Di terminal Bekasi
Aku baru saja sampai di daerah Bekasi naik bis dari pelabuhan merak. Aku tinggal di Palembang dan tujuanku mau ikut tes sebuah departemen di Jakarta, jadi aku bermaksud main ke rumah temanku waktu masih kuliah yang ada di bekasi ini. Ternyata mau masuk ke terminal bekasi benar-benar macet dan sama sekali tidak beraturan, jadi kernet bis menyuruh penumpang yang tersisa untuk turun dan lewat jalan belakang agar lebih cepat sampai.
Aku senang sekali mendengarnya, karena sejak di terminal serang aku harus menahan kencing, mana AC mobilnya dingin sekali, jadi aku benar-benar tersiksa selama perjalanan terutama sejak mulai masuk daerah Jakarta. Jadi aku berjalan cepat-cepat, melewati gedung yang tak terpakai dan lewat di bagian belakang gubuk-gubuk di pinggiran terminal. Lalu aku melihat sebuah WC umum dan dengan segera aku masuk ke sana.
Aku lupa tempatnya di sebelah mana, tapi yang kuingat WC umum itu agak masuk kalau dari luar. Aku cepat-cepat masuk ke bagian laki-laki, dan aku kaget saat melihat 2 bilik sama sekali tidak berpintu. Satu kosong dan satu lagi ada yang sedang mandi sehingga bisa kulihat kontolnya. Meski mulai terangsang aku cepat-cepat ke tempat buang air kecil yang seperti tempat mengambil air wudhu di masjid. Jadi siapapun yang buang air kecil akan bisa melihat dengan jelas kontol orang lain.
Saat aku mulai kencing ada seorang bapak yang masuk kencing juga, saat akan mengambil kontolnya ia sempat melirik kontolku, tapi aku cuek aja karena aku memang sangat kebelet. Lalu ia selesai dan masuk lagi seorang yang masih muda, umurnya sekitar 25 tahunan, kulit agak gelap dan tingginya sekitar 160-165cm, rambutnya agak ikal dan ia memakai seragam seperti yang dipakai kondektur bis-bis kota.
Aku masih belum selesai juga saat ia membuka tali pinggang lalu menurunkan resleting dan membuka kancing celana panjangnya yang berwarna hitam lusuh. Ia sama sekali tidak memakai celana dalam, karena saat kancingnya dibuka langsung terlihat kontolnya dan jembutnya secara penuh. Aku kemudian selesai dan kulirik kontolnya sekali lagi, saat itu ia juga menatapku. Aku kaget tidak menyangka akan bertemu mata seperti itu. Dia tersenyum, tak terlalu manis memang, aku membalasnya dengan sedikit senyum. Ia kemudian mengarahkan kontolnya sedikit menyamping ke arahku dan dia sudah selesai kencing, tapi ia tak memasukkan kontolnya malahan ia sedikit memainkannya ke arahku.
Kaget dan takut serta senang, perasaan itu campur aduk. Aku melirik ke arah dia sekali lagi dan kali ini dia membuat gerakan mengocok di kontolnya. Aku sekarang melirik ke arah orang yang sedang mandi, ternyata dia sedang handukan dan memperhatikan kami berdua. Lalu laki-laki yang tadi kencing berkata,
“Ke belakang yuk?”
“Belakang mana Bang?” tanyaku.
“Yah kalau kamu mau ikut aja” jawabnya.
“Ngapain Bang?”
“Biasalah, sudah lama kontolku ini nganggur,” ujarnya sambil tersenyum.
Aku juga tersenyum dan sekali lagi melirik ke arah lelaki yang tadi masih handukan, ia masih handukan dan kulihat kontolnya sedikit menegang, aku rasa ia pasti mendengar apa yang kami bicarakan karena ruangan itu tidak terlalu luas.
“Kenapa, takut?” tanya laki-laki itu.
“Tenang saja aku nggak bakal berbuat jahat, aku cuma mau ngelepasin pejuh di kontolku, liat biji pelerku sedikit membesar, kayaknya kepenuhan” katanya lagi.
Akhirnya aku mengangguk dan kami berjalan keluar setelah ia membereskan celananya.
“Hei, tak usah bayarlah,” katanya saat aku akan mengeluarkan uang untuk membayar jasa WC.
“Mau kemana Rip?” tanya penjaga WC yang kutaksir umurnya sekitar 23-an pada laki-laki yang bersamaku.
“Ke belakang warung Dodi,” jawabnya.
“Ngapain?” tanya penjaga itu lagi.
“Kalau kau mau, datang sajalah, barang baru” ujar laki-laki yang ternyata bernama Arip sambil menyenggolkan bahunya di tanganku.
Aku kontan saja malu bukan kepalang. Penjaga WC itu menatapku dan ia tersenyum, lalu ia membuat gerakan oral ke Arip yang kembali tertawa. Kami berdua segera meninggalkan tempat itu.
“Rame orang nggak Bang disana?” tanyaku.
“Yah kosong, tapi kalo mau bisa juga jadi rame,” jawabnya.
“Maksud Abang apa?”
