Bersama Ibu Miya –
CeritaBoke – Hampir setiap ada kesempatan aku bersetubuh dengan mertuaku, kesempatan itu aku lakukan saat istriku Indri sedang ada tugas di luar kantor yang memaksa untuk menginap beberapa hari di luar kota.
Aku dan mertuaku selalu tidur satu ranjang layaknya suami istri, apabila birahi datang kami selalu melengkapi dengan saling membutuhkan biasanya aku semprotkan air maniku di dalam vagina mertuaku.
Tak lama beberapa bulan ternyata akibatnya fatal yaitu mertuaku hamil atas spermaku, aku kira mertuaku sudah tidak bisa hamil karena umurnya yang sudah tua 53 tahun.
Tapi atas kehendak mertuaku sendiri aku agak tenang jadi semua bisa diatasinya, saat mertuaku pulang ke desanya aku berniat untuk kesana dan memeriksakan kandungannya.
Tapi mertuaku menolak untuk aku temani entar malah suaminya curiga, setelah aku yakin bahwa mertuaku bisa menyembunyikan perbuatan itu otak jorokku keluar lagi dengan menelpon mertuaku aku bilang bahwa aku kangen banget, dan mertuaku juga merasakan apa yang aku rasakan. Setelah lama ngobrol tiba tiba handphone yang satunya berbunyi.
“Hallo, selamat pagi.”
“Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar.”
Ternyata Bos besar yang memanggil, aku pun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Maya. Ibu Maya, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, saat latihan terjun payung di Sawangan.
Aku taksir, usia Ibu Maya kurang lebih 45 tahun, Ibu Maya seorang wanita yang begitu penuh wibawa, walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Maya tetap terlihat cantik, hanya sayang Tubuh Ibu Maya agak gemuk.
“Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya.”
“Oh nggak.. , Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?”
“Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan.” Jawabku.
“Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?” Tanya Ibu Maya.
“Oh nggak, Bu Saya tidak apa-apa.”
“Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah
penyakitmu.”
“Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok.” Jawabku.
Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Maya, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Maya berkata. “Makanya kalau selingkuh hati hati dong Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil.”
Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa.
“Dari mana Ibu tahu?” tanyaku dengan suara yang terbata bata.
“Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelpon kamu, kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu.”
“Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri.”
Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Maya adalah atasanku, selain itu Ibu Maya adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa-bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah.
“Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman di tangan Ibu.”
“Terima kasih Bu,” jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
“Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK?”
“Tentang apa Bu?” tanyaku.
“Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak” pintanya tegas.
Akupun keluar dari ruangan Ibu Maya dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Maya yang dengan lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
“Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya?” Tanya Wilman sohibku.
“Ah, nggak ada apa apa. Aku lagi capek aja.”
“Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu.”
“Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Maya denger mati kamu.”
Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku.
Rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku.
Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan Ibu Maya, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami dengan Ibu mertuaku,
Uh.. rasanya mau meledak dada ini, Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus menceritakan semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.
“Kring..” , kuangkat telepon di meja kerjaku.
“Gimana? Sudah siap?” Tanya Ibu Maya. “Ya Bu saya siap, Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda.
Ternyata Ibu Maya tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan lain. Dengan menumpang mobil kawanku Wilman, aku diantar sampai atm bni, dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku, akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang seperti biasanya.
Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Maya, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Maya masuk ke halaman dan parkir. photomemek.com Ibu Maya pun turun dari mobil dan berjalan ke arah ATM.
“Hi.. Pento ngapain kamu disini?” sapa Ibu Maya.
Aku jadi bingung, namun Ibu Maya mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Maya, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.
“Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga,” sahutku.
Ibu Maya pun bergabung antri di depan ATM.
“Gimana, temanmu belum datang juga?” Saat Ibu Maya keluar dari ruang ATM.
“Belum Bu.”
“Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah.”
Aku pun berjalan ke arah mobil Ibu Maya, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Maya sementara Ibu Maya sendiri duduk dibangku belakang.
“Ayo, Pak Bari kita pulang” “Iya Nyah..” , sahut Pak bari Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang.
“Uh..” batinku Ibu Maya mulai bersandiwara lagi.
“Memangnya ada apa Ibu mencari saya?”
“Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK?”
Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Maya.
“Ayo masuk..” ajak Ibu mia.
Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bos ku yang sangat besar dan megah. Aku dan Ibu Maya pun masuk ke rumahnya semakin dalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Maya yang begitu antik dan mewah.
“Selamat sore Nya..”
“Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana.”
“Baik Nya.”
Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Maya.
“Silakan Den, ini kamarnya.”
Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
“Kring.., kring..,” kuangkat telepon yang menempel di dinding.
“Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut.”
“Oh.. iya Bu terimakasih.”
Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku dengan air hangat, setelah selesai aku pun membuka lemari pakaian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
Sudah hampir jam tujuh malam tapi Ibu Maya belum muncul juga, yang ada malah Iyem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu Maya yang masuk,
Aku benar-benar terpana melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Maya tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Maya datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Maya, walaupun gendut tapi Ibu Maya tetap cantik.
Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Maya berkata kepadaku, Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan.
“Tapi Bu…” protesku.
“Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu?”
Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut cd ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututupi kontolku dengan kedua tanganku.
“Sial..!” makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Maya saat itu.
“Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu,” bentak Ibu Maya.
“Mm.. , lumayan juga kontolmu.”
Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Maya tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
“Nah, sekarang ceritakan semuanya.”
Dengan perasaan malu, aku pun menceritakan semua kejadian yang aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungku pun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami.
Kulihat Ibu Maya mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Maya menarik napas panjang. Tiba-tiba Ibu Maya bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan.
Aku terdiam dan terpana menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh di kantor, sekarang sudah telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran kemulusan tubuh Ibu Maya membuat jakunku turun naik.
“Kenapa diam? Ayo lanjutkan ceritamu,” bentaknya lagi.
“Baik Bu,” aku pun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Maya menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok-ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.
“Ahh..,” jeritku tertahan saat mulut Ibu Maya mulai mengulum kontolku.
“Ahh.. Bu.. , nikmat sekali.”
Kuangkat kepala Ibu Maya, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bosku.
“Bu.. kita pindah ke ranjang saja,” pintaku,
Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Maya, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan di atas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
“Ahh..” Jerit Ibu Maya saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
“Uhh Pento.. enak.. sayang..”
Kutelusuri tubuh Ibu Maya dan jilatan lidahku pun menuju memek Ibu Maya yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Maya dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena Ibu Maya sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.
“Ahhh…” jerit Ibu Maya saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.
Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Maya yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku.
Usahaku berhasil, Ibu Maya memohon agar aku segera memasukan kontolku ke lubang memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku dilubang memek Ibu Maya, tubuh Ibu Mayapun makin menegang.
“Aaarrgghh.. Pento,” jerit Ibu Maya tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya.
Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Maya, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Maya menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Maya kujilati teteknya, kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
“Ampun.. Pento.. biarkan Ibu istirahat dulu,” pintanya.
Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Maya tengkurap kini.
“Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas sekali.”
Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Maya pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Maya. Kutekan dengan keras dan.. Blesss masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Maya.
“Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat.”
Akupun mulai mengeluar masukan kontolku ke lubang memek Ibu Maya, orang yang paling ditakuti di kantor sekarang ini sedang bertekuk lutut di hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku.
Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Maya, bunyi plak.. plak.. akibat beradunya pantat Ibu Maya dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhanku.
“Uhh….” jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut.
Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Maya pun makin blingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.
“Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. .”
Dan “cret.. cret..” muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Maya, beberapa detik kemudian Ibu Maya pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Maya tidak peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.
Ibu Maya rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus memeluk tubuh gendut Ibu Maya. Nikmat sekali.. , Orgasme yang baru saja kami raih bersamaan, kulihat Ibu Maya sudah lelap tertidur, Dari celah belahan memek Ibu Maya, air mani ku masih mengalir, aku benar benar puas karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO. Kuciumi kembali tubuh Ibu Maya, kontolkupun tegak kembali, ku
balik tubuh Ibu Maya agar telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di lubang memek Ibu Maya.
“Uhh Pento.. Ibu lelah sekali sayang,” Lirih sekali suara Ibu Maya.
Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Maya, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Maya terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku.
Rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan Ibu Maya hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Maya.. , dan langsung ku cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Maya.
Karena lelah, aku pun tertidur di samping tubuh telanjang Ibu Maya, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, buru-buru aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.
“Bu.. Bu.. Maya bangun Bu…”
Akhirnya dengan malas Ibu Maya membuka matanya.
“Sudah malam Bu saya mau pulang.”
“Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi.”
Ibu Maya pun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
“Tunggu sebentar ya Pento,” kemudian Ibu Maya masuk ke kamarnya, dan beberapa saat kemudian Ibu Maya keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.
Ini untuk kamu.
“Apa ini Bu?” Tanyaku, saat Ibu Maya menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
Aku menolak pemberian Ibu Maya, namun Ibu Maya terus memaksaku untuk menerimanya. Terpaksa aku kantongi amplop yang diberikan Ibu Maya lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.
Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Maya. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya.,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT.