Senyum Manis Widya
- Home
- Cerita Porno
- Senyum Manis Widya
Selamat Sore Agan-agan semua ini pertama kalinya saya menulis cerita, semoga berkenan di hati agan-agan semua. kesan dan pesan nya mohon disampaikan agar penulis bisa lebih berkembang. mohon maaf lancang suhu suhu penulis yang handal
kejadian ini imajinasi saya belaka, nama dan tempat sesuai dengan kejadian dikehidupan saya cuman scene nya saya rubah dan dan tambahi agar menjadi cerita panas. saya ingin membuatnya bersambung kalo memang berkenan di agan-agan semua. semoga menikmati dan semoga panas.
Namaku Yudo, aku seorang laki-laki yang baru saja lulus kuliah berkuliah di salah satu universitas swasta di Jogja. Ceritaku berawal dari ketika aku mendapat kerja di kota Gresik, Jawa Timur. aku memang memutuskan untuk keluar dari Jogja ketika lulus kuliah karena di Jogja terlalu banyak teman dan keluargaku, jadi aku pengen mencari tantangan diluar rasa nyamanku.
aku mendapat pekerjaan sebagai seorang admin di sebuah perusahaan ekspedisi yang dipunyai seorang Bapak Haji Kolis, atau sering dipanggil Abah. Dia menjadi panutanku karena dia seorang pekerja keras, hebat menurutku, diawali bekerja sebagai kernet, sedikit demi sedikit uangnya ditabung untuk DP truk dan mencicil di juragannya. Menolak ajakan teman temannya untuk menghabiskannya di Moroseneng, sebuah lokalisasi dipinggiran Surabaya, atau di warung warung kopi pangku di daerah Balongbendo.
“Yud, makan ga?” ujar Ryan teman kostku sembari mengetok kamarku, membuyarkan lamunanku. “Yo ayo”
Kita makan di warung tenda di ujung perumahan tempat sebelah Rumah Sakit Ibnu Sina. Kostku tidak terlalu besar, hanya berisi 6 kamar ukuran 3 x 3 dan 2 kamar mandi ada diluar. yang langsung berbatasan dengan rumah ibu kost. Ibu Kost ku seorang ibu rumah tangga dan mempunyai anak laki-laki bernama Nanang yang sudah menikah dan dikaruniai seorang cucu. dia bekerja di bank sebagai wakil kepala cabang di Surabaya. berangkat pagi dan pulang sangat malam. Yang menarik perhatianku adalah Mbak Widya, istri Mas Nanang, seorang wanita yang lembut berparas ayu berasal dari pacitan. kalau dari wajahnya nampak lebih muda dariku satu atau dua tahun. selalu menyapaku dan anak-anak kost lain ketika tidak sengaja bertemu pagi hari sewaktu kita berangkat kerja, dari balik etalase toko milik mertuanya.
“Berangkat Mas Waluyo?” senyum manis dari bibir tipisnya merekah, membuat pagiku ceria.
Mbak Widya sebenarnya adalah sosok yang sangat baik dan alim, dia selalu mengenakan jilbab panjang ketika bepergian, namun beruntungnya aku karena aku selalu bisa melihatnya tanpa jilbab, dengan baju rumah yang sederhana, daster atau kaos dan celana panjang. kadang dari kaos atau daster itu terlihat putingnya menyembul, mungkin ukurannya 34 B, entah lupa memakai bra atau itu hanya imajinasiku saja. atau tercetak samar celana dalamnya sewaktu dia berjalan membelakangiku. tidak terlalu besar namun terlihat kencang, karena sewaktu dia berjalan terlihat bergerak bergantian dengan anggun. Aku kadang tergoda untuk mengocok kontolku sewaktu mandi sembari membayangkan Mbak Widya. Oh apa daya, dia sudah bersuami hanya imajinasiku yang bisa membantuku.
saat-saat berangkat kerja maupun pulang kerja menjadi saat yang menyenangkan karena sewaktu itu ada kemungkinan mbak Widya menyapaku.
Sore itu hari sabtu, aku pulang siang karena kantor memang tutup setengah hari, tadi pak haji memanggil ku dan menyuruhku untuk menggantikan rekan kerjaku yang sakit. pekerjaan pertama selain tugasku menjadi admin. aku disuruh menggantikan Angger untuk mengatur surat jalan dan truk di pelabuhan. nanti malam aku harus begadang karena itu dilakukan 24 jam.
Setelah berganti baju dengan celana pendek dan kaos oblong aku turun ke toko untuk mencari rokok dan kopi. pikirku mau ngopi dulu sebelum nanti berangkat lagi ke pelabuhan.
ternyata Mas Nanang sedang duduk di bale bengong di belakang rumah.
aku menyapa ” Halo Mas, ga ngantor?”
Mas Nanang membalas, ” woi halo Mas, sini Mas ngopi.”