“Yah, pesta seks. Kalo malem sih di tempat itu banyak yang ngeseks, ada yang bawa lonte, ada yang lagi diisep, yah gitulah”
“Apa nggak risih Bang rame-rame gitu”
“Malah enak”
“Abang pernah ya?”
“Sering malah”
“Sama lonte juga?”
“Kebanyakan sih sama laki-laki, lebih enak sih”
“Lah yang laen?”
“Yah biasa aja lagi, yang penasaran kadang malah ngedeketin trus nyoba ikutan”
“Trus yang jaga WC tadi?”
“Si Asep? Dia mah biasa isep-isepan sama saya” lalu dia berhenti dan menunjuk sebuah bangunan yang sepertinya tidak terurus.
“Di situ tempatnya, yuk masuk kita di atas aja”
Lalu kami kembali jalan dan sesampainya di atas ada bagian lantai yang sudah beralaskan tikar.
“Disini saya biasa maen. Liat nih ke tikernya, banyak sisa-sisa pejuh yang meleleh kesini, malah ada yang sengaja disemprotin di sini biar jadi kenang-kenangan gitu, tuh liat banyak sisa-sisa pejuh yang kering kan?”
Aku mendekati tikar itu dan baunya sangat khas sekali, yah bau sperma kering. Tanpa basa-basi Arip segera membuka celananya yang memang sudah menggembung di bagian kontolnya.
Kontol Arip sangat unik, panjangnya sekitar 12-13 cm tapi gemuk sekali. Saya mendekat dan segera memegang batang kontolnya dan terasa begitu besar dalam genggamanku, entah berapa diameternya.
“Gila Bang, gede banget kontolnya?”
“Iya, gimana situ suka?”
“Suka banget” ujarku sambil mulai ngocokin kontolnya.
Dia langsung merebahkan dirinya di tikar, dan aku menarik celana panjangnya biar aku puas eksplorasi. Aku mulai mengusap-usap jembutnya yang lebat sambil tangan kananku tak berhenti mengocok batang kontolnya. Lalu aku remas-remas biji pelernya yang juga terasa kasar karena penuh sekali dengan bulu jembut.
Aku lalu mulai menjilat pangkal kontolnya di bagian bawah. Terasa sekali aroma khas bagian itu yang jarak terjamah. Dia tampak mengerang-erang, lalu ujung lidahku mulai ke bagian pelernya kemudian perlahan bergerak naik hingga ke ke pangkal kontol bawah lalu meneruskannya ke kepala kontol masih di bagian bawah. Sesampainya di kepala kontol, aku jilat-jilat lubang kencingnya pelan-pelan sekali, lalu mengelilingi kepala kontolnya yang terus bertambah besar.
Kemudian aku kulum-kulum sedikit bagian kepala kontol itu. Aku beberapa kali mencoba memasukkan kepala kontol itu tapi selalu gagal malahan mulutku agak sedikit tegang karena kepala kontolnya memang luar biasa besar. photomemek.com Akhirnya aku mengalihkan lidahku ke sisi kiri dan kanan batang kontolnya. Lidahku terasa melompat-lompat saat melewati urat-urat kontolnya dan saat aku ada di tengah-tengah batang kontolnya aku menghisap-hisap batang itu.
Aku menjadi semakin gemas, tanganku kembali meremas-remas batangnya dan akhirnya aku nekat untuk mencoba sekali lagi mengulumnya dan berhasil!! Meski terasa sangat penuh aku terus mencoba menurunkan mulutku dan berusaha mengulum habis batangnya, tapi tetap tak muat, malah aku merasa mau muntah karena mulutku yang terbuka lebar untuk beberapa lama membuatku sakit.
“Sialan, barusan ada yang ngecret di sini,” katanya tiba-tiba. Aku melepaskan kulumanku dan menatap ke arah tangannya.
“Nih liat, pejuhnya masih basah banyak lagi,” ujarnya lagi. Memang kulihat banyak pejuh yang berceceran di lantai, dan itu membuatku semakin ngaceng.
“Bang, entotlah aku. Sudah nggak tahan,” ujarku sambil berdiri lalu menurunkan celana panjang dan celana dalamku hingga sebatas mata kaki.
“Nggak diisep dulu kontol kamu?”
“Nggak usah dah Bang, aku sudah nggak tahan” ujarku tersengal-sengal karena sangat bernafsu.
“Ya sudah” ujarnya. Dia memakai kondom lalu memoles lobangku dengan minyak baby oil.
Kepala kontolnya sudah ditempelkan tepat di pinggir lubangku dan dia berusaha menekannya. Tapi kepala kontolnya memang terlalu besar sehingga susah sekali masuk. Kalau dia nekat menekan sekuat tenaga aku sedikit menjerit karena susah, akhirnya kami berganti posisi. Dia tiduran di bawah dan aku melepas seluruh celanaku lalu naik ke badannya.
Kuarahkan kepala kontolnya ke lobangku, dan aku memejamkan mata, lalu dengan agak kuat aku menekan turun dan, Bless..!! Kepala kontol itu masuk sempurna, aku masih memejamkan mataku, aku merasa lubangku robek karena diameter kepala kontol yang begitu besar. Lalu aku terus menurunkan tubuhku dan akhirnya perlahan-lahan seluruh batang kontolnya amblas. Syukurlah batang kontolnya tidak begitu panjang, kalau sudah begitu besar dan panjang apa nggak mati aku?
Lalu aku mulai naik turun perlahan. Rasa enak mulai datang pelan-pelan, apalagi karena diameternya yang besar membuat lubangku terasa sangat geli dan enak saat harus bergesekan dengan kulit kontolnya yang tidak rata oleh urat. Dia terlihat bernafsu dan ikutan menaik-turunkan pantatnya untuk menghajar lubangku. Sakit yang tadi kurasakan kini sudah berganti dengan kenikmatan yang tiada tara. Aku memutar-mutar lubangku dan aku melihat dia nampak tersengal-sengal.
“Ayo ganti posisi” ujarnya.
Tanpa melepas kontolnya kami bertukar posisi aku menghadapnya dan dia menghajar lubangku yang ditopang dengan tas yang aku bawa. Dia benar-benar perkasa. Aku sangat suka tusukan-tusukan yang kasar dan keras serta cepat. Keringat membanjiri tubuh kami berdua, dan aku mengeluarkan air mata karena rasa nikmat yang kurasakan, apalagi dia suka sekali membenamkan seluruh kontolnya agak lama lalu memutar-mutar sehingga jembutnya menggesek-gesek kulit pantatku dan sangat geli sekaligus nikmat.
Kontolku mulai mengeluarkan air, dan lumayan banyak. Baru sekali ini aku merasakan hal yang seperti ini. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah suara yang datang dari arah tangga.
“Woi elu Rip,” kata seseorang yang muncul dari tangga.
Aku menjadi panik dan aku melihat orang itu. Penampilannya biasa aja, seperti kebanyakan anak muda yang suka ada di terminal. Rambutnya dipotong cepak memakai kaos putih dan jeans biru.
“Elu Wan? Nggak narik?” tanya Arip.
Luar biasa..!! Tanpa sungkan Arip tetap menghajar lubangku sementara temannya datang mendekat, bahkan dia sekarang sudah duduk di samping kami.
“Baru pulang, capek gue” katanya sambil menatapku lalu menatap kontol Arip yang keluar masuk lubangku.
“Argghh.. Arghh..” erang Arip tetap mempertahankan kecepatannya.
Sekarang aku sudah tidak peduli lagi dengan temannya itu malahan terasa sangat merangsang ada orang lain di situ, aku kembali menikmati sodokan demi sodokan Arip selanjutnya.
“Tadi siapa kesini wan? Tuh ada yang ngecret” tanya Arip saat seluruh kontolnya terbenam di lubangku dan tangannya menunjuk ke arah ceceran pejuh yang ada di lantai, sambil terus memutar-mutarkan batangnya di dalam.
“Si Eko, tadi dia ngebawa Neneng ke sini” ujar temannya Arip itu.
Lalu Arip kembali menghajar lubangku, sambil menatap mataku dia berkata..
“Tenang aja, ini temen gue Wawan. Dia mah nggak doyan kontol, tapi demen ngeliatin orang ngentot”
“Wawan” ujarnya mengulurkan tangannya kepadaku.
Bisa dibayangin nggak sih, aku lagi dientot orang sementara temen orang itu kenalan sama aku saat aku merasa sangat enak, wuihh benar-benar membuatku nggak tahan. putri77.com Aku mengerang, dan crot.. crott.. crott berkali-kali pejuhku terlontar dari lubang kontol, mengenai mukaku, daguku sebagian ada yang ke lantai dan ada juga yang kena kelingking si Wawan karena ketika pejuhku nyemprot aku kelojotan nggak keruan, dia cuma tersenyum lalu mengelap kelingkingnya yang kena pejuhku di tikar yang kami pakai.
Melihat aku ngecrot abis-abisan membuat Arip nggak tahan lagi. Dia menggeram keras dan kembali.. croott.. crott.. crott, pejuhnya menyemprot ke kontolku dan juga jembutku. Begitu banyaknya sampai-sampai banyak yang meleleh dari pelirku yang kena semprot dan akhirnya jatuh ke tikar.
“Banyak banget lo keluar Rip,” kata si Wawan.
Arip tidak menjawab, dia masih tersengal-sengal dan terus berusaha mengatur nafasnya. Sementara kontolnya yang masih mengeluarkan lelehan pejuh di usap-usapkan ke kontol dan jembutku. Arip lalu menindih tubuhku setelah sebelumnya mengepaskan posisi kontolnya dan kontolku dan kemudian mencium bibirku.
“Gila nih anak, lubangnya enak banget” kata Arip ke Wawan yang kemudian tertawa.
Akhirnya setelah beres, Arip mengantarkan aku ke rumah temanku.
*****
Bagaimana, suka? Komentar kirim saja ke emailku. Sampai jumpa di cerita berikutnya.
TAMAT
,,,,,,,,,,,,,,,,