Kamu Bukan Penyelamat, Sayang !
- Home
- Cerita Porno
- Kamu Bukan Penyelamat, Sayang !
” Pagi, Non Joane.. ” Seperti biasanya, setiap pagi mang Supry menyapa aku, maupun teman-teman-ku yang bekerja ditempat ini,..
” Pagi juga mang Supry,.. ” Aku melangkah masuk ke tempat kerja-ku, kebetulan hari ini aku datang sendiri, Teman-ku Lilis berhalangan datang, Mank Supry sebenarnya sudah tak pantas dipanggil ‘Mang’ olehku, umur kami terpaut jauh, usianya mungkin sekitar 50tahunan lebih hampir 2 kali lipat usia-ku, namun orang-orang disini sudah terbiasa menyebutnya begitu, jadi aku hanya sekedar mengikuti saja.
Mang Supry sebenarnya masih punya keluarga dikampung, namun entah kenapa dia memilih tinggal disini, tubuhnya selaras dengan usianya, kerutan sudah mulai tampak diwajahnya, rambutnya mulai memutih karena uban, perawakannya pendek sedang, tidak gendut meski tidak bisa dibilang kurus juga, kulitnya hitam legam terbakar matahari, yang menyedihkan adalah penglihatannya yang tinggal separuh,.
Sedikit menyeramkan memang melihat perawakannya, namun bukan berarti Mang Supri adalah orang yang serupa dengan penampilan fisiknya, Ramah, mungkin itu ata yang bisa mencerminkan kepribadiannya, dia selalu bangun pagi-pagi membuka pagar tempat ini, sementara para petugas jaga datang sekitar jam 10an, demikian juga Mang Supri yang berjaga saat pagi hari sekitar jam 2an sampai siang hari itu, ya Gaji seorang penjaga keamanan disini rendah, hingga kami tak bisa berbuat banyak, beruntung ada mang Supri yang mau dibayar serelanya menjaga tempat ini,..
Ya tempat ini, yang bisa dibilang mirip sebuah Lembaga Pemasyarakatan, dengan dinding tua berwarna putih karena catnya yang sudah mengelupas, serta pagar-pagar teralis besi yang tinggi menjulang mengelilingi tempat ini, bukan, bukan sebuah penjara tapi sebuah panti Rehabilitasi narkoba,..
Ya, benda yang benar-benar kubenci, benda yang telah banyak menghancurkan kehidupan manusia dan keluarganya, jutaan keluarga mungkin, termasuk keluarga-ku, bukan karena aku seorang mantan pemakai,. Tapi pengalaman buruk yang menimpa keluarga-ku, Papah dan Adik-ku,
Yang pertama kali jatuh adalah Papah, Harusnya dia seorang WiraSwasta yang cukup disegani di daerah ini, namun pergaulan yang salah ditambah beberapa kegagalan Proyek yang sedang dikerjakannya membuatnya sedikit frustasi, ditambah lingkungannya yang memang rusak membuat dia jatuh kedalam palung Narkotika,,
Papah yang dahulu begitu menyayangi Keluarganya, Perduli, ramah, mencintai, begitu menyayangi dan mencurahkan segenap perhatiannya pada keluarga ini seakan berubah menjadi pribadi yang lain, menjadi orang yang benar-benar berbeda, tertutup, pemarah hingga dia makin terjerat pada barang haram itu,..
Bukan kami tak berusaha, berbagai usaha kami lakukan untuk melepaskan Papah dari belenggu narkotika, namun segala upaya bisa dikatakan gagal, Papah tetap saja tak terselamatkan, hingga belia sedemikian kurusnya matanya seolah menyerah beberapa hari sebelum Papah meninggal dia hanya bisa tergolek lemah diatas Ranjang, AIDS kata dokter,..
Belum sebelumnya, bahkan saat Papah masih menjalani terapinya, Joseph, adik-ku yang terbiasa dengan kehidupannya yang bergelimangan Materak, seakan mendapatkan pukulan hebat, dia bukan lagi seorang anak pengusaha hebat, namun hanya anak seorang pecandu yang memiliki tumpukan hutang, aku hanya seorang gadis muda, belum genap 21 tahun umurku saat itu, bahkan belum sempat aku menyelesaikan kuliahku ini, hingga aku bukan lah orang yang mampu untuk menjalankan kembali roda perusahaan papah,..
Sedangkan Mamah, dan Ko Nico, Mamah harus selalu menjaga Papah, yang hanya bisa tergolek tak berdaya diatas kasur kamarnya, tak mampu lagi untuk sekedar mengunyah makanan-nya, sekedar berjalan kekamar mandi untuk buang air kecil / besar,..
Ko Nico ?? Ko Nico masih di Jepang saat itu, dia sedang sibuk berusaha menyelesaikan kuliah S-2nya, hingga akhirnya Koko mengalah pada-ku, mengalah agar uang tabungan yang tersisa yang memang tak banyak jumlahnya itu bisa digunakan untuk membiayai kuliahku sampai selesai, membiayai biaya rumah tangga dan biaya pengobatan Papah,..
Jumlah yangtak banyak itu membuat Joseph seolah berontak, tak terbiasa dengan kehidupan yang pas-pasan, batinnya memberontak, berusaha melawan keadaan namun gagal membuatnya ikut terjatuh, jatuh kelubang yang sama dengan Papah,..
Kesalahan-ku, kesalahan kami sebagai anggota keluarganya, 90% pemakai karena kurangnya perhatian dari keluarga, demikian juga Joseph, ya aku merasa bersalah karena telat menyadari bahwa adik-ku itu telah terjerat kedalam jurang Narkotika,..
Aku seorang calon dokter, ya itu juga yang membuat aku merasa tak memiliki kemampuan untuk mengurus Usaha keluarga, Namun aku ini tak berguna, aku gagal menyadari perubahan sikap adik-ku, stock obat-obatanya yang dicampur dalam kotak obat di rumah,..
Aku baru sadar, kami sekeluarga baru sadar saat Nico tak pulang 4 hari, saat kami berusaha mencarinya yang kami dapat adalah sesosok tubuh tak berbusana, meninggal di sebuah kamar kostan teman wanitanya, 3 orang yang meninggal dalam pesta narkoba itu, OverDosis kata polisi,..
Tegar dan sebuah ketabahan, jelas itu sesuatu yang sangat dibutuhkan kami sekeluarga, pukulan demi pukulan, belum lagi rasanya rasa sakit kehilangan Papah, tak sampai 10 hari kemudian sebuah pukulan lain datang, lebih kejam mengantam kami sekeluarga,.
Jelas Ko Nico sama terpukulnya, meski tak berurai air mata seperti aku dan Mamah, namun rasa kecewa karena dia sedang mengusahakan segala cara untuk mencari dana untuk kuliah Joseph tahun depan, Namun Ko Nico berusaha tegar, sambil berjuang menggantikan Papah sebagai tulang punggung keluarga ini, dan juga membiayai kuliahku,..
Sejak itu aku bertekad menyelesaikan kuliah kedokteran-ku secepatnya, setahun kemudian aku berhasil menjawab harapan Mamah dan Ko Nico, kuakui aku bukanlah seorang mahasiswi yang cerdas, hanya sedikit diatas rata-rata, namun aku berhasil menyelesaikan kuliahku sama waktunya dengan para Jenius yang lain,..
Rasanya bangga bisa berdiri sejajar dengan mereka, yang terlebih adalah rasa bangga, rasa ingin untuk membantu mengubur luka dalam setahun yang lalu, sedikit kebanggaan untuk Ko Nico, yang sudah demikian baiknya pada-ku, dan juga Mamah..
Aku putuskan membantu usaha keluarga ini semampuku sebelum aku mengambil perizinan agar bisa membuka praktek sendiri kelak, aku bukan lagi anak seorang yang berkecukupan hingga bisa membeli izin praktek, Ya kini kami sedang berusaha membangun kembali usaha keluarga, setahun kami lewatkan hingga akhirnya usaha kami mulai membuahkan hasil belum seperti dulu, namun mulai banyak proyek yang ditangani, Ko Nico mulai berhasil membangun jaringan bisnis seperti Papah dulu,..
Sementara secara ekonomi kami mulai bangkit, namun bukan berarti tak ada lagi penyesalan dalam hidupku, kali ini datang dari Vidy, pacarku, padahal kami sudah berpacaran hampir 4 tahun lamanya, namun aku kembali dihadapkan pada takdir yang sama, Vidy ternyata seorang pemakai, pecandu malahan, padahal kupikir Vidy anak yang bersih namun ternyata dia sama seperti Papah dan adik-ku,..
Bukan rasa benci yang timbul pada Vidy, seperti kebencian-ku pada barang haram itu namun rasa Sakit dan penyesalan, penyesalan karena aku bisa demikian bodohnya tak menyadari bahwa Vidy ternyata seorang pemakai, namun juga karena keluarga Vidy yang seolah menyalahkan aku, menyalahkan aku dan latar belakang keluargaku hingga anak kesayangan dan semata wayang mereka terpengaruh narkoba,..
Aku berusaha bersabar, aku sempat merawat Vidy beberapa bulan, namun aku mulai tertekan karena keluarganya yang terus menghina keluargaku,. Aku bersabar dengan cacian mereka, namun lagi-lagi aku kecewa, mereka membawa Vidy keluar kota 3 bulan aku tak mendapatkan kabar apapun, bahkan aku terlambat 1 minggu mengetahui berita kematian Vidy itu pun dari Steve sahabatnya,..
Aku masih ingat betapa banyaknya aku menangis hari itu, aku berusaha datang ke rumahnya, aku ingin memastikan kebenaran kabar itu, namun kembali hanya cacian dan tuduhan-tuduhan menyakitkan yang aku dapatkan dari mereka, aku diam, aku sakit, aku menangis dalam hati,..
Namun jauh dilubuk hati-ku aku mulai ingin berteriak, ingin berbuat, aku seorang dokter, namun aku hanya bisa diam melihat semua ini terjadi,..
Sejak aku kehilangan Vidy aku mulai mencari, aku mulai belajar tentang Narkoba hingga akhirnya disebuah Seminar aku bertemu dengan Kak Handoyo, kakak angkatan-ku dulu di fakultas kedokteran, dari sana aku mulai banyak belajar, hingga aku makin mantap meski aku tahu akan mendapat banyak rintangan,..
Rintangan dari Mamah, dan Ko Nico, yang tampak begitu kaget saat mendengar keinginaan ku itu, keinginan untuk menjadi seorang relawan Narkoba, ya Mamah jelas kaget mendengar anaknya akan bersinggungan begitu dekatnya dengan barang yang sudah membuatnya trauma berat,..begitu juga Ko Nico,..
Hampir satu bulan lamanya mereka mendiamkan-ku, perang dingin, namun aku bukan lagi anak kecil yang penurut, anak manja mereka, aku sudah cukup dewasa, dan aku tahu apa pilihan-ku dan resikonya,..
Hingga akhirnya Mamah mau mengalah, malam hari saat itu Mamah, dan Ko Nico berbicara, mereka mengatakan kekawatiran dan resiko yang mungkin terjadi, ya kami banyak bertukar pikiran malam itu, hingga akhirnya Mamah dan Ko Nico akhirnya rela aku berjuang dalam panti tempat Kak Handoyo bekerja,..
Ya benar saja, apa yang dikatakan oleh Mamah dan Ko Nico, pandangan diskriminasi mulai ada dalam masyarakat tiap kali melihat aku mengenakan seragam anti narkoba, entah mengapa, mungkin yang ada dalam pikiran mereka kalau kami ini semua sama, pecandu Narkoba,..
Cibiran mulai datang, untung pengalaman-ku dengan keluarga Vidy membekaliku kesabaran yang lebih untuk menghadapi semua ini, lebih kuat saat aku mulai terjun kelingkungan kemudian, cibiran dan hinaan serta cacian dari keluarga para pecandu tiap kali kami mengadakan seminar, ya itu seolah tak ada apa-apanya dibanding tudingan keluarga Vidy dulu,..
Meski memang dalam hati aku ingin berteriak, menangis terasa lelah harus bergulat dengan mereka yang solah tak perduli, masyarakat yang diskriminatif, ya bukan hanya para pecandu yang selalu dicap negative oleh mereka, itu bodoh, itu salah, mereka dan juga kami butuh sesuatu, sesuatu yang tampaknya demikian sulit dimata mereka, sesuatu yang bernama Perhatian..
Bukan hanya itu, hal lain yang dikawatirkan Mamam mulai terjadi, ya hubungan asmara-ku, bukan aku termasuk orang yang bangga dengan diriku sendiri, namun memang aku bisa dikatakan cantik, aku cukup tinggi, kulitku putih hingga banyak yang menyarankan-ku untuk meninggalkan pekerjaan-ku dan menjdai seorang model saja, dengan tampilan fisik yang seperti ini, harusnya bukan hal yang sulit untuk aku mencari pasangan hidup,..
Namun itu kekawatiran Mamah, masyarakat Indonesia bukanlah sebuah masyarakat yang bisa berfikiran terbuka, aku sedang berjuang membantu orang lain, namun aku harus dihadapakan dengan dilemma, sebuah dilemma dimana keluarga para pacar-ku mulai menolak aku, berfikiran negatife kalau aku ini seorang mantan pecandu hingga bisa merusak anak mereka, dan keluarga-ku nantinya,.
Yak aku paham, aku sadar dengan itu semua, aku harus bersabar kehilangan orang-orang yang mulai menjadi ‘special’ dalam hidupku itu, termasuk kehilangan Diaz, gak sich dia bukan orang yang tampan seperti Vidy, gak kaya juga, tapi dia baik, baik sekali, rasanya begitu nyaman saat bersamanya, namun lagi-lagi aku begitu egois,..
Diaz tak berdaya dalama tekanan orangtuanya yang tak menyetujui hubungan kami, bekas pemakai, itu tudingan orang tuanya pada-ku, aku hanya bisa pasrahsaja dikatakan demikian, aku tahu Diaz percaya pada-ku itu saja sudah cukup,..
Cukup buatku namun tidak cukup untuk menjaga hubungan cinta kami, pernah Diaz mengatakan agar aku meninggalkan pekerjaan-ku, namun aku menolaknya, hingga akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri hubungan kami,..
” Kamu bukan seorang Juru Selamat, Sayang “
Ya itu kata-kata terakhir Diaz, agar aku mau meninggalkan pekerjaan-ku ini, Ah, kenapa aku jadi mengingat-ingatnya kembali, aku tahu aku bukan seorang juru Selamat, namun aku berusaha untuk menjadi sekedar penolong mereka..
” Joane, Jo…!! ” , Seseorang memanggilku, tanpa kusadari aku sudah duduk di ruang jaga kami, aku sedang menatap foto Diaz di meja-ku saat kesadari seseorang memanggilku,..
” Jo, Kak Handoyo manggil, Mamet ngamuk lagi,.. ” Mishya ternyata yang memanggilku,..
Mamet itu pasienku, usianya sekitar 30 tahunan dan sudah 3 tahun disini,..keluarganya cukup beruang hingga mampu membiayai terapinya sekian lama, namun entah mengapa sepertinya Mamet belum mendapatkan sedikitpun kemajuan,..
Aku langsung bengkit berlari mengikuti Mishya,..ke bangsal 4 yang ada di sebelah kanan ruang jaga kami, didalamnya ada Junet dan Karel, sesama relawan disini, mereka berdua bersama Kak Handoyo tampak sedang begitu kesulitan menenangkan Mamet yang sedang mengamuk,..
” Kenapa ini ?? ” aku binggung,..
” Kayaknya dia Sakau lagi,.. ” Kak Hondoyo berpendapat, masuk akal terlihat dari matanya yang kurang fokus,..” Penenang?? ” Tanya kak Handoyo,..
” Tapi baru 2 hari yang lalu kan ?? ” Aku kurang suka menggunakan obat bius,
” Tapi gak ada pilihan lain,.. ” Junet dan Karel tampak makin kesulitan menguasai Mamet yang makin Liar,..
Aku berfikir, ada rasa tak tega melihat tubuh mamet yang sudah demikian kurusnya,.. namun aku harus bergerak cepat, kuambil jarum suntikan, kucoba memberikan dosis serendah mungkin meski dengan konsekuensi haru tepat di jalur darahnya agar efektif, agak sulit karena Mamet demikian berontaknya, butuh hampir 10 menit sampai akhirnya aku berhasil menyuntikan obat penenang itu,..
Tak lama Mamet mulai tenang dan tertidur, sementara Junet, Karel dan kak handoyo sampai bersimbah keringat bergulat berusaha menenangkan Mamet,..
Aku terpaku melihat sosok kurus itu, sedikit teringat kejadian masa lampau saat kulihat dokter membius Papah tiap dia sakau, aku benci melihat kelakuan dokter itu, namun aku sekarang malah mengulanginya, membius pasien yang sakau,..
Kak Handoyo mengajak-ku keluar, setelah kupastikan mamet sudah tenang dan mulai tertidur aku mengikuti mereka keluar dari bangsal itu,.Kulanjutkan pekerjaan-ku selanjutnya, memeriksa keadaan, melakukan terapi pada ke 25 pasien dibawah pengawasan-ku,..
” Kamu bukan seorang Juru Selamat, Sayang “
Entah kenapa, lagi-lagi aku teringat dengan kata-kata itu, saat aku menyantap makan siang-ku, dan lagi aku lebih banyak melamun hari itu, ah sudahlah, toh hari ini masih panjang, aku masih harus mengawasi terapi sehabis makan siang ini,..
Tak terasa waktu berlalu sama dengan waktu selama 2 tahun ini, cukup banyak pasien yang keluar dengan hasil memuaskan selama 2 tahun aku bekerja ditempat ini, ya meski ada juga pasien-pasien yang tak terselamatkan,..
” Hoy,..bengong mulu lu hari ini,.. ” Misyha menegurku, sambil membereskan barang bawaannya, dibelakangnya ada Karel, mereka pacaran, dulunya mereka beruda pecandu namun keduanya sembuh dan mulai bekerja ditempat ini sebagai relawan,..
” Ngak, dah mau pulang ?? ” Tanya ku sambil tersenyum
” Iya nich, musti buru-buru, lu ga papa sendiri?? ” Tanya Mishya
” Gapapa, tar lagi juga grup malem dateng,..” Kataku meyakinkan,..
” Maap ya Jo, ga bisa temenin ada keperluan,.. ” Karel yang menjawab, dia tampak tak enak hati,..
” Udah Gapapa kadang-kadang kan lu bedua yang gue tinggal, gantian lah, gak masalah,..hehehe “
” Yawda Jo, kita pulang dulu ya,.. ” Misyha dan Karel pamit,..
” Oh iya Jo, jangan lewat belakang, lewat depan aja gelap loh, ngeri kalo sendirian, lu mau ke stasiun kan.. ” Karel mengingatkan-ku,..
” Iya, thanx ya Rel, ati-ati loh dijalan,.. “
Mereka berdua menghilang dibalik pintu, semnetara aku duduk di sofa, menunggu group shift malam, tiap 2 bulan sekali shift ini diganti, aku menunggu Bobby dan Rey kepla Group 2,..Gak biasanya mereka telat begini, sampai suda sekitar setengah 7, mulai ada sedikit rasa khawatir, masalahnya jam 7.10 kereta terakhir menuju rumahku,..
Tampaknya mereka berdua bisa saling mengerti, ya mungkin mereka berasal dari latar belakang yang sama, sempat terfikir memang kalau kami hanya bisa hidup bersama dengan sesame kami, karena itu juga aku hampir saja mengiyakan Kak handoyo yang sempat mengungkapkan perasaanya pada-ku, namun aku dengan berat hati menolaknya, aku takut Mamah dan kak Nico tidak setuju..
Ku coba menghubungi ponsel keduanya tapi gak diangkat, harap-harap cemas, apalagi tinggal aku sendirian, ya kami memang masih kekurangan tenaga disini, aku khawatir ada pasien yang sakau dan tidak bisa aku tanggulangi,..
Namun akhirnya kecemasan-ku terjawab, Bobby menepuk-ku dari belakang,
” Jo, maap ya telat,..ban motor gue pecah tadi,.. ” dibelakangnya Rey sedang menaruh helmnya di meja kerjanya,..
” Maap Jo, Fachrie juga telat ya ?? ” Rey menyapa-ku,..
” Gapapa koq, iya dia telat nich, gue cabut ya , ngejar kereta.. ” Aku langsung bersiap-siap pulang,..
” Mau dianter Jo ?? ” Tanya Rey, bersemangat sekali, memang Rey seperti sedang melakukan pendekatan dengan-ku,..
” Ga dch, lu kan Cuma bedua doank, nanti ada pa-pa lagi repot,.. “
” Keburu ?? ” Tanya Bobby,..
” Keburu koq, udah ya gue cabut dulu ” Aku bergegas melangkah keluar pintu..
” Ati-ati loh Jo.. ” Ingat mereka berdua…
” Ok, kalian juga ya,.. “
Aku berjalan dengan langkah cepat, kulihat jam tangan-ku, sudah hampir jam 7, aku bergegas melangkah, kulihat di samping pintu belakang rehabilitasi terbuka, agak ragu namun kulihat lagi jam tangan-ku, tampaknya tak ada pilihan lain selian memotong jalan,..
Aku melangkah perlahan menyelusuri lorong sempit itu, gelap benar, namun yang lebih menakutkan adalah lorong-lorng disebelahnya yang menyambung dengan perkampungan, takut-takut ada penodong atau pemabuk yang sedang diam di gang itu, di sebelah kanan-nya ada gudang tua,milik rehabilitasi,..
Kulihat sesosok tubuh bergerak masuk, sedikit mirip mang Supry, agak ragu, namun kulihat ada seikit cahaya di dalam ruang gudang itu,..Entah mengapa kaki-ku mulai melangkah mendekat, kudekati pintu gudang tua itu,..
” Mang Supri ?? mang Supri ?? ” Tanya-ku penuh tanda Tanya, aku melangkah masuk perlahan, kulihat di balik tumpukan dus-dus ada cahaya,..aku berjalan mendekatinya, betapa terkejutnya aku dengan apa yang kulihat kemudian,..
Mang Supri dan Mamet, sedang duduk di kursi yang terpisah oleh sebuah meja Tua, diatas meja ituada sebuah senter sorot dan sebuah Bong, Mang Supri tampak sedang menyalahkan Bong itu,..
” Mang Supri,.. ” Yang dipanggil sama kagetnya dengan diriku,..
” Non Joane?? ” Mang Supri tampak begitu kagetnya, demilian juga dengan diriku yang diam mematung, aku tak mengerti apa yang terjadi, namun otak-ku langsung berusaha mengira-ngira, apa Mang Supri memasok Barang Haram itu ke panti??
Atau ini juga yang menjadi jawaban, kenapa terapi Mamet tak kunjung membuahkan hasil,..Namun aku bertambah terkejut ketika tangan Mang Supri sudah membelenggu tangan-ku dari belakang,..
Tangannya mencengkram tangan-ku kuat-kuat,..
” Mang Supri, awwww.. Apa-apaan sich.. ” Aku meringis kesakitan,..
Sedangkan kulihat Mamet yang sedang terpaku seolah tak mengerti apa yang sedang terjadi,..Reaksinya lambat karena Narkotika yang dikonsumsinya,..
” Dah non diem aja ?? Gak usah mikir aneh-aneh,.. “
” Lepasin Mang, Mang Supri tuch jahat ya.. ” Aku protes sambil menahan rasa sakit karena tangan-ku dipelintir dari belakang,..
” Ya, non boleh mikir apa aja, tapi non gak usah banyak omong.. ” Mang Supri mengancamku sekarang, sedangkan Mmet masih duduk diam saja..
” Met ini Joane loh, yang lu bilang Cantik banget tapi jahat sama lu itu ” Mang Supri memanggil Mamet, Yang dipanggil mulai bereaksi.,..
Mang Supri tiba-tiba mendorong-ku,..Aku terjatuh menabrak Mamet, Tiba-tiba tangan Mamet malah sudah memeluk-ku dari belakang,..
Aku demikian paniknya merasakan sebuah tangan mulai menyentuh tubuhku, terutama dada-ku, baru kali ini dadaku disentuh oleh laki-laki, kurasakan tangan Mamet mulai meremas payudara-ku yang masih terbalut pakaian-ku,..
” Bener lu Met, ini dia yang bisa bikin dia diem,.. ” Entah mengapa aku bergidik mendengarnya,..Tangan Mamet makin rajin meremas payudara-ku itu, aku merintih, sakit meski ada sejenis sensasi lain,..Aku berusaha memberontak namun Mang Supri kini sudah menduduki kaki-ku,..Mata tuanya menatapku, bukan dengan tatapannya yang ramah, namun tatapan kemarahan dengan sedikit rasa takut..
” Mang, lepasin saya mang.. ” Aku memohon, ” Ahhh,.. ” aku menjerit saat kurasakan tangan Mamet meremas payudaraku keras,..
” Non Joane, non kenapa sich usil banget.. ” Mang Supri tiba-tiba menciumku,..
Shock rasanya saat kurasakan bibirnya menempel dibibirku, sementara mang Supri hanya terkekeh saja,..
” Mang, saya janji gak akan bilang-bilang, lepasin saya mang… ” Aku ketakutan setengah mati,..wajah tuanya tampak berfikir sesaat,.
” Oughhm, ahhhh… ” Aku mendesah tiap kali tangan Mamet meremas payudara-ku, aku pasrah saja, sementara aku tak bisa berbuat apa-apa dalam kepungan mereka berdua,.tiba-tiba tubuhku menggelinjang, saat kurasakan benda basah menyentuh pipiku dari belakang, kulihat Mamet yang menjilati pipi-ku, tubuhku langsung merinding merasakan stimulasi seperti itu,..
” Hehehehe..” Tiba-tiba, Mang Supri tertawa,” Iya, mamang percaya, non Joane gak akan cerita-cerita,.. “
” Iya mang, percaya sama saya,.. ” Aku memohon sambil menahan tangan Mamet yang masih mengerayangi payudaraku,
” Mang Supri percaya, tapi biar lebih yakin,.. ” Yang dilakukannya selanjutnya benar-benar membuatku mati langkah, aku ketakutan setengah mati, batin-ku ingin berteriak, tangan tua itu mulai membuka kancing kemeja-ku satu persatu,.aku hanya bisa diam saja ingin berontak namun Mamet ternyata masih cukup kuat membuat aku tak dapat melepaskan cengkramannya,..
Aku hanya bisa pasrah melihat perlahan tubuhku makin polos, perlahan kemejaku mulai terbuka, Mang Supri tampak memelototi tubuh-ku, sambil tangan tuanya terus bekerja hingga melepas kancingku yang terakhir,..
Air mata-ku mulai turun, apalagi saat Mamet menciumku secara tiba-tiba,.aku masih berusaha berontak, namun aku juga tak berdaya, kurasakan lidahnya yang mulai berusaha masuk, namun kututup rapat-rapat bibirku ini,..
” Ahhh,.. ” Aku tak bisa untuk tak mendesah, saat itujuga lidah Mamet masuk, mulai berusaha meraih lidahku, menyentil-nyentil sambil berusaha mengisi seluruh ruangan di mulut-ku itu,..
Aku benar-benar tak bisa untuk menutup mulutku, saat kurasakan sensani aneh untuk pertama kalinya dalam hidupku, kurasakan mang Supri menyentuh dada-ku dengan bibirnya yang tebal, ditambah lagi kumisnya yang pendek menyentuh kulit-ku, membuat tubuhku menggelinjang tak berdaya,..
Aku mulai membalas ciuman Mamet, sementara kurasakan lidah Mang Supri mulai menyelusuri permukaan payudara-ku, tubuhku merinding merasakan sensasi itu, aku tak lagi berusaha melawan, kurasakan Bra ku mulai diangkat keatas, tangan Mang Supri langsung meremas payudara-ku mengganti tangan Mamet, yang makin asyik mencium-ku,..
Tangan Mang Supri meremas dada-ku perlahan, berbeda dengan yang dilakukan Mamet tadi, lebih nyaman entah mengapa, mungkin karena tidak kasar, kurasakan tangan itu menutupi permukaan payudara-ku, aku pasrah saja enak rasanya apalagi saat menyentuh putingku, memainkannya perlahan, aku makin terbawa suasana, apalagi saat Mang Supri mencaplok payudara-ku yang satunya, perlahan kurasakan lidahnya menyentil putingku,..
Memainkanya, menyentil-nyentilnya sama dengan yang dilakuakan tangannya di payudara-ku sebelahnya,..Aku menutup mata merasakan benda basah itu memainkan putingku, yang membuatku makin tak berdaya adalah saat tiba-tiba mulut itu menghisap dada-ku, aku seolah tersetrum merasakan sensasi itu,..” Ahhhhh,.. ” aku mendesah sesaat,
Masih kupejamkan mataku, kursakan lidahnya menyentil-nyentil putingku, memainkannya disaat mulut itu masih menghisapku kuat-kuat,..aku melayani lidah mamet sekarang, kami berciuman selayaknya seorang kekasih kurasakan giginya disela ciuman kami, giginya hancur karena gemeretakan tiap kali dia sakau,..
Kupeluk wajahnya itu, kurasakan tulang wajahnya, tubuhnya yang begitu kurus karena pengaruh narkotika,.sementara kurasakan kait braku mulai dibuka oleh Mang Supri, aku diam saja tanganya masih meremasku, apalagi lidahnya masih memainkan putingku membuatku hanya bisa pasrah saja menikmatinya,.
Tanpa halangan bra-ku makin lancar saja mang Supri mengerayangi tubuhku, tangannya meremas seluruh permukaan payudaraku, sesekali dia melepaskan ciumannya di payudaraku, meremas payudaraku dengan kedua tangannya, mengarahkannya ketengah sambil menjepit puting susunya, nikmat sekali, yang lebih nikmat lagi saat kurasakan lidahnya bergantian memainkan puting susu-ku itu,..
” Ahhh, aahhhh, .. ” Aku hanya bisa mendesah diberikan kenikmatan seperti itu,..Mang Supri tersenyum,sementara tangannya mulai merambat turun, kurasakan tangannya membelai perutku, melewati pusarku,..
Aku tersadar saat tangannya meraih kancing celana Jeans-ku,.. Aku berusaha memberontak saat itu, aku berusaha bangkit berdiri, kali ini berhasil kututupi tubuhku dengan tanganku, menutupi payudaraku yang sudah tak tertutup lagi,..Sementara Mang Supri terjatuh ke lantai kotor itu,..
” Mang, lepasin saya mang,.. ” Aku berusaha melepaskan diri,..
Namun Mang Supri bangkit kembali merengsek maju, ditariknya rambut-ku,..
” Awwhhh.. lepasssin,,, ” Aku menangis kesakitan,..
” Non jangan ngelawan ya,.. ” Mang Supri mengancamku,..Mamet kini ikut berdiri mendekati-ku,..