“Waah boleh ya Mas? makasih” balasku ” sebentar aku beli rokok Mas”
Di bale bengong Mas Nanang bercerita tentang pengalamannya sewaktu bekerja, dia tipikal orang yang rame dan suka bercanda. badannya gemuk dan wajahnya ceria. dia bercerita tentang hal-hal di Surabaya. dan dia bertanya apa aku sering ke surabaya. aku mengiyakannya, karena kadang aku disuruh untuk membeli spare part atau menghantarkan tagihan Abah.
“wah ngerti donk Mas, daerah Embong Malang” tanya Mas Nanang
“wah ga tau Mas, saya cuman ke Raden Saleh aja Mas”
“wah Mas, rugi. hahahaha”
“kenapa Mas?”
“disana ada spa Mas, cantik-cantik badannya bagus-bagus teranya?”
“Tera?”
“Thera Mas Therapis”
“oooh” gumamku, ini yang selalu dibicarakan teman-teman kantorku. Kalo ga salah namanya Cosco. Mas Nanang mulai bercerita tanpa jeda, pergerakannya di dunia lendir, dia menyebut beberapa nama thera langganannya. Rasti, Racun, Mayang, kata Mas Nanang. “Ada lagi yang baru-baru Mas” Katanya. Mereka selalu senang kalo saya datang, selalu bisa dipuaskan kata mereka, sombong Mas Nanang sembari menerawang ke atas.
Aku berpikir kenapa Mas Nanang masih bermain dengan Therapis yah? padahal istrinya cantik putih bersih, belum lagi kulitnya mulus. memang tidak terlalu tinggi cuman hampir sama denganku, kira-kira 162 cm. belum lagi senyumnya dan rambutnya yang wangi sehabis mandi pagi. apalagi masih tergerai agak basah sehabis mandi, ada air yang mengalir ke lehernya yang jenjang. bajunya basah terkena air dari rambutnya yang tidak di keringkan sempurna, mengecap Susu kencang didalam kaos “Mas!”, “ngelamun aja, bayangin therapis yah” Mas Nanang menyenggol tanganku sampe rokokku terjatuh. “dia berpamitan, ya udah Mas saya mau pergi dulu, janjian sama temen di Cosco hahaha. ikut ngga?” aku menggeleng. Mas Nanang beranjak dan masuk ke dalam rumah. ngapain bayangin Therapis kalo ada mbak Widya pikirku. aku mengambil rokokku yang jatuh dan mendongak terlihat ruang di dalam rumah dapur ibu kost yang terbuka, mbak Widya sedang duduk namun melihat kearah lain, memakai daster yang agak terangkat karena duduk, dua pahanya terbuka, mungkin karena didalam rumah jadi dia tidak risih. tapi pemandangan itu benar-benar membuat jantungku memompa darahku dengan cepat ke kontolku, yang pelan-pelan mulai mengeras. terlihat paha mulus mbak Widya, dan belahan memek tanpa bulu yang hanya ditutupin segaris celana dalam model Thong warna merah darah.
aku tidak menyangka kalo mbak Widya nakal juga, dengan memakai daleman seperti itu. aku memiringkan badanku agar terlihat lebih jelas tapi ternyata tanganku menyenggol gelas kopi dan terjatuh. buru-buru aku membereskan pecahan kaca tersebut, tapi ternyata mbak Widya mendengarnya dan dia sudah berdiri di depanku lalu membantuku membersihkan. ” saya mohon maaf mbak, nanti saya ganti” mbak Widya menjawab “ga papa Mas” tapi kenapa pandangannya tidak ke mukaku, namun ke bawah. Sial. kontolku masih ngaceng gara-gara melihat mbak Widya tadi. buru-buru aku memanggil lagi mbak Widya untuk mengalihkan perhatiannya. “mbak” dia hanya menjawab “gapapa Mas” pendek. ketus. Aku tidak bisa menutupinya karena posisiku sedang berjongkok. “mati aku, pasti dilaporin ke bapak kost atau suaminya” pikirku dalam hati. Anak kost yang pervert. apa dia tau kalo aku lagi melihat memeknya tadi. duuhhh!! diusir deeh.
dengan lemas aku naik ke kamar kostku dilantai dua mengambil handuk dan bersiap mandi. yaah. kenapa juga aku terusin tadi, malah ngaceng,malah kelihatan mbak Widya. malu kan. belum lagi kalo mbak Widya jijik risih. duuhhhh ******!.
anak-anak kost pulang semua sabtu gini. aku segera bersiap untuk berangkat. tapi setelah selesai dan bersiap untuk berganti tiba-tiba pintu kamarku di ketok aku masih memakai handuk membuka pintu sedikit untuk melihat siapa yang mengetok. “lapo yan ga mulih koen?…. ehhh mbak Widya maafffff” segera aku tutup dan aku berganti kaos dan celana pendek.
aku membuka pintu dan segera meminta maaf atas kejadian tadi ” mbak saya minta maaf sekali ya tadi saya tidak sengaja memecahkan gelