang terjadi di bagian duburnya. Ketika ujung batangku mulai menyeruak lubang pantatnya, ia menyeringai. Tapi ia terus menkan pantatnya, sehingga kepala batangku masuk. Aku merasakan nikmat luar biasa. Batangku serasa terjepit hebat oleh lubang daging yang sempit.
Ia mengangkat pantatnya. Lalu diturunkannya lagi kali ini setengah batangku masuk. Ditariknya lagi. Lalu ditekannya lagi sehingga batang kemaluanku amblas tertelan lubang duburnya itu. Tak terkatakan rasa nikmat yang kudapatkan dengan batang dagingku yang dipilin-pilin oleh lubang sempit ini. Apalagi ia kemudian dengan lancar turun naik dan menggoyang pantatnya kiri-kanan. Cewek ini begitu hebat dalam bercinta. Dan betapa beruntungnya aku karena ia memberikan sesuatu yang khusus buatku, yang ia tidak berikan pada suaminya.
“Ahh.. teruss.. ahh.. uh! Uh! ..aww”
“Ohh.. awh! awh!nikh.. matthh.. ohh..”
Dijepit oleh lubang yang swmpit seperti itu, batang kemaluanku jadi tak tahan. Aku ikut memegang pinggangnya dan menaik-turunkan pantatnya agar gesekkan terhadap batangku semakin cepat. Akhirnya kuangkat pantatnya dan kukeluarkan batangku. Kini giliranku mencapai puncak kenikmatan Ahh.. Cret! Cret! Creett! Serr.. Serr.. Air maniku muncrat dengan kencang ke atas meja dan lantai di bawahnya. Aku memeluk tubuh telanjangnya dengan erat. Keringat membasahi tubuhku dan Srini mengusapnya dengan manja. “Enak?!” tanyanya.
“Luar biasa.. koq pinter sih..?!”
“Kursus dong..”
“Dimana..?! Emangnya ada kursus begituan..?!”
“Ada.. film tripel?!”
“Suka nonton yach..!? Pantes..” Kami terdiam sejenak.
“Pinter goyang begini koq sering dianggurin, kan sayang..”
“Makanya kalau Mas mau kita bisa janjian..”
“Astaga. Aku nggak berani ah..”
“Kan bisa diatur.. Aku juga nggak sembarangan..”
Aku diam. Aku berpikir, kesempatan seperti ini memang langka dan tidak mungkin terulang. Selain jauh dari Jakarta, kebetulan semua orang lagi nggak ada. Nah kalau di Jakarta? Kalau semua orang di kantor tahu bagaimana?
“Kita lihat saja nanti deh.. Kan kamu yang punya kesempatan”
“benarr yaa. Nanti kalau lagi kosong aku telepon.”
Kami kemudian sarapan. Aku minum STMJ yang memang dibawakan oleh teman-teman panitia dalam bentuk sachet ketika berangkat. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan. Tiba-tiba telepon di samping TV berdering. Aku menjawabnya.
“Hallo..”
“Halo, dengan Pak Riki..?”
“Ya, saya sendiri..”
“Kami petugas front office. Ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani bapak sebelum bapak pulang.”
“O ya, nanti saya ke sana sekitar jam sembilan.”
“Baik, terima kasih pak.”
Aku akan bergerak mandi, tetapi Srini minta duluan. Akhirnya, sambil berselimut aku nonton TV. Terdengar suara Srini memanggilku dari dalam kamar mandi.
“Ada apa?” tanyaku dari depan pintu kamar mandi.
“Tolong ambilkan lulurku dong, di atas” katanya.
“Di tas?”
“Ya, di kantong luar”
Aku segera berlari ke kamar atas dan turun lagi dengan membawa lulur mandinya.
“Nih” kataku tanpa membuka pintu kamar mandi.
“Masuk aja Mas, nggak dikunci koq.”
Aku masuk dan mendapatinya sedang telanjang bulat. Ia memandangku sambil tersenyum. Aku jadi membuang muka. “Lulurkan ke badanku dong.”
“Hah?! Nggak ah..”
“Ayo dong mas, kapan lagi..” Ia memelas.
Akhirnya akupun menuruti kemauannya. Ia memang benar, kapan lagi aku bisa bersamanya dalam suasana seperti ini. Tidak ada jarak, tidak ada penghalang, walau sehelai benangpun. Akupun mengoleskan lulur itu mulai dari punggungnya, pinggangnya, dan pantatnya. Sementara ia berdiri tegak membelakangiku.
“Depannya juga dong..” katanya sambil memutar badannya.
Aku mengoleskan lulur mulai dari lehernya, lalu dadanya-sambil meremas dan membelanya tentunya-, terus ke perutnya dan selangkangannya. Ia membawa tanganku ke kemaluannya. Aku tidak menolak, membelainya dengan jariku. Tangan kanannya mengikuti tanganku sedangkan matanya memandangku, sayu. Ia mendekatkan bibirnya, lalu mencium bibirku lembut. Batang kemaluanku mulai bergerak naik.
“Mas..”
“Hmm..”
“Kakinya juga dong”
“Oh ya, sorry..” Aku lalu mengolesi kedua pahanya, lututnya dan telapak kakinya.
“Gantian, sini aku lulurkan..” Katanya setelah aku selesai.
Akupun membuka selimut yang melilit badanku, lalu berdiri membelakanginya. Ia mengoleskan lulur ke seluruh tubuhkku, sama yang kulakukan terhadapnya. Bedanya, ketika ia mengoleskan lulur ke bagian depan tubuhku, ia tinggalkan batang kemaluanku. Baru setelah selesai semua, ia menjilati batang kemaluanku dan menghisapnya. Batang kemaluanku yang setengah tegang itu kini malah jadi keras lagi karena kulumannya. Setelah puas mengulum dan menjilati batang kemaluanku, ia mengolesinya dengan lulur dan mengocok dengan tangannya. Ia pun berdiri dan memandangku.
“Sekali lagi ya..? Terakhir..” Aku tak menjawab, tetapi melingkarkan kedua tanganku kepinggangnya yang penuh lulur itu.
Dalam sekejap kamipun berciuman dengan ganas. Ia meletakkan kedua tangannya memeluk leherku. Akupun memeluknya semakin ketat. Ia menggesekkan dadanya ke dadaku, aku menggesekkan kemaluanku yang berdiri tegak itu ke bawah perutnya. Kamar mandi yang dingin ini berubah menjadi hangat karena nafsu birahi kami. Ia mendudukkanku pada toilet duduk. Lalu berjongkok dihadapanku dan mulai mengocok batang zakarku dengan cairan yang keluar dari. Lalu ia mendekatkan dadanya ke batangku. Sambil memegang kedua payudaranya dari tepi ia meletakkan batangku di tengah kedua payudaranya dan memaju-mundurkan dadanya. Terasa geli campur nikmat memancar dari kemaluanku yang terjepit di antara dadanya itu.
Cairan makin banyak keluar dari kepalanya. Srini terus memainkan kemaluanku dengan kedua payudaranya yang putih dan montok itu. Aku menyender pada toilet duduk itu sambil menikmati fantasi sex yang ia ciptakan. Cewek ini bermain seakan tidak pernah puas. Nampaknya ia ingin menikmati sepuas-puasnya kesempatan yang didapatkannya. Mungkin suaminya sering keletihan pulang kerja sehingga tidak sempat melayaninya di atas ranjang. Aku tersadar ketika ia menghentikan permainan dadanya terhadap batangku. Lalu ia berdiri membelakangiku dan kembali menurunkan pantatnya.
“Ini posisi favoritku..” katanya tanpa menunggu komentarku.
Segera ia menangkap batang zakarku yang sudah tegak itu dan membimbingnya memasuki vaginanya. “Bless..” Dengan lancar kini batang itu menerobos sarungnya.
“Ahh.. nikmaat..” katanya sambil menyenderkan badannya ke arahku.
Aku memeluknya sambil meremas kedua payudaranya dan mulutku mencari bibirnya. Ia menyambutnya dengan mesra. Lalu dengan semangat membara ia mulai mengayuh pantatnya, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan kanan. Aku menimpalinya dengan menggenjot batangku ke atas keras-keras sehingga timbul suara keplokan yang menambah indah suasana pagi ini.
Perjuangan mencari puncak kenikmatan kini dimulai lagi. Tidak puas dengan posisi mendudukiku dari belakang, ia berbalik menghadapiku dan mengangkangiku. Lalu sambil duduk ia menggenjot kemaluannya. Aku pun tak berkeberatan dan ikut memainkan batangku sambil meremas-remas pantatnya dan menjilati payudaranya. Srini lalu berdiri. Sambil menyender ke dinding kamar mandi yang dingin ia minta agar aku menyetubuhinya sambil berdiri. Aku menikmatinya bahkan mengangkat kedua kakinya ke pinggangku. Srini tanpaknya merasa senang sekali aku mengikuti semua gaya yang dimintanya tanpa komentar. Akhirnya ia minta disetubuhi dengan gaya biasa, tidur telentang dengan kedua kakinya diangkat ke pundakku. Pada posisi inilah ia mengalami orgasme.
Sedangkan aku terus menggenjotnya, sehingga ketika melakukan doggy style aku baru bisa mencapai nikmatku yang kedua di pagi ini. Dan kali ini ia tidak membiarkan kemaluanku muntah dalam vaginanya, tapi dalam mulutnya. Ia tidak merasa jijik sedikitpun. Bahkan sebagian air maniku ditelan begitu saja bagai menelan air minum!
* * * *
Selesai merapikan semuanya, aku menuju front office untuk menyelesaikan seluruh administrasi. Tidak lama kemudian driver kantor datang menjemput. Seolah tidak terjadi apa-apa, kamipun pulang ke Jakarta. Dan sepanjang jalan kami tertidur kelelahan..
Srini menepati janjinya ketika di puncak. Sejak saat itu kami sering membuat janji jika suaminya sedang sibuk dan tidak bisa pulang. Kami bertemu di sebuah hotel dan mengulangi kepuasan yang kami dapatkan ketika di puncak. Aku tidak tahu sampai kapan hubungan ini akan berlanjut. Mudah-mudahan saja tidak membuat bencana bagi keluarga masing-masing.,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT