Au Revoir Amanda…

Au Revoir Amanda…

Au Revoir Amanda…

Comments Off on Au Revoir Amanda…

Marching March

-[ Au Revoir, Amanda… ]-

– izy –

Prolog

Why do birds suddenly appear
Every time you are near?
Just like me, they long to be
Close to you

Alunan lembut vokal Olivia Ong perlahan membelai telinganya. Dia masih asik berjalan menyusuri koridor lantai dasar sambil mengamati sekitar, memilih apa-apa saja yang akan dipakai untuk seharian ini. Senyumnya merekah, sesekali dia mengingat hari-hari menyedihkan yang dialaminya sebelum 13 hari lalu. Saat itu dia masih selalu mengeluh atas apa yang Tuhan berikan padanya. Takdir sederhana yang memaksanya terkungkung dalam sangkar raksasa berlabel, Status Sosial. Kini semuanya berubah. Dia berjalan memasuki sebuah outlet pakaian paling mahal disana. Mengambil sebuah kaos merah menyala dari manekin yang berdiri pada urutan terdepan, serta celana jeans hitam yang terlipat rapi diatas meja kayu berdesain classy disampingnya. Satu set kaos dan jeans berharga ratusan ribu yang tak mungkin dibelinya dalam kondisi normal.

Why do stars fall down from the sky
Every time you walk by?
Just like me, they long to be
Close to you

Pet!
Suara renyah Olivia Ong mendadak lenyap bersamaan dengan padamnya seluruh cahaya lampu yang sejak tadi mengiringi tiap langkah kakinya. Hanya senyap dan pekat yang tersisa. Seluruh gerak tubuhnya terhenti, detak jantungnya terpacu kencang. Dia langsung mengambil ponsel berlayar lebar dari dalam saku, menyalakan lampu flash kamera yang diharapkannya mampu memberi penerangan darurat. Baru saja lampu flash ponselnya menyala, suara Olivia Ong kembali terdengar, meski temponya tak lagi sama seperti tadi. Kali ini lebih melambat, jauh lebih lambat, dan hanya mengulang-ulang bagian yang sama.

That is why all the girls in town
(Girls in town)
Follow you
(Follow you)
That is why all the girls in town
(Girls in town)
Follow you
(Follow you)
That is why all the girls in town
(Girls in town)
Follow you
(Follow you)

~ o0o ~

============

“Boo!” sebuah suara dari arah belakang membuat gadis itu terkejut kembali, setelah sebelumnya listrik di salah satu Mall tempatnya berbelanja mati secara tiba-tiba.

Seketika gadis itu membalikkan tubuhnya yang tinggi semampai, mata bulat berwarna coklat itu menatap kesal pada sesorang yang baru saja hampir membuat jantungnya melompat keluar. Menembus payudara yang ukurannya tak jauh beda dengan Pepaya Bangkok. Ujung alis tipisnya naik keatas, saat sosok itu tertawa perlahan melihat dirinya yang terkejut.

“Huh, nyebelin… Kamu ini kalo muncul mesti tiba-tiba, huft…” gadis berambut poni yang di highlight coklat itu mendengus kesal, kedua tangan yang berjari lentik memegangi kedua sisi pinggang yang terlihat ramping.

“Hehe, ya itulah uniknya aku!” Jawab seorang pemuda, tanpa perasaan bersalah dia tersenyum, membuat wajahnya yang chubby semakin imut.

Gadis itu terlihat makin kesal akibat tingkah pemuda yang seakan tak punya dosa, mata bulatnya melotot seperti ingin menerjang, senyuman tanpa dosa pemuda itu perlahan meredup. Dia lantas mengatupkan kedua tangannya di hadapan gadis tadi, “Gomen Nasai,” ucapnya lembut.

“Hmmm,” gadis itu tak menjawab, seakan dia marah, namun dalam hatinya sebuah perasaan senang muncul, perasaan yang biasa dia rasakan saat berada di dekat pemuda bermata sipit, yang kini mengikuti setiap langkah kaki jenjangnya yang putih mulus.

“Mbak, saya ambil ini.” Gadis tadi lalu meletakan sebuah kaos berwarna merah menyala dengan sebuah celana jeans hitam di depan Cashier.

“Hei, jangan marah gitu dong,” pemuda tadi masih saja merengek meminta maaf, tangannya memegang ujung baju yang gadis itu kenakan. Namun lagi-lagi gadis itu tidak mengacuhkan dirinya.

“Semuanya jadi 600 ribu,” Cashier lalu memberikan kembali baju dan celana yang telah berada rapih dalam handybag.

Gadis itu mengeluarkan dompet dari dalam tas bermerek ternama yang menggantung indah di lengannya. Lalu mengeluarkan 6 lembar uang berwarna merah, dan memberikannya pada Cashier.

“Hei… maafin aku dong! janji deh ngga akan ngulang kayak tadi…” pemuda berambut gondrong itu kembali memohon, jarinya masih memegangi ujung baju gadis cantik di depan nya.

“Hmmm, janji?” Tanya gadis itu saat mulai berjalan meninggalkan Cashier dengan sebuah handybag yang ia bawa.

“Janji! aku janji!” Jawab pemuda itu bersemangat, senyuman tanpa dosa yang menjadi ciri khasnya merekah kembali, mata sipitnya semakin tenggelam kedalam kelopak matanya.

“Kalo di ulang, aku ngga akan maafin kamu lagi!” ancam gadis itu.

“Siap Nona Amanda yang cantik!” pemuda yang sedang nyengir kuda kembali menjawab dengan semangat, dua ibu jarinya diangkat sebagai tanda setuju.

Lalu Amanda melangkahkan kakinya yang dibalut high heels keluar dari outlet, pemuda itu setia mengikuti setiap langkah Amanda, bagaikan bayangan Amanda yang kedua.

Selang beberapa detik Seorang karyawati outlet berjalan mendekati Cashier, lalu berkata “Cewek tadi aneh ya?”

“Iya, mungkin dia stress, sayang… padahal kayaknya dia tajir, cantik lagi, kok bisa stress ya?” Jawab Cashier sambil melihat Amanda yang berjalan keluar outlet.

“Kamu nanya aku?”

“Engga, aku ngomong sendiri kok,” balas Cashier itu dengan sedikit kesal.

“Yaudah, jawab aja sendiri kalo gitu,” jawab karyawati sambil pergi berlalu.

“………”

“Eh iya,” sambung karyawati itu.

“Apaan?”

“Matiin lagunya, dari tadi ngulang bagian yang sama, kayak film horor aja.”

“……..”

============

Ketika Amanda sedang asyik berjalan menyusuri koridor yang penuh dengan berpuluh outlet yang bermacam-macam, Smartphone di dalam tasnya berdering, dengan tergesa Amanda merogoh tasnya yang bermerek itu, sebuah Smartphone berlayar lebar kini dalam genggaman nya.

“Ha…halo,” Amanda menjawab panggilan masuk dari seseorang dengan nada bicara yang sedikit ketakutan.

“U…udah kok, aku udah beli baju… baru aja beres,” lanjut Amanda.

“Oh, iya… aku ke foodcourt sebentar lagi…” Amanda lalu menutup telepon, dia kemudian menghirup nafas sedalam mungkin dan menghembuskannya perlahan, mencoba untuk menenangkan detak jantung yang berpacu kencang setiap detiknya sejak ia menerima telepon barusan.

“Pasti Arga lagi ya?” tanya pemuda yang masih saja setia mengikuti Amanda dari tadi.

“Hu’uh,” jawab Amanda dengan wajah yang masih agak ketakutan.

“Dasar bandel, aku kan udah bilang… kalo dia itu akhirnya cuma bakalan bikin kamu rugi sendiri,” lanjut pemuda itu cuek, ia lalu menepuk-nepuk pundak Amanda perlahan.

“Ya habis mau gimana lagi? aku udah bosan hidup miskin terus! aku rindu saat-saat dulu, saat almarhumah bunda ku masih hidup…” Amanda yang mulai tenang kembali berubah, dengan nada yang penuh amarah ia berbicara pada pemuda yang hanya melongo.

“Shit Does Happen… tapi bukan berarti akhir dari segalanya, buktinya kamu masih bisa hidup kan sampai saat ini?” dengan entengnya pemuda itu kembali menjawab, seakan dia tahu segala penderitaan yang Amanda rasakan sejak kematian ibundanya.

Amanda terdiam, berdiri mematung di antara orang-orang yang berlalu-lalang di sekelilingnya untuk beberapa saat, omongan pemuda sipit tadi sedikitnya mengetuk pintu hati Amanda yang telah tertutup, tertutup karena Status Sosial baru yang disandangnya.

“Yaudah, aku pergi dulu ya, take care Amanda, sayonara…” pemuda itu pun pergi menjauhi Amanda.

Beberapa orang melirik ke arah Amanda yang masih berdiri mematung, pemuda yang sedari tadi mengikutinya kini telah hilang, tenggelam di antara kerumunan lautan manusia. Sebuah dering telepon kembali terdengar dari dalam tasnya, dengan buru-buru Amanda menjawab telepon itu.

“I…iya sayang, sebentar lagi nyampe kok,” dengan langkah tergesa, Amanda menerjang lautan pengunjung, kakinya menuju sebuah foodcourt yang berada di lantai paling atas di pusat perbelanjaan itu.

Dari kejauhan Amanda melihat sosok pemuda tampan berambut Blonde, Pemuda bernama Arga itu sedang duduk di salah satu kursi yang terletak di ujung foodcourt. Nafasnya terengah saat Amanda sampai di meja tempat Arga sedang menikmati secangkir Coffee.

“Ma…maaf sayang, aku telat…” Amanda berkata disela nafasnya yang masih terengah-engah.

“Lu itu peliharaan gue! Harus datang cepat saat gue panggil!” Bentak Arga pada Amanda.

“Maaf sayang…” Lirih Amanda.

Nafasnya masih terengah saat Arga menarik tangan Amanda keluar dari foodcourt, mereka terus berpegangan tangan hingga ke koridor tempat Amanda berbelanja tadi.

“Hei, Lu Arga kan?” seorang gadis berpenampilan modis dengan rambut bob menyapa Arga yang masih memegang erat jemari Amanda.

“Iyaa gue Arga, lu Alma ya? wah udah lama kita ngga ketemu yaa…” Jawab Arga dengan tersenyum.

“Iyaa, habis lu putusin gue dulu kita lost contact, dia cewek lu?” Tanya gadis bernama Alma sembari melirik ke arah Amanda.

“Yap, dia cewek yang paling gue sayangi sekarang, kenalin… namanya Amanda,” jawab Arga dengan senyum innocent yang masih berada di bibirnya.

“Amanda,” kata Amanda singkat, ia menjulurkan tangan nya kearah Alma.

“Alma,” tangan mungil Amanda dijabat oleh Alma dengan erat.

“Lu emang ngga pernah berubah ya Ga, cewek lu selalu cakep,” Alma lalu melepaskan tangan Amanda, “Yaudah gue duluan ya,” lanjut Alma sambil berjalan meninggalkan Arga dan Amanda.

Arga dan Amanda, status mereka saat ini memang berpacaran, Amanda telah mencintai Arga sedari SMA hingga kini ia menjadi mahasiswi di salah satu PTN di kotanya.

Dahulu, saat seorang sosok Ibu masih berada di sisinya, hidup Amanda sangatlah bahagia. Tak hanya kasih sayang, limpahan materi pun turut mewarnai harinya, Canda tawa selalu mengiringi setiap langkah kaki Amanda kecil. Namun semua kebahagiaan itu mendadak berubah, sebuah badai bernama kemalangan datang tanpa aba-aba, dengan cepat merenggut canda tawa Amanda kecil, dan ibunya, satu hal yang paling berharga dalam hidupnya harus pergi jauh, mustahil bagi Amanda untuk bertemu kembali dengan wanita hebat yang telah melahirkan dan membesarkannya hingga berusia 10 tahun.

