Keponakan Mang Sardi – Cerita Bokep
Kisahku yang nyata kali ini tentang kebodohanku yang mudah2an tidak akan pernah terulang lagi, semoga. Namaku Dita usia saat ini 20 tahun asli Bandung, tinggal di daerah Setiabudi Regency, dan saat ini kuliah sastra inggris semester 4 di salah satu pts Bandung, kisah ini pertama kali saya melakukan hubungan intim dengan laki-laki usia 17 tahun.
Kisahku di cerita sebelumnya berjudul ”Kepolosan Dita Putri”. Kali ini kisah nyataku tentang keponakan Mang Sardi (sopirku yang beberapa bulan lalu menjadi objek seksku) yang baru datang dari kampung, tepatnya dari daerah Subang, sebut saja namanya Dedi (samaran) usia dia itu kira-kira 17 tahunan, dan di sini ia hanya membantu-bantu karena ga ada biaya sekolah.
Asal para pembaca tau saja kalo beberapa waktu lalu, kami (saya dan Mang Sardi) sering melakukan suatu kegiatan seks semacam belai-belaian dan raba-rabaan, tapi tetap mempertahankan kegadisanku, sampai kira-kira pada bulan Agustus lalu saya masih mempertahankannya, namun sejak kehadiran keponakan Mang Sardi semuanya jadi berubah..
Kisahnya kira-kira sebagai berikut, saat itu di rumah ga ada siapa-siapa karena semuanya menghadiri upacara 17 Agustus di balai kota (tempat papah kerja) dan hanya saya seorang, karena tugas disuruh jagain rumah sama papah, sedangkan yang berangkat ke balai kota mamah-papah, adikku dan Mang Sardi (sopir kami).
Tiba-tiba tepat jam 9 pagi pintu diketok pas saya bangun tidur, dan saya punya kebiasaan kalo tidur hanya berpakaian daster saja, tanpa bh dan tanpa cd, langsung saya menuju ke bawah ternyata hanya seorang anak kira-kira murid sma, kalo ditaksir usianya mungkin 17 tahunan, lalu saya buka dan tanya mau nyari siapa.
Dia jawab kalo dia itu mau ketemu pamannya yaitu Mang Sardi sopirku, lalu saya persilahkan masuk, dia memperkenalkan diri dengan nama Dedi (sengaja disamarkan) dan setelah itu (saya betul-betul ga sadar kalo saya hanya berdaster saja karena bangun tidur), dia kupersilahkan duduk di ruang tamu dan saya pun ikut duduk sambil dia menjelaskan kedatangannya dan sedikit cerita-cerita.
Di saat cerita-cerita gitu tatapan matanya tertuju terus ke pahaku yang saat itu memang agak keliatan karena daster yang kupakai hanya sejengkal diatas lututku apalagi saya ga pake cd saat itu, memang agak transparan karena bahan dasternya tipis.
Saya hanya menutupkan kedua kaki ini saat itu. Lalu saya jelaskan kalo mau menginap di sini harus bisa beres-beres alias kerja dan diapun menganguk, lalu saya suruh Dedi menyapu ruangan tamu untuk pertama kalinya dia disini sambil saya minta ijin untuk mandi.
Setelah saya habis mandi saat itu kira-kira jam 10 pagi saya liat Dedi beres menyapu dan dia kupersilahkan untuk tidur di ruangan atas yang memang telah dipersiapkan oleh mamah untuk kamar tamu yang berdekatan sekali dengan kamarku yang hanya dibatasi dinding tripleks karena semula itu satu ruangan dengan kamarku, karena terlalu besar jadi dibagi dua.
Cerita Dewasa – Keponakan Mang Sardi
Setelah dia masuk kekamar itu, kemudian saya ke kamar untuk berpakaian sambil melepaskan handuk yang tadi melilit ke tubuhku, di saat saya akan memakai bh tiba-tiba Dedi lewat di depan pintu kamarku yang agak terbuka sedikit dan dia sempat melirik ke kamarku, saya sendiripun jadi malu sekali saat itu dan refleks menutup pintu itu dengan kakiku karena pas dia liat, saya hanya bertelanjang dada dan tidak pake apa-apa.
Pas sudah berpakaian gitu saya pun ke bawah yang ternyata saya liat Dedi lagi menonton acara tivi di ruang keluarga sambil duduk bersila.
Saya pun menyapanya dan menawarkan makan kalo-kalo dia belum makan. dia menggeleng dan tersenyum lalu saya pun ikut nonton tivi bersamanya, hanya saja, saya di atas kursi panjang di sebelah kiri, dia bersila.
Saat itu jam dinding menunjukkan pukul 11 siang dan terdengan phone bunyi di sampingku. Ketika saya angkat ternyata papah dan papah bilang beliau akan ke rumah tanteku yang kebetulan dekat dengan lokasi balai kota dan akan pulang kira-kira magrib, jadi waktu begitu panjang dari jam 11 sampe magrib, saya tidak kasih tau kalo Dedi keponakan Mang Sardi ada disini karena lupa.
Setelah saya meletakkan gagang telepon saya tanya ke Dedi begini, ”Kamu bisa memijit kaki mbak ngga?”
Dia jawab, ”Mmm….blum pernah mbak soalnya di kampung, Dedi hanya bertani.” katanya jujur. Saya tersenyum dan bertanya lagi, ”Gini Ded, mbak tadi malem udah pulang dari kampus jadi kaki pegel-pegel karena naik turun tangga, Dedi mau ga pijitin kaki mbak?”
Lalu dia jawab, ”Saya akan coba mbak.”
Saat itu saya berpakaian kaos oblong dan celana hawai karena santai ga akan kemana-mana, setelah itupun saya menjulurkan kedua kaki sambil tetep duduk di kursi panjang dan Dedi di bawah sambil bersila menghadap ke arah kaki dan mulai memijatnya.
Sambil dipijat begitu saya menyandar ke sandaran kursi sambil terpejam beberapa detik, kalo diperhatikan si Dedi itu hitam manis sesuai dengan wajah polosnya seorang abg. Hanya saja dari kampung jadi tangannya agak kasar, mungkin banyak kerja kasar di kampungnya.
Tapi walau kasar tangannya itu, disaat memijat kakiku terasa enak, dan sesekali saya lirik dia terkadang melihat celah celana hawaiku dan kadang melihat celah ketiakku yang mungkin terlihat pinggiran payudaraku yang putih mulus dan itu yang membuatku tambah penasaran untuk terus menyuruhnya memijat lebih jauh lagi seperti yang dilakukan sama pamannya yaitu Mang Sardi.
Sewaktu saya memejamkan mata untuk beberapa saat ternyata yang saya rasakan tangan kanannya sudah ada di atas lututku sebelah kanan dan hampir mengenai pahaku yang paling dalam, sejenak saya merasa geli dan sedikit menggerakkan kaki kananku dan dia terhenti lalu bertanya, ”Ada apa mbak, sakit ya?” tanyanya polos.
Saya hanya menggeleng lalu bilang, ”Ga apa2 Ded, teruskan saja deh!! Enak kok, jadi agak mendingan pegel-pegelnya.” jawabku sekenanya.
Setelah saya berkata begitu Dedi meneruskan pijatannya, kali ini giliran tangan kirinya masuk ke atas lutut kiriku dan kali itu dua-duanya tangannya meremas dan memijat-mijat pahaku dan rasanya nikmat sekali dan dia berlama-lama memijatnya, ga tau kenapa dia seperti mempermainkan rangsanganku saat itu sehingga ga terasa kemaluanku mulai basah saat Dedi meremas kedua pahaku yang sesekali menyenggol kemaluanku.
Lama-lama tubuh saya makin ga karuan ketika sesekali tangan itu menyenggol kemaluanku dan secara tak sadar saya menggerakan tubuh beraturan dan Dedi pun seakan menikmati pijatannya itu namun disadarkan dengan dering telepon sehingga terperanjat,
Saya meraih gagang telepon yang ada disampingku tapi pijatan tangan Dedi di pahaku tidak berhenti malah dia meneruskannya dengan perlahan.
Saya jawab, ternyata temenku si Asri yang mau main ke rumahku, lalu aku jawab dengan tidak karuan (karena remasan dan pijatan Dedi semakin mendekati kemaluan yang masih ber CD).
“Jangan kesini Sri, soalnya aku lagi sibuk kerja.” jawabku di phone lalu Asri mnengerti dan aku meletakan phonenya. Sesaat Dedi terhenti dan bertanya, ”Mbak mau pergi? Kalau gitu saya berhenti pijatnya mbak.”
Saya menggeleng dan bilang, ”Jangan berhenti Ded, teruskan saja!”
Dia tersenyum dan menganguk lalu bertanya, ”Mending badan mbak ikut dipijat, misalnya punggung atau bahu, gimana mbak?”
Mister Sange – Cerita Dewasa Pijat
Justru itu yang ditunggu-tunggu, begitu kata hatiku saat itu, dan saya pun spontan melepaskan kaos oblongku dan celana hawaiku tanpa malu-malu lagi karena saya pikir saat itu yang ada di hadapanku anak kecil lagipula toh Dedi ini keponakannya Mang Sardi, sopir keluargaku yang sekaligus pemuas rangsanganku disaat senggang.
Yang tersisa saat itu hanyalah celana dalam dan bh saja dengan posisi telungkup di atas kursi panjang, saya suruh Dedi mulai memijat daerah punggungku, photomemek.com dan mulailah Dedi memijatnya dari mulai kaki ke bahu dan sesekali ke pinggang mendekati pinggiran payudara sebelah dalam lalu suatu saat saya bilang gini, ”Tali behanya dilepas aja Ded, kalo kamu kagok.”
Diapun melepaskannya pengait beha ku saat itu tanpa bilang apa-apa. Dan sesaat dia mengelus rata punggungku saat itu, dia seperti sengaja memijat ke daerah dada kiriku dan sayapun agak memiringkan badan saat itu sehingga saat itu betul-betul kejadian gila yang pernah kami lakukan.
Yaitu tangan kanan Dedi menyentuh payudara kanan dengan posisi badanku memiring dan terdengar nafas Dedi yang tidak beraturan dan cepat sambil sesekali tangan kanannya itu mengelus-elus dada kananku lama, sementara tangan kirinya mengelus-elus pantatku yang masih bercelana dalam renda-renda.
Sesaat saya mendongkakan wajah ke atas liat jam dinding sudah jam 12 siang, dan masih lama papah pulang, pikirku saat itu. Lalu ketika tubuh saya miring begitu lama-lama saya menghadapkan badan ke atas seperti posisi tidur terlentang, masih di kursi panjang.
Sementara si Dedi di hadapanku hanya melongo saja ketika secara menyeluruh melihat tubuhku setengah telanjang yaitu hanya bercelana dalam saja, putih mulus tanpa noda dengan bagian payudaraku memancung (bukannya sombong) tubuhku ini terawat dengan baik tiap hari Senin fitness di Eldorado, Bandung Utara.
Dengan rambut tergeraiku yang acak-acakan dan bagian kemaluanku yang kelihatan basah di balik celana dalam renda-renda, semakin merangsang mata Dedi saat itu, asal tau saja kalo Dedi itu laki-laki kedua yang melihat bentuk tubuhku seperti itu setelah pamannya Mang Sardi, sopirku.
Semula Dedi mau menyudahinya, namun saya menarik tangannya dan menyuruh untuk tetap di tempat. Saat itu saya masih perawan tulen karena dengan pamannya dengan saya hanya main belai-belaian saja, namun kalo teman-teman kampusku cerita, mereka sudah pengalaman dalam berhubungan badan, sehingga menambah rasa penasaranku untuk mencobanya.
Walaupun saya ga boleh pacaran sama mamah-papah, karena ketatnya disiplin keluarga kami, jadi apa salahnya mencoba dengan Dedi laki-laki usia 17 tahun keponakan Mang Sardi sopirku itu. Walaupun banyak sekali teman-teman laki-laki yang mencoba mendekatiku tapi tidak berhasil karena selalu ditentang sama ortuku, jadi saya mencari pelarian ke orang yang dekat seperti Mang Sardi dan kebetulan keponakannya, Dedi.
Sesaat Dedi memandangi badan mulus saya ini sambil berlutut, saya bimbing tangannya itu ke payudara dan kusuruh dia belai-belai di sana sambil saya memejamkan mata, sementara di luar mulai turun hujan dan agak mendung sehingga lama-lama saya merasa dingin dan mengajak Dedi ke ruang atas yaitu ke kamarku. Dedi menganguk dan kusuruh dia membawakan kaos oblong, beha dan celana hawai yang kulepaskan tadi.
Sesampainya di kamar, Dedi kusuruh membuka kemeja lusuhnya (kelihatan lusuh karena dari kampung) dia semula menolak karena malu, tapi aku bujuk sambil membelai rambutnya dia mau juga membukanya, sementara celananya masih melekat dan terlihat kemaluannya tegang.
Saya tersenyum melihat itu. lalu saya raih kedua tangannya itu untuk naik ke ranjangku yang empuk dan Dedi nurut saja saat itu dan mulai kubimbing meraih pinggang dan payudaraku, dan saya merebahkan diri sambil tangan Dedi aktif membelai-belai perut seperti memijat dan ke dada kiri kanan lalu lama-lama turun tangannya ke kemaluan yang masih ber-cd.
Aku suruh dia untuk menurunkan celana dalamku, dia ga mau karena malu, dan aku turunkan sendiri celana dalamku saat itu dan mulailah Dedi memandang kemaluanku itu seperti terpana, mungkin belum pernah melihat sebelumnya saya pikir.
Dan memang hanya Mang Sardi dan Dedi yang tau kemaluanku. O ya saat itu 11 hari setelah mens ku, jadi betapa menggebu-gebu gairah seks ku.
Memang kemaluanku ini bulunya jarang dan indah seperti yang disebutkan Mang Sardi beberapa waktu lalu, berwarna kemerahan dan agak putih warna sekelilingnya karena bulunya jarang,demikian kata teman-temanku di kampus saat mandi bareng mereka (tentu saja teman-temanku cewe semua).
Lalu saya suruh Dedi untuk mulai membelai kemaluanku, saat itu semula Dedi malu-malu tapi saya bimbing tangannya sehingga mau juga akhirnya, sambil sesekali kusuruh untuk menciumi kemaluanku dan payudaraku. Sempat terpikir olehku ketika Dedi mulai mengelus kemaluanku yang agak basah itu, untuk mengulum penisnya.
Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Mahasiswi
Dedi adalah laki-laki kedua yang membelai kemaluanku setelah Mang Sardi, entah kenapa saya begitu pasrah dan ingin merasakan hubungan badan seperti yang dikatakan teman-teman kampusku saat itu, dan saya hanya terpejam menikmati setiap jilatan, belaian dan remasan tangannya itu.
Seakan-akan meminta Dedi untuk melakukan lebih dari sekedar belai-belai dan jilat-jilat. Dengan bertelanjang dada, Dedi masih tetap bercelana panjang, terlihat dia mulai berani menaiki tubuh indahku ini waktu itu, dan saya terpejam menikmati gesekan jarinya di kemaluanku yang basah sekali dan ciuman mulutnya ke payudaraku yang semakin mancung dan keras itu, saya hanya terpejam dan sesekali mengeluarkan suara …ssss..ssss….a.h.h.h…..Ded…Ded…seperti itu kira-kira.
Lama sekali Dedi bermain seperti itu dan dia mulai berani mencoba menciumi bibirku yang mungil ini tapi aku menolaknya untuk dicium, hanya leherku saja yang menjadi sasaran Dedi saat itu dan benar-benar menggairahkan rasanya, mungkin lebih nikmat ketimbang dengan Mang Sardi yang sudah tua itu.
Dan diam-diam saya membuka celana panjangnya yang hanya melepaskan pengait peniti saja (maklum dari kampung) dan ternyata dia ga pake celana kolor dan kelihatan sekali penisnya tegang dan ada basah berwarna bening yang ukurannya lebih kecil sedikit dibanding Mang Sardi, saya lalu meraihnya dan mengusap lembut penis Dedi.
Dia menelan ludah dan memejamkan mata tanda terangsang dan menikmati setiap usapan lembutku saat itu, lalu saya tanya, “Kamu sudah pernah dipegang begini sama perempuan?”
Dia hanya menggeleng sambil memejamkan mata.saya tersenyum dan kembali mengusap penisnya dan mulai mengocoknya.
Di saat mengocok penisnya itu dia berhenti dari kegiatan meremas-remas tubuhku dan dia tertidur terlentang di sampingku saat itu sambil mulutnya meracau tak tentu dan semakin lama kocokanku, dia semakin bergetar tubuhnya dan mengeluarkan cairan sperma seperti ketika pertama kali saya mengocok kemaluan Mang Sardi lalu kami berhenti beraktivitas sementara saya ambil minum ke bawah (haus) sambil bertelanjang.
Saya lihat Dedi tertidur setelah mengeluarkan spermanya mungkin kelelahan. Di bawah saya nyalakan tivi, o ya saat itu sekitar pukul 3 sore hari dan hujan turun dengan deras sekali, sedangkan papah akan pulang sekitar magrib jadi ada waktu beberapa jam, begitu pikirku saat itu, yang masih jadi pertanyaan kepenasarananku saat itu ingin sekali mencoba berhubungan badan, yaitu memasukan burung Dedi ke kemaluanku…..
Setelah kira-kira setengah jam saya nonton tivi sambil dibalut selimut tubuh telanjangku ini, lalu saya ke atas dan saya lihat Dedi benar-benar tertidur pulas, sekilas saya lihat wajahnya yang polos ciri khas abg, dia sama sekali polos tidak pake baju saya lihat kemaluannya tidak tegang lagi karena tertidur, lalu saya raih penisnya dan mulai memainkannya disaat dia tidur itu.
Sekilas ingin merasakan mengemut dengan mulutku karena dengan Mang Sardi saya merasa jijik untuk melakukannya, sedangkan penis Dedi agak bersih dan mengkilap, saya mencoba memasukkan penisnya itu ke mulut mungilku saat itu yang terasa masih belum tegang dan setelah untuk pertama kalinya saya mengemut penisnya terasa asin dan aneh rasanya, tapi lama-lama seperti menegang burung Dedi dan dia terbangun saat saya memaju mundurkan penisnya di mulutku…
Sambil sesekali meringgis dia seperti menahan nikmat,dan saya pun seperti bergairah kembali setelah tadi merasakan orgasme dengan jari-jari Dedi.
Lalu saya ingin mencoba memasukkan penis Dedi ke kemaluanku yang selama ini belum pernah dicoba sama sekali, saya mulai mengarahkan penis Dedi ke mulut kemaluanku dan mencoba memasukkannya.
Dedi hanya terdiam dengan tingkah lakuku itu dan saya minta ke dia untuk ikut membantu memasukkan penisnya ke kemaluanku..diapun ikut berpartisipasi mencobanya dan pada akhirnya berhasil masuk dengan susah payah dan rasanya sakit sekali walaupun penis Dedi tidak cukup besar tapi cukup perih rasanya saat itu, semakin menusuk semakin perih tidak seperti bayanganku..
Mr Sange – Kumpulan Kisah Sex Mahasiswi
Dan disertai dengan jeritan kepedihanku maka mengalirlah darah perawanku yang cukup banyak ke seprai. Tapi semakin lama Dedi mengenjotnya, semakin nikmat rasanya tidak seperti ketika pertama kali Dedi merobeknya dan cukup lama kami melakukan gerak maju mundur badan.
Kira-kira 20 menit lalu ada perasaan nikmat dan menghangatkan di dalam kemaluanku itu pertanda sperma Dedi keluar di kemaluanku. Tak lama akupun merasakan seperti ingin pipis dan nikmat sekali rasanya, akhirnya Dedi melepaskan penisnya dari kemaluanku dan terkulai lemas di samping saya yang tidur di atas seprei penuh darah perawanku.
Sepintas saya menyesal dan sempat menangis di saat Dedi tidur, jam menunjukkan jam 5 sore hari, artinya papah akan pulang lalu saya bangunkan dia dan ganti seprei dengan yang baru dan Dedipun ke kamar sebelah untuk meneruskan tidurnya.
Sekilas terpikir kenikmatan ini akibat dari perbuatanku yang tidak bisa menahan gejolak nafsu seks dan saya ambil hikmahnya dari kejadian tersebut.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,