Mang Suprimemebelakangi-ku, sementara Aku kini berada dalam pelukan Mamet,..Air mata-ku mengalir turun, kurasakan mulut Mamet yang kembali mencoba mencium-ku, kupejamkan saja mataku, tangan Mamet kini sudah kembali menempel di payudara-ku, meremasnya tak sekeras tadi aku diam saja tak berani memberontak,..
Mang Supri mulai melucuti jaketku, membuka Kemejaku yang masih menggantung, juga membuang bra-ku,.
” Putih non, putih banget,.. ” Mang Supri menceracau,..
Lidahnya menjilati permukaan punggungku, sementara kurasakan tangannya bekerja, mulai melucuti kancing celana-ku,..sebelum akhirnya meloloskan resletingnya,.
Kututup mata-ku dalam ketakutan, kurasakan celana-kumulai turun sementara tangan Mang Supri menyentuh kulit-ku bersamaan dengan celana-ku yang mulai meninggalkan tubuhku, Air mataku makin banyak yang mengalir,..
Apalagi saat kurasakan tangan mang Supri menyentuh vagina-ku, masih dibalik celana dalam-ku, kurasakan tangan itu menempel di vagina-ku, sementara dia masih menciumi tengkuk-ku, memasukan lidahnya dalam telinga-ku, membuatku menggelinjang,
Jemarinya bergerak kesana-kemari, seolah sedang mencari sesuatu, aku merinding merasakan jemari itu menyentuh bagian paling pribadi-ku itu, belum lagi saat kurasakan tangannya bergerak masuk, kurasakan tangan itu menyentuh kulit-ku, kurasakan tangan itu bergerak turun membelai bulu-bulu kemaluan-ku, sebelum berhenti didepan bibir vagina-ku,..
Tubuhku langsung bergetar, saat tangan itu menyelusup diantara belahan vagina-ku, seolah mencari sesuatu sebelum berhenti di sebuah gundukan kecil, memijitnya perlahan, menekan-nekannya seolah sedang mencari sesuatu sambil bergerak-gerak tak beraturan, aku menutup mataku lebih kuat,
Kaki-ku gemetaran, sensasi nikmat yang diberikan mang Supri pada kemaluan-ku, ditambah lagi, remasan Mamet yang sesekali juga menyusu di payudaraku membuatku tak berdaya, kaki-ku terasa lemas ditambah lagi ada semacam rasa yang mulai tumbuh dalam benak-ku ini,.
Tubuhku bagaikan tersetrum, sementara kurasakan Vagina-ku mulai basah, aku berusaha menahan cairan yang seolah ingin keluar, namun aku tak berdaya kurasakan tangan Mang Supri yang menyentuh bibir vagina-ku, mengambil cairan itu sebelum kembali menstimulasi tempat yang tadi,..
Aku mendesah tak karuan, sesekali tubuhku bergetar aku makin melayani ciuman Mamet, tangannya pun sesekali menarik-narik puting payudara-ku, memilinnya atau pun meremasnya, air mataku seolah mongering yang keluar dari mulutku hanyalah desahan-desahan nikmat yang jelas bukanlah penolakan atas kelakuan mereka,.
Tiba-tiba mang Supri mencabut tangannya dari vagina-ku, dia melucuti celana pendek yang dikenakannya, kulihat penisnya yang sudah menegang aku tak tahu ukuran standard penis, yang kulihat rasanya besar sekali, aku bergidik melihat penis itu, ujungnya disunat, kepalanya sedikit basah aku tak percaya saat Mang Supri memelorotkan celana dalam-ku itu,..
Tubuhku kini plos, hanya sepasang sepatu skets yang masih menempel ditubuhku,..
” Met duduk sana !! ” photomemek.com Mang Supri memerintah Mamet, ” Buka celana Luh !! ” Entah mengapa Mamet begitu menurut,..Dia membuka celana nya, penisnya juga sudah menegang aku yakin lebih besar dari milik mang Supri meski memang tidak jauh selisihnya,.
Mamet pun duduk, sementara aku didorong Mang Supri mengikuti Mamet, aku tak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya,..Aku mengikuti kemauannya, sebelum aku disuruh menungging berhadapan dengan Mamet, dibawah bangku-nya,..
” Nah gitu Non,.. ” , ” Karang pegang tuch kontolnya,.. “
” Hah,.. !! ” aku berusaha menolak,..
Namun aku merasakan ketakutan saat melihat tatapan mata Mang Supri, aku tak berani melawan, Matanya seolah mengancam-ku,..Kuraih penis Mamet dalam gengaman-ku, aku tak mengerti apa yang harus kulakuan pada penis itu yang kurasakan penis itu seolah berdenyut dalam gengaman-ku,..
” Nah, kocok non,.. “
” Kocok ?? ” aku benar-benar bingung,..
” Iya dikocok,. ” Perintah mang Supri
Setengah mengancam kurasakan dalam kata-katanya, sementara Mamet hanya mematung saja,..Perlahan kuturuti kemauannya, kugerakan tanganku perlahan mengocok penis itu, naik turun, wajah Mamet mulai berubah, seolah keenakan atas apa yang kulakuan,
Kususuri tangan yang kira-kira dua kali kepalan tangan-ku itu, berotot dan begitu keras, kurasakan hangat dalam gengaman-ku, perlahan kukocok penis itu, namun aku memekik tiba-tiba..
” Ougghhhh,.. ” Aku menjerit saat kurasakan penis Mang Supri diam di depan kemaluanku, kurasakan sedikit menekan dibibir vagina-ku, perih rasanya namun aku tak menyangkal ada kenikmatan dibalik itu semua,..
Namun rasa takut mengalahkan segalanya, aku menangis, memohon meronta,..
” Jangan mang, saya.. saya masih perawan…saya mohon… ” Aku memohon,..
” Perawan ?? “,” Bagus donk jadi non tutup mulut ya,.. ” Mang Supri menjawab sekenanya,..
Yang kurasakan malah penis itu menekan makin dalam, aku sampai meringis kesakitan, aku memejamkan mata-ku, sakit dan perih sekali, namun aku tak berdaya apa-pun, aku tak bisa berbuat apa-apa sementara kurasakan tangan Mang Supri mencengkram pinggangku dari belakang erat-erat, ditambah lagi penisnya yang mulai merobek vagina-ku,..
Air mataku kembali mengalir, kurasakan penis itu masuk makin dalam, percuma untuk berteriak digudang dalam gang sunyi ini, bahkan aku khawatir ada orang mabuk yang datang dan menambah parah keadaan, aku pasrah saja menerima ini semua,..