Hidup sebatang kara di dunia yang luas dan terlalu kejam bagi Amanda kecil lantas membuat Tantenya menggantikan peran dari kakak satu-satunya untuk mengurus Amanda, meskipun dengan keadaan yang berbeda 180 derajat. Dengan segala keterbatasan yang dia dapatkan di rumah tantenya yang merupakan peninggalan dari mendiang neneknya Amanda kecil tumbuh menjadi gadis yang cantik, dengan perangai yang santun, tutur kata yang sopan dan otak yang cerdas, Amanda remaja bagaikan mendiang ibunya semasa muda, itulah yang terlihat oleh kedua mata tantenya. Prestasi Amanda di sekolah pun terbilang sangat baik, sehingga saat ia lulus dengan seragam putih abu yang penuh dengan coretan, sebuah beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi telah berada dalam genggamannya, menjadikan Amanda sebagai kebanggan keluarga.

Dengan paras bak permaisuri, otak yang cerdas dan budi pekerti yang luhur Amanda adalah Gadis yang sangat sempurna. Namun setiap koin selalu memiliki dua sisi, begitu juga dengan Amanda, dari luar sosok Amanda adalah gadis yang sempurna, tapi di dalam dirinya sebuah perasaan benci selalu ia pendam, dalam diri ia selalu mengumpat pada Sang Kuasa, hujatan akibat Sang Esa telah merenggut masa-masa indahnya yang penuh warna dan menggantinya dengan kehidupan yang berwarna Abu-abu.

Kehidupan Amanda sedikit lebih berwarna saat Arga Astra Pradja, teman semasa Amanda SMA menyatakan cinta ketika mereka masuk ke PTN yang sama. Awalnya Amanda ragu, cowo sekeren Arga bisa menyukai Amanda yang sederhana. Ia lalu bercerita pada seorang pemuda, Namanya Ajay. Selain nama, Amanda tak mengetahui lebih jauh tentang Ajay, seingatnya suatu hari ketika ia masih kecil saat ia sedang bersedih karena karena rindu kehadiran ibu, seorang anak kecil datang menemuinya di halaman belakang rumah dan menghiburnya, selalu begitu, saat Amanda sedih Ajay selalu hadir meskipun hanya untuk mendengar keluh-kesah Amanda, Ajay terus setia dengan Amanda hingga saat ini.

============

Beberapa Bulan Sebelumnya…

“Ngga usah di terima.”

“Loh, kenapa Jay?”

“Firasatku jelek.”

Sore itu langit berselimutkan awan kelabu, semilir angin menerpa beberapa daun kering dari sebuah pohon hingga jatuh ke atas tanah, dimana dibawah sana Amanda sedang duduk bersama sahabatnya yang selalu setia menjadi “tong curhat” pribadi miliknya, Ajay. Berdua mereka duduk di sebuah bangku kayu di sore yang dingin, sore itu kembali Amanda curhat pada Ajay tentang Arga, Cowok keren yang beberapa hari lalu menyatakan cinta pada Amanda.

“Tapi, jujur Jay, aku udah suka banget sama Arga dari SMA, sekarang saat Arga nembak aku, rasanya seperti terbang ke awan Jay!” terang Amanda.

“Yaaah terserah, tapi firasatku jelek…” Ajay menjawab dengan cuek, “Awas jangan tinggi-tinggi, kalo jatuh dari tempat tinggi bakalan sakit banget loh…” lanjut Ajay yang sedang memainkan dedaunan kering yang baru saja jatuh.

“Jadi semua itu cuma di dasari firasat? Ngga jelas!” Amanda kemudian cemberut.

“Hehe, jangan meremehkan firasat loh…” Ajay lalu beranjak dari duduknya, lalu berjalan di sekitar Amanda yang masih cemberut.

“Coba lihat keatas langit…” Ajay menyuruh Amanda agar melihat langit yang kelabu.

Dengan wajah yang masih cemberut Amanda menurut, ia mengadahkan kepalanya keatas, bola mata indah berwarna coklat itu melihat gumpalan awan kelabu di atas sana, “Emang ada apa Jay?” lanjut Amanda.

“Firasatku, sebentar lagi hujan turun…” Ajay berkata, tangan nya mengarah keatas.

Amanda terus memandang gumpalan awan yang terlihat bagai kapas kotor, hingga beberapa tetes air jatuh dari atas sana, tetesan air hujan perlahan mulai jatuh membasahi bumi.

“Tuh, firasatku benar kan?” Ucap Ajay sombong, tangan nya mengadah, menampung tetesan air hujan.

“Yaelah, iya hujan pasti turun lah, dari tadi kan udah mendung…” Ledek Amanda.

“Tak selamanya mendung itu hujan. Meskipun begitu, kemungkinan hujan untuk turun akan tetap ada,” jelas Ajay yang masih bermain dengan tetesan air hujan.

“Dan hujan juga tak selalu buruk, meskipun bisa menyebabkan bencana tapi hujan juga bisa membawa hal yang baik kok, tapi tergantung waktu dan kondisinya, aku rasa…. Bila kamu ingin bermain dengan hujan, sekarang bukan saat yang tepat, saat ini hujan itu belum akan membuatmu bahagia, hujan itu hanya akan membuatmu rugi sendiri, tapi entah dengan esok…”

“Maksudnya?” tanya Amanda.

Belum mendapat jawaban, seorang wanita memanggil Amanda dari dalam rumah, dengan segera ia berlari masuk.

“Kamu ngapain sendirian main hujan? Nanti sakit Manda…” Wanita itu berkata sambil memberi handuk.

“berdua kok tan, mungkin dia udah pulang,” jawab Amanda saat ia mengeringkan rambutnya yang basah.

Setelah itu Amanda masuk kedalam kamar, sedangkan tantenya melihat ke arah halaman belakang dari balik jendela.

“Berdua??”

============

~ Amanda Diary’s ~ Click to expand…

============

Hal. 14

Dia oh… hanya dia, iya hanya dia.
Dia yang tampan,
Dia yang Menawan.
Aku menyerah tanpa melawan,
Saat dia menatapku, aku terbang ke awan.
Dia adalah impian, dia adalah pangeran.

Aku ingin dirinya, aku ingin bersamanya.
Aku tulus menyayangi dan mencintai dirinya,
selamanya… hanya dia…

Arga Astra Pradja… Click to expand…

Mobil mewah berwarna silver itu melaju dengan gagah di jalanan kota yang padat, dengan angkuhnya mobil bermesin 12 silinder dengan kapasitas 6.5L yang sanggup menyemburkan tenaga hingga 700 tenaga kuda itu membuat nyali pengendara mobil disebelah menciut. Supercar asal Italia yang hanya memiliki 2 pintu itu milik Arga Astra Pradja, anak dari salah satu pengusaha yang sangat sukses. Sehingga apapun sanggup di belinya, begitu pula dengan wanita.

Tak terhitung lagi berapa banyak uang yang ia habiskan hanya untuk mengecap kenikmatan “Surga Dunia”. Entah berapa gadis yang telah ia beli agar bisa menemaninya menyalurkan hasrat binatang yang begitu liar, seakan dia selalu haus, seakan dia tak berhenti lapar dan tak pernah puas dengan apa yang telah ia rasakan, lelaki tampan bernama Arga terus mencari apa yang ia ingin dapatkan, Cinta. Tapi apa yang Arga cari tak kunjung Arga temui.

Banyak sebenarnya gadis yang mendekatinya, tapi semua itu bukan didasari oleh perasan tulus, gadis-gadis matrealistis zaman sekarang hanya mengincar harta Arga, dan Arga tau semua itu, sehingga tak satupun gadis yang menyatakan “cinta harta” ia terima, tak peduli secantik apa gadis itu, se-sexy apa gadis itu Arga hanya ingin Cinta yang tulus, bukan tubuh yang mulus.

“Uang bisa membeli apa saja! Termasuk cinta!” itulah persepsi yang Arga yakini, sehingga ia mempunyai sifat yang sok dan sombong, setiap koin memiliki 2 sisi, begitupun dengan Arga, tampak sombong dari luar namun di dalam ia sangat kesepian. Ibunya selalu sibuk kerja kerja dan kerja, sehingga Arga tak mengenal apa arti cinta dan kasih sayang, hanya harta lah yang ia miliki, hanya harta lah yang setia menemani hari-harinya.

Hingga suatu hari saat acara perpisahan SMA, secara tak sengaja Arga menemukan sebuah Diary, Buku Diary berwarna ungu itu ia temukan di bawah meja, awalnya Arga tak tertarik, tapi entah mengapa sesuatu seperti menarik tangannya dan mengambil Diary tersebut. “Amanda Diary” begitulah tulisan di Sampul Diary berwarna ungu itu, Diary dari seorang gadis pandai yang merupakan teman sekelas Arga.

Sehelai demi sehelai, selembar demi selembar Diary tersebut Arga buka, huruf per huruf, Kata perkata yang bersatu menjadi rangkaian kalimat dibacanya dengan seksama, Bola mata Arga seakan tak percaya apa yang ia baca, jantungnya terpacu akibat paragraf demi paragraf yang ia coba cermati artinya. “Nggak mungkin… Cinta sejati itu nggak pernah ada! Semua itu hanya omong kosong! Liat saja, akan ku buat dia bertekuk lutut padaku, bukan karena cintanya tapi karena hartaku!”

Arga mencari informasi tentang Amanda, si gadis yang mendapatkan label “sempurna” dan saat Arga tau kemana Amanda akan meneruskan pendidikannya Arga langsung mendaftar di tempat yang sama.

Hari berganti, bulan berlalu, tak terasa semester 1 akan menjelang akhirnya. Namun Arga masih terus berusaha mendekati Amanda yang selama ini tak menggubris apa yang ia katakan, sebuah kalimat sederhana yang tak akan membuat gadis lain berkata “tidak”. Kalimat ampuh yang hanya terdiri 3 kata ” I love You”.

Seberapa keras usaha Arga mendekati Amanda, seberapa mewah hadiah yang Arga berikan, 3 kata ajaib yang terlontar dari sela-sela bibir Arga selalu di akhiri dengan kata “tidak” dari bibir mungil Amanda. Persepsi Arga bahwa “cinta bisa dibeli” perlahan mulai rubuh, namun tak lama persepsi itu semakin melekat pada diri Arga, tatkala dengan terpaksa Amanda menjawab “iya” pada 3 kalimat ajaib Arga saat Arga memberikan bantuan uang yang tak sedikit untuk mengobati tantenya yang jatuh sakit.

============

Awal hubungan semua terasa indah bagi Amanda, harinya yang selalu berwarna kelabu perlahan mulai sedikit berwarna ceria sejak kehadiran Arga dalam hidupnya, sosok yang telah lama ia kagumi.

Ajay, sahabat setia Amanda terkadang memberi nasihat bahwa semuanya hanyalah perasaan yang semu, “Jangan terbuai dulu dengan apa yang terlihat di permukaan, bisa saja itu hanya fatamorgana,” begitulah kata-kata Ajay saat Amanda bercerita bagaimana senangnya dirinya sepulang berlibur bersama Arga di Pulau Dewata.

Selama seminggu disana, Amanda memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk Arga sang terkasih, kegadisan nya ia persembahkan bagi Pangeran hatinya, Arga Astra Pradja. Tak ada sedikitpun penyesalan yang Amanda rasakan, karena inilah mimpi yang telah lama Amanda inginkan untuk menjadi nyata.

Warna pelangi jingga dalam hidup Amanda tak bertahan lama, hanya 10 hari. Perlahan sinaran jingga itu meredup seiring perubahan sikap Arga.
Tak ada lagi terlontar kata sayang dari bibir Arga sebagaimana saat mereka awal pacaran, yang ada Arga hanya menganggap Amanda adalah peliharaan nya.

Amanda sempat ingin memutuskan hubungan nya dengan Arga karena ia kecewa dengan perubahan sikap Arga, Ajay sahabatnya pun sudah mengingatkan bahwa bila semakin lama, Hubungan itu hanya akan semakin merugikan bagi Amanda, akan tetapi Amanda yang telah lama tak bergelimang harta menjadi buta oleh sinar dari sebuah berlian yang Arga berikan di satu malam saat Amanda mengajaknya bertemu dengan niatan untuk mengakhiri hubungan mereka, Amanda kembali jatuh kedalam kerangkeng yang Arga buat, dengan bangga Arga tertawa dalam hatinya setelah membuktikan apa yang selama ini ia percayai bahwa uang bisa membeli apa saja.

Di hari ke 14 mereka berpacaran, setelah Amanda selesai berbelanja di sebuah mall Arga membawanya pergi ke rumah mewah bak istana miliknya yang terletak di sebuah perumahan elite dengan mengendarai supercar mewah.

Amanda memasuki istana itu dengan tangan yang masih di pegangi oleh kekasih sekaligus majikannya. Begitu masuk, beberapa pelayan menyambut kedatangan Arga. photomemek.com Langkah kaki Arga dan Amanda terus melangkah di atas batu marmer yang dijadikan lantai oleh Arga, kaki mereka lalu masuk kedalam sebuah kamar dengan ukuran super besar, berbagai perabot mewah menghiasi kamar pribadi Arga.

Arga melepaskan tangan Amanda, ia kemudian membuka sebuah jendela yang tertutup gordyn putih keemasan, Angin sejuk langsung berhembus menyejukkan seisi kamar.

“Ahh, angin dari alam memang beda rasanya ….” ucap Arga sambil merentangkan kedua tangan nya.

Amanda lalu menaruh handybag berisi baju dan celana yang ia beli tadi di sebuah meja yang berada di dekat ranjang.

“Hei, rasakan sendiri angin nya dengan kulit tubuhmu!” perintah Arga yang masih berada di depan jendela pada Amanda.

Dengan perlahan Amanda memegang bagian bawah kaos hitam yang ia kenakan, lalu menariknya keatas, melewati poni rambutnya, menyisakan sebuah Bra ungu yang tampak terlalu kecil bagi pepaya bangkok milik Amanda.

Arga berbalik, lalu ia tertegun melihat tubuh bagian atas Amanda yang hanya mengenakan sebuah Bra, meskipun Arga sering melihat tubuh yang lebih bagus dari Amanda, entah mengapa dirinya selalu tertegun melihat bidadari di hadapannya itu.

“Buka lagi,” perintah Arga.

Amanda lalu membuka kaitan pada skinny jeans yang menutupi kaki jenjangnya, kemudian ia membungkuk dan menariknya kebawah, melewati high heels yang menopang kaki indahnya. Hingga
tinggallah bra ungu dengan g-string yang berwarna senada.

“Buka lagi,” perintah Arga sama seperti beberapa saat yang lalu.

Amanda kemudian membuka kaitan branya di belakang, dan melepaskan bra ungu itu, payudara Amanda langsung bergoyang begitu lepas dari tali kekangnya. payudara besar dengan puting berwarna merah muda terlihat semakin menggiurkan karena kulit Amanda yang putih bersih tanpa noda sedikit pun, tak berselang lama, Amanda kembali membungkuk, kali ini ia melepas G-string yang menutupi lembah kewanitaan yang tak bersemak, Amanda tau kalau Arga tak menyukai Lembah yang dipenuhi semak belukar yang melingkar berantakan di sekitar lembah miliknya, sehingga ia memangkas habis semak-semak itu.

“Hmmm…” Arga bergumam melihat bidadari tak bersayap yang telah ia beli, ingin rasanya Arga menerkam tubuh indah Amanda, namun perutnya berkata lain.

“Rebahkanlah tubuhmu, aku lapar, aku ingin makan lebih dulu,” Ucap Arga sambil berjalan melewati tubuh Amanda yang tak tertutupi sehelai benang pun.

Amanda menurut, lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang sangat nyaman. Tak berselang terlalu lama setelah Arga meninggalkan kamar, seorang pria masuk kedalam kamar dengan membawa sebuah meja dorong yang tertutupi kain.

Pria dengan pakaian ala chef itu lalu berjalan mendekati Amanda dengan membawa sebuah nampan dan handuk di tangan kanannya, “Permisi ya mbak,” ucap pria itu, kemudian rasa dingin segera menjalar ke seluruh tubuh Amanda saat sebuah tissue basah yang berbau Alkohol berputar-putar di puncak bukit kembar Amanda. Geli, tubuh Amanda pun menggeliat, bibir tipisnya terbuka, desahan kecil terdengar dari celah bibir Amanda.

“Aaah… mmmh …” matanya terkadang terpejam kadang terbuka akibat rasa geli yang semakin menjadi saat pria itu kembali mengusapkan tissue beralkohol ke seluruh tubuh Amanda,
tissue basah itu bergerak berputar-putar di mengelilingi bukit kembar Amanda. Geli, putingnya kembali menegang. Birahi Amanda memuncah saat tissue basah itu menuruni perutnya, pelan-pelan mendekati lembah dibawah perut ramping Amanda. Ia menggigit bibir bawahnya , ketika Pria itu membersihkan bagian luar kewanitaan nya. Dan puncaknya saat jari-jari sang pria membelai lembah kewanitaan Amanda dengan perlahan dengan tissue.

Punggung Amanda melengkung, dadanya terangkat, Amanda melirik pelan ke arah pria tersebut, entah sengaja atau tidak pria itu sedang mengusap-usap clitoris Amanda, ia tersenyum dan melirik Amanda penuh arti.

” Aaaah…” Hampir saja Amanda orgasme, jikalau pria itu melanjutkan membersihkan bagian lembah kewanitaan Amanda dan tak berpindah ke paha dan kakinya.

Selesai membersihkan tubuh Amanda, Sesaat kemudian pria tersebut kembali membawa nampan, namun kali ini berisi potongan-potongan ikan beraneka warna. Pria itu lalu meluruskan kedua tangan Amanda, meletakkannya di sisi tubuh. “Saya mulai sekarang ya,” Pria itu kemudian menyusun nori, rumput laut jepang di atas pusar Amanda, ia membentuknya melingkar, menyerupai bunga. Setelah itu ia meletakkan Udang yang dibalut sejenis nasi di atas nori bentuk bunga tadi.

“Mmhh….” Lagi, desahan kecil terdengar dari sela-sela bibir Amanda ketika pria tadi meletakkan sejenis udang di atas lembah kewanitaan Amanda yang bersih. Dingin terasa Amanda saat udang tersebut menyentuh kulitnya, Amanda refleks bergerak, sehingga udang tersebut terjatuh ke bawah lembah Amanda.

“Maaf Mbak, tolong jangan banyak bergerak ya,” pria itu berusaha mengambil udang itu dengan sumpit.

“Maaf mas, geli…” Amanda meminta maaf, sementara tangan pria itu masih mencari-cari udang yang jatuh.Aaah.. erangan Amanda kembali terdengar pelan saat tidak sengaja pria itu menyenggol clitoris di lembahnya.

Pria berbaju chef itu lalu meletakkan udang tersebut dengan pelan-pelan diatas kemaluan Amanda. Wajahnya sangat dekat, sehingga Amanda bisa merasakan nafasnya yang hangat diantara selangkangannya. setelah selesai pria tadi menambahkan potongan ikan salmon dan tuna di kemaluan Amanda, di atasnya ditambahkan pula daun sebagai hiasan. Amanda hanya menggigit bibir bagian bawahnya, menahan geli yang tak tertahankan.

Kemudian pria itu pindah ke atas kepala Amanda, ia menyusun nori seperti bentuk perahu di atas payudara Amanda yang berukuran besar. Lalu di atasnya pria berbaju putih itu hendak meletakkan potongan salmon, tapi terjatuh karena bentuk payudara yang membulat. Kening pria yang terlihat seperti chef itu mengernyit, ia mengambil potongan tersebut dan mencoba meletakkannya kembali, kali ini wajahnya sangat dekat dengan wajah Amanda, nafasnya terdengar jelas di telinga Amanda yang dihias anting Gypsy. Jantung Amanda berdebar-debar dengan hebat.

Pria itu lalu meletakan beberapa potongan sushi di lengan Amanda dan menyusunnya. Beberapa telur ikan di hias di atas perut Amanda yang ramping, dan sebagai sentuhan terakhir beberapa potongan buah di susun di tubuh Amanda. setelah meletakan beberapa potong buah, pria tadi beranjak dari ranjang dan kembali mendorong meja tadi keluar kamar.

===========

“Hmm,” Arga tertegun saat ia masuk kedalam kamar, melihat tubuh mulus Amanda yang berselimutkan berbagai macam sushi.

Arga berjalan mendekati Amanda, kakinya naik keatas ranjang, lalu dengan perlahan ia membelai wajah Amanda, “Aku semakin lapar,” katanya saat menundukan kepalanya, wajah Arga dan Amanda kini berhadapan, wajah Amanda berubah merah, hembusan-hembusan nafas Arga membuat wajah Amanda panas.

“Mhhh…” Arga lalu melahap langsung dengan mulutnya sepotong sushi yang berada di payudara Amanda, ujung bibir Arga menyentuh puncak bukit Amanda, yang telah mengeras sejak tadi. Amanda kembali menggelinjang pelan, saat lidah Arga menjilati telur ikan di bagian perut Amanda, lidahnya menari di atas pusar Amanda, semakin membuat Amanda merasa geli.

“Slurrp .. .” Arga terus memainkan lidahnya, memutar di lubang pusar Amanda, menerima itu Amanda semakin kegelian, tubuhnya bergetar, beberapa potongan udang jatuh di antara paha Amanda.

Dengan cepat Arga membuka kedua belah paha Amanda semakin lebar, sehingga Arga dapat melihat potongan udang di tengah lembah kewanitaan Amanda, mulut Arga berusaha menggapai potongan udang, dengan sekali hisap potongan itu masuk, hidung Arga kini tepat berada di depan belahan lembah Amanda, nafasnya yang hangat membuat lembah Amanda semakin basah.

Setelah mengunyah potongan udang itu, Arga kembali memajukan kepalanya, kali ini bukan untuk menggapai udang, melainkan untuk menjilati lembah Amanda. “Uuugghh!” Amanda menggelinjang, tatkala lidah Arga membelah labia mayora miliknya, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri saat Arga menghisap-hisap gumpalan daging sebesar kacang yang disebut clitoris dengan buas. Amanda mendesah, Lembahnya semakin basah.

“Aaaaaaahhh!” Potongan sushi dan buah yang masih tersisa berjatuhan dari tubuh Amanda, tubuhnya kemudian bergetar hebat saat ia mendapatkan orgasme berkat permainan lidah Arga yang liar.
Arga bergerak keatas, sebuah potongan udang ia ambil lalu menyuapi Amanda, Amanda lalu mengunyah udah pemberian Arga itu, namun belum sempat habis, Arga langsung mencumbu bibir tipis miliknya.

“Mmhh Mhhh…” lidah Arga menyisir setiap bagian dalam mulut Amanda. potongan udang yang sudah hancur Arga ambil menggunakan lidahnya dan menelan nya.

“Mhh, jika memang kamu mencintaiku dengan tulus, maka kamu harus selalu patuh dan menuruti aku, mengerti?” tanya Arga pada Amanda, tangan Arga menjenggut rambut yang berada di bagian belakang kepala Amanda.

“Apapun, apapun akan ku lakukan sayang …” jawab Amanda, tangan mungil itu membelai wajah Arga.

Sebuah perasaan aneh kembali muncul, sebuah perasaan yang hanya hadir saat Arga memandang bola mata Amanda.

setiap koin memiliki dua sisi, Amanda memang tulus mencintai Arga, tapi di sisi lain dia tak ingin kehilangan Arga dan semua hartanya.

“Mhhh .. mhh … sshhh…” Arga kembali mencumbu bibir Amanda dengan ganas, tangan nya yang kekar merambat di dada Amanda dan meremas bukit kembar dengan puting yang mencuat itu, setiap Arga meremas gemas, Amanda mendesis.

Tangan mungil Amanda tak tinggal diam, tangannya meremas sesuatu yang panjang dan kenyal dalam celana boxer Arga. Dengan cekatan Amanda melepaskan boxer itu dan melemparkan nya ke bawah ranjang.

“Aaah, ahh…” Kali ini giliran Arga yang mendesah tatkala Amanda menggerakan tangan nya naik turun di batang kejantanan Arga yang tegang.

Arga kemudian bangkit dari tubuh kekasihnya, kini ia berbaring di samping Amanda, seakan mengerti apa yang di inginkan majikannya Amanda bangkit, lalu membungkukkan tubuhnya tepat di antara kedua paha pangeran hatinya.

“Slurrp… mhh … slurp … mhh …” Rambut poni Amanda yang berwarna coklat mengenai kulit Arga saat kepalanya naik turun, saat ia mengulum tugu monas Arga yang menjulang gagah. Lidah merah Amanda menjilati setiap inci batang milik sang terkasih, tak lupa dua bola yang berada di kantung menyan yang berada tepat di bawah monas dimainkan dengan telaten oleh jemari lentik bak penari bali milik Amanda.

“Aah!” Arga menjerit saat gigi Amanda tak sengaja menyentuh kepala monas berwarna pink miliknya.

“Bodoh!” bentak Arga.

“Plak!”

Sebuah tamparan mendarat di pipi Amanda, melukis cap 5 jari berwarna merah disana. Arga mendorong tubuh Amanda, hingga tubuh mungil itu terbaring, sedetik kemudian Arga udab berada di atas tubuh Amanda yang pasrah, bola mata coklat yang melihat pada Arga itu kembali menghadirkan perasaan aneh pada dalam dirinya.

Perlahan namun pasti, Arga menggerakan pinggulnya, batang jantan miliknya mendorong, mendesak, memaksa masuk kedalam lembah kewanitaan Amanda yang sempit…

“Aaaaaah!”

====== ======

Ranjang besar dan mewah itu tampak berantakan tak beraturan, potongan sushi tergelak dimana-mana di samping dua tubuh yang terbaring lemah dengan bermandikan peluh, semilir angin malam menyibak gordyn, lalu menerpa dua tubuh manusia disana yang berbeda jenis, memberikan rasa dingin yang lumayan menusuk tulang.

Dengan nafas yang masih terengah Arga bangkit dari ranjang, boxer yang tadi di jatuhkan oleh kekasihnya dia kenakan kembali. Amanda menarik bed cover, dingin nya udara kota kembang malam hari bukanlah hal yang sepele, apalagi di musim penghujan.

“Kau tau?” tanya Arga saat ia masih membelakangi Amanda.

Amanda tak menjawab, ia hanya terdiam, ujung bed cover itu ia remas.

“Selalu ada sebuah perasaan aneh dalam diriku setiap melihat matamu, aku tak tau apa, tapi perasaan itulah yang aku cari selama ini… perasaan yang telah lama tak kurasakan, Cinta … cinta yang tulus…” selesai berkata Arga berjalan menuju sebuah meja, sebungkus rokok dia ambil, di tariknya sebatang, dan dibakarnya, hembusan asap bernikotin keluar bersamaan dengan nafas Arga.

“Amanda, jawablah dengan jujur… apa kau benar-benar mencintaiku?” tanya Arga sambil berjalan kembali mendekati ranjang.

Beberapa detik Amanda terdiam, ia bingung harus menjawab apa, satu sisi ia benar-benar mencintai pria di hadapannya, tapi di satu sisi lain tak bisa di pungkiri bahwa selama 14 hari mereka berpacaran harta Arga lah yang dia incar.

“Jawablah, karena… sepertinya, aku … jatuh cinta padamu …” kata-kata yang baru saja keluar dari sela-sela bibir Arga bagaikan anak panah yang langsung menghujam tepat ke jantung Amanda.

Amanda menangis sejadi-jadinya, inilah yang selama ini ia inginkan, inilah yang ia impikan, ini lah harapan Amanda sejak di bangku SMA, namun jauh dalam hatinya ia merasa bersalah, karena telah membohongi Arga.

Dengan airmata yang membasahi pipi, Amanda segera melompat dari ranjang dan mengenakan pakaian miliknya.

“Maaf Arga, sejujurnya aku memang mencintaimu, tapi… belakangan ini hanya harta mu lah yang membuatku bertahan menjadi kekasih sekaligus peliharaan mu, maaf Arga…” dengan wajah yang basah Amanda berlari keluar kamar Arga, dengan perasaan campur aduk Amanda memberhentikan sebuah taksi yang melintas di depan rumah Arga, dengan penuh perasaan bersalah Amanda meninggalkan segala harapan dan impian nya…

Sedangkan Arga terduduk lemas di sisi ranjang yang berantakan, baru saja benih cinta yang selama ini ia cari bersemi tiba-tiba benih itu mati layu. Persepsi yang selama ini ia yakini ternyata benar apa adanya, namun kali ini tak ada tawa dari bibirnya seperti tempo hari, yang ia rasakan adalah rasa sakit dari hati yang hancur…

Beberapa hari kemudian,

“Sudahlah, hidup memang terkadang kejam…”

“Tapi aku… aku merasa sangat bersalah,”

Angin yang berhembus di senja hari itu kembali menggugurkan beberapa daun kering dari sebuah pohon tua yang menaungi Amanda dan Ajay di penghujung hari.

Seminggu sejak Amanda menghancurkan perasaan Arga ia masih merasa sangat bersalah telah membodohi Arga dan terutama dirinya sendiri.

Ajay yang duduk di samping Amanda mencoba menghibur Amanda seperti biasa, tapi kali ini tak berhasil, Amanda masih saja meneteskan air mata ke atas dedaunan kering di tanah.

“Sebentar lagi hujan akan datang, tapi kali ini, ia akan mengembalikan keceriaan mu, percayalah…” ucap Ajay sambil menatap langit yang tak mendung.

“Langit nya cerah gitu, mana bisa hujan?” ledek Amanda.

“Percayalah…” Ajay lalu bangkit dari bangku.

“Hujan kali ini datang disaat yang tepat… kamu akan tersenyum bahagia bagaikan anak kecil yang sedang bermain di bawah guyuran hujan,” lanjut Ajay.

Amanda terdiam, ia bingung dengan apa yang di ucapkan Ajay,

“Au Revoir, Amanda … akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang… percayalah, hujan itu akan selalu menemanimu, hingga akhir nanti …” Ajay kembali berbicara saat tiba-tiba beberapa burung merpati putih terbang melintas di atas mereka,

“Aku pamit ya! sayonara Amanda Astra Pradja!” Ajay tersenyum, senyuman tanpa dosa seperti biasa, lalu ia berlari dan melompati pagar halaman belakang itu.

Amanda hanya mematung, ia tak mengerti dengan apa yang Ajay ucapkan.

Tak lama hujan pun turun, meskipun langit sore itu cerah, Hujan Poyan itulah yang disebut oleh orang sunda.

Tetesan Air hujan jatuh ke bumi, membasahi Amanda yang masih terduduk saat Tante nya datang menghampiri bersama seorang pria, pria yang sudah tak asing baginya, Arga.

“Arga?” Amanda terkejut melihat kedatangan pangeran nya yang mendadak.

Tante Amanda beranjak meninggalkan keponakannya bersama Arga, pangeran impiannya.

“Ngapain kamu kesini?” tanya Amanda.

“Aku, sadar… aku cinta sama kamu Manda, beberapa hari ini terasa hampa tanpa adanya kamu, bukan kamu sebagai peliharaanku , tapi kamu yang selalu ada dengan tatapan mata yang tulus…” jelas Arga sambil menggenggam tangan Amanda.

“Tapi…” belum selesai Amanda bicara, Arga menempelkan telunjuknya di ujung bibir tipis Amanda yang sedikit terbuka.

Arga lalu bersimpuh di hadapan Amanda, tangan nya masih menggenggam tangan mungil Amanda, “Be mine please…” setelah itu Arga mencium punggung tangan Amanda.

Amanda kembali menangis layaknya tempo hari, tapi kali ini tangisan nya adalah tangisan dari perasaan bahagia yang tak terbendung…

Matahari di ujung senja menjadi saksi saat untuk pertama kalinya Arga memeluk erat tubuh Amanda dengan perasaan cinta, semilir angin kembali berhembus, beberapa daun kering kembali berjatuhan, tepat di samping bayangan mereka yang sedang saling berpelukan.

Dari jauh sesosok pemuda tersenyum bahagia melihat seorang yang ia sayangi akhirnya bisa tersenyum, hingga menangis bahagia.

Epilog
Malam itu Amanda sedang duduk di bawah pohon seperti biasa, sambil ber chatting ria dengan Arga yang tengah berada di luar negeri akibat ibu nya sedang berobat.

Sebuah bintang jatuh melintas diatas Amanda saat ia melihat ke arah langit malam. Ajay, sahabat yang selalu menemani Amanda duduk di bawah pohon itu sudah berbulan-bulan tak terlihat, meskipun Ajay terkadang menyebalkan, tapi ia selalu bisa membuat Amanda merasa nyaman saat di dekatnya.

“Manda! masuk! nanti kamu bisa masuk angin!” Amanda sedikit kaget saat Tante nya berteriak dari dalam rumah, tak membuang waktu, Amanda segera berlari masuk,

Saat ia masuk, tante nya sedang merapihkan beberapa album foto usang.

“Manda, akhirnya tante nemu juga photonya kak Jaya, ayahmu… ini dia,” lantas tante memberikan selembar photo pada Amanda, sebuah photo yang menangkap potret dari seorang Pemuda tampan yang sedang duduk di bawah pohon di halaman belakang rumahnya.

“Ajay?” Amanda bertanya kaget saat melihat sosok pemuda yang kata tantenya adalah Jaya, ayah kandung dari Amanda.

“Loh, kamu kok tau nama panggilan almarhum ayah kandung mu? padahal kami sekeluarga sepakat menyembunyikan identitas almarhum ayah mu itu.”

Amanda tak menjawab, seketika keringat dingin bercucuran dari pori-pori kulitnya, seakan tak percaya sahabat yang selama ini menemani nya adalah almarhum ayahnya.

“Nama lengkap ayahmu adalah Jaya Astra Pradja , nama belakang mu dulu sama, namun saat kamu berumur 3 tahun, mereka bercerai dan mendiang bundamu akhirnya merubah nama belakangmu…” jelas tantenya, “Maaf tante telat menceritakan semua ini…”

Amanda tak menjawab, dirinya masih terdiam, seakan tak percaya dengan apa yang ia alami selama ini… yang akhirnya ia tahu adalah alasan mengapa perasaan nya selalu nyaman saat bersama Ajay, karena Ajay adalah Almarhum Ayah kandungnya…,,,,,,,,,,,,,,,,

Selesai.

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account