” Ahhh, gila beneran.. ” Mang Supri berkomentar,.Saat penisnya mentok dalam vagina-ku, Kurasakan penis itu mulai masuk lebih dalam,.mulai merobek kehormatan-ku,..tertahan, kurasakan penis itu ditarik keluar dalam tangisan-ku,tanganku masih menggengam penis Mamet, sementara aku mengigit bibirku menahan rasa sakit di kemaluan-ku itu,..
Aku diam saja, terlalu lemah untuk melawan,sementara kurasakan penisnya kembali mendesak masuk, perlahan kembali masuk sambil merobek selaput dara-ku, aku memekik tertahan saat penis itu berhasil merengut kesucian-ku,..
Mang Supri tampak mengambil nafas panjang sambil menarik penisnya keluar, sebelum kembali memasukannya lebih dalam, tubuhku seperti terbelah, sementara kurasakan darah kegadisanku merembes keluar,.
Tak banyak sesuai dengan yang kupelajari di kedokteran, namun bukan itu nilainya, kehormatan ku sebagai seorang gadis telah direbut secara paksa oleh orang ini,.aku mulai membencinya,..
” Ough,,.. ” Aku menahan rasa sakit, sementara Penis Mang Supri tertanam dalam tubuhku,..
” Gila non, dikira bohong taunya beneran, enak banget non,.. ” Dia berkomentar. Aku diam saja menhan rasa perih,..Hingga sebuah sentakan kuat membuatku memekik kesakitan,..
” Aww… “,aku menjerit sementara Mang Supri malah mendesah keenakan, merasakan bagaimana penisnya diremas oleh otot-otot vaginaku yang baru saja dibobolnya,.
Air mata-ku mengalir, sementara mang Supri cengengesan membalasnya,..
” Enak Non ?? ” Dia tertawa sambil mulai memaju mundurkan penisnya dalam vagina-ku,..
Kupejamkan mataku, kurasakan penis itu keluar masuk sambil tangannya terus-terusan meremas payudaraku, tak terasa beberapa menit berlalu, rasa sakit itu mulai hilang berganti sedikit rasa nikmat yang tak ingin kuakui,..
Penisnya makin lama makin lancar mengerjai-ku, aku pun mulai terbiasa dengan penisnya itu,..
” Non kasian Mamet, ayo kaya tadi lagi,..”
” Oughh, gila peret banget,hmmm,.. “
Mang Supri terus menceracau seperti itu sembari terus memacuku,..Aku mulai mengikuti keinginanya, aku mengocok penis Mamet perlahan, perlahan juga penis itu mulai berkedut-kedut,
” Non isepein,.. ” Mang Supri makin keterlaluan,..
” Gak, ahhhh ” Aku menolak disela desahan-ku,..
Mang Supri membalasnya dengan menampar-nampar bokong-ku, hentakannya makin kuat membuat aku tak lagi mampu menolaknya apalagi kuakui aku mulai merasa nyaman, sensasi nikmat meski masih terasa sedikit sakit,..
” Iya, jangan tamper lagi awww,.. ” Aku menuruti kemauannya,..
Kuangkat wajahku, kulihat wajah Mamet yang masih tampak keenakan, aku mulai membuka mulutku, kepala penisnya bau sekali, ditambah lagi ukurannya yang besar hampir sebesar diameter bibirku yang mungil ini,..
Aku berusaha menelan penis itu, perlahan kutahan rasa jijik yang menjalari tubuhku, ku masukan perlahan penis itu, sementara Mang Supri terus memompaku dari belakang, mulutnya terus menceracau, aku mendesah dalam kulumanku pada penis Mamet, aku diam saja sementara penis itu mulai kumasukan lebih dalam,..
Kuselusuri penis itu dalam kuluman-ku, perlahan aku memasukan penis itu lebih banyak, sebelum kucabut kembali penisnya dari mulutku, kuganti mulutku dengan lidahku menyelusuri penisnya, menyelusuri penis itu hingga kepangkalnya yang berbulu lebat sekali itu, ataupun memainkan kepala penisnya,..
” Awhhhh,.. ” Mamet mendesah keenakan, kumasukan penis itu kembali dalam mulutku, tubuhku terasa makin terbakar karena pacuan Mang Supri, aku tak ingat lagi, tak sadar kalau aku ini sedang diperkosa,..
Kuhisap kepala penisnya, yang membuat Mamet tambah gelisah, kutambahlagi dengan kocokan pada batang penisnya, aku tak sadar melakukan itu semua, karena ada semacam semburan birahi yang makin tinggi dalam tubuhku,..
Ditambah lagi Mang Supri yang menambah stimulasinya dengan memainkan clitorisku dengan jempolnya, perlahan memang memijat clitorisku namun cukup untuk membuat tubuhku bergetar keenakan,..
Tubuhku mulai berkeringat, aku masih terus mengoral penis Mamet, sementara aku merasakan bagaimana lidah Mang Supri menjilati punggungku, aku makin tak karuan, sensasi itu naik makin tinggi sementara aku hanya pasrah saja menikmati itu semua, vagina ku yang kian basah, seirama dengan pacuan Mang Supri yang makin menggila,..
Makin cepat Mang Supri mengerjai-ku, makin liar juga aku mengocok penis Mamet,.Ku ciumi penis itu, sampai kepangkalnya, kujilati buah zakarnya, terbakar birahi yang makin tinggi saja, aku memejamkan mata, sambil terus mendesah nikmat,..
Aku tahu aku menuju puncak kenikmatan-ku, aku tak mampu bertahan lagi, apalagi mang supri juga mengocok-ku makin cepat, hingga akhirnya aku meledak, pertama kalinya dalam hidupku kurasakan sensasi Organsme, rasanya bagaiakan tersamabr, tubuhku bergetar hebat, otot-otot tubuhku mengeras sementara aku meremas penis Mamet kuat-kuat, tubuhku bergetar,.
” Ahhhhh,.. “
Aku melolong hebat,..vaginaku langsung basah oleh cairan cinta-ku, vagina-ku kuat meremas penis Mang Supri yang berada didalamnya,.Mang Supri ikut bergetar hebat merasakan jepitan vaginaku yang menguat itu,,.
” Ahhh,.. Non,.. ” Mang Supry mengeletar,..
Dicabutnya penisnya dari vagina-ku, penisnya berdenyut-denyut saat dicabut keluar, aku terdiam sementara dia mengocok-kocok penisnya diatas tubuh-ku, sebelum akhirnya penisnya itu meledak, spermanya muncrat ketubuhku, aku hanya menutup mata melihat kebiadabannya itu,..
Nafasku tersengal-sengal, demikian juga dengan Mang Supri yang langsung duduk id bangku sebelahku, aku tak lagi mengoral penis Mamet,.namun Mang Supri tak sependapat dengan-ku,..
” Sekarang giliran Mamet non,.. ” Mang Supri memerintahku,..
Jelas aku menolaknya, namun Mang Supri mengangkat tubuhku,..
” Ayo, jangan ngelawan, tadi keenakan begitu ” Hina-nya,..
Dia menyuruhku memegang penis Mamet, sementara aku berdiri mengangkang dalam pangkuan Mamet, Mang Supri menyuruhku mengarahkan penisnya ke bibir vagina-ku, aku mengikutinya,..perlahan dia menekan tubuhku turun, aku menutup mataku menahan rasa yang muncul,..
Kurasakan penisnya mulai masuk, kugigit bibirku menahan sakit,..penis itu mulai masuk, Mang Supri masih menekan bahuku, penisnya terkulai lemas diselangkangannya, namun kebusukannya masih saja seperti seorang bajingan tengik,..
Mamet melenguh lenguh merasakan jepitan vagina-ku,..aku mendesah nikmat, kurasakan penis itu masuk makin dalam,.Mamet memeluk-ku sambil berusaha mendesak-desakan penisnya dalam vagina-ku..
” Owhhh,.. ” aku mendesah, kurasakan penis itu makin dalam masuk,..
Kini bukan lagi aku yang harus menekan penis itumasuk, namun Mamet sudah mendesak-desakan penisnya kuat-kuat,..dia menyusu pada payudaraku sementara pinggulnya masih berusaha mendesakan penisnya masuk ke vagina-ku,..
Aku mulai menjawab permainan-nya aku ikut menggerakan pinggulku naik turun, tak terasa aku bergoyangkesana-kemari, Aku dan Mamet mendesah, penis dalam Vaginaku lebih terasa daripada sebelumnya, lebih nikmat dan hangat, sementara orang yang mengerjaiku pun jauh lebih bertenaga,..
Mang Supri terkekeh melihat ‘peliharaannya’ mengerjaiku, tiba-tiba Mamet bangkit berdiri, sambil mengangkat tubuhku keatas meja, mengangkat satu kakiku ke pundaknya, sementara dia makin cepat saja mengerjaiku, rasanya sakit didesak demikian, namun juga enak, aku memejamkan mata menikmati bagaimana penisnya menyetubuhiku,..
Makin cepat, desahan kami pun makin membahana, Sementara Mang Supri mulai mengenakan kembali celananya, namun jemarinya masih sempat bermain dengan payudara-ku, memainkan putingnya sambil meremas-remasnya,..
Kembali tubuhku diterpa sensasi yang sama, tubuhku bergetar hebat, namun lebih dahsyat dari sebelumnya, apalagi Mamet malah makin cepat mengerjaiku, aku sampai kegilaan rasanya dikerjai sedemikian rupa, sesekali mamet juga menyusu di payudara-ku,..
Beberapa menit Mamet terus mengerjai-ku, menyetubuhi-ku sementara dia terus melenguh-lenguh keenakan, nafasku tersengal-sengal, sementara Mamet tampak masih asyik menyetubuhiku,..
Namun perlahan perubahan terasa dari penisnya yang terasa makin membesar, gerakannya makin kacau, sementara penisnya seolah bergetar-getar,..Apa dia mau meledak ?? Aku bertanya-tanya,…
Namun tak lama aku mendapatkan jawabannya, aku mememikik, bukan cuma rasa nikmat, namun juga rasa takut saat sperma Mamet mulai merembes dalam vagina-ku, aku sempat berorgansme kecil merasakan semburan spermanya dalam vagina-ku, smeentara dia sendiri langsung memeluk-ku,..
Kurasakan bagaimana penisnya mulai mengecil dalam vagina-ku sebelum akhirnya terlepas dengan sendiri,..kupejamkan mataku, tubuhku lelah,..
” Udah puas Mamet ?? ” Mang Supri menuntun Mamet menjauh dari tubuhku yang tergolek diatas meja,.sebelum mang Supri menurunkan-ku kebawah,..mengambil lampu senter di meja, menggantinya dengan lilin kecil yang ditaruh dipojok ruangan,
” Non, saya sudah pegang kartu non, jadi jangan coba-coba buka mulut, kalu gak mau saya permalukan,.. ” Aku diam saja menanggapinya
Mang Supri menuntun Mamet keluar sementara diatas dus bekas aku terbaring lemah, masih kurasakan sperma mang Supri di tubuhku, masih kurasakan Sperma Mamet yang merembes keluar dari kemaluan-ku,.
Tubuhku tergolek lemah, aku menatap langit-langit yang gelap di gudang itu,..Air mataku mengalir,..
Ku ingat lagi kata-kata Diaz
” Kamu bukan seorang Juru Selamat, Sayang “
Ya benar, aku bukan seorang penyelamat, aku seorang manusia biasa yang berusaha, namun semua usahaku dihancurkan oleh mereka yang tak bertanggung jawab, bukan kau tak mau berusaha, aku bukan ingin menyerah,..
Aku tahu bukan Mamet yang salah, mungkin Mang Supri yang salah, atau juga Mang Supri juga tidak bersalah, mungkinkah kami semua hanyalah korban, aku tak berani menerka, kututup mataku, kuhapus air mataku, meski kembali mengalir..
Apa aku menyesal ?? Namun yang kutahu selama dunia masih seperti ini, dimana banyak orang yang memanfaatkan keadaan, tak ada tempat yang nyaman buat kami, para relawan dan para pecandu, terlalu banyak yang masih memanfaatkan mereka,.
Bukan seorang penyelamat yang dibutuhkan, namun seorang yang mau perduli pada mereka, perduli pada kami, perduli kalu bukan hanya kami yang harus jadi penyelamat, namun juga kalian,..
Ya setidaknya itu pendapatku, sementara tubuhku terasa sangat lelah, mataku terasa berat sama dengan lilin dipojok ruangan yang mulai redup
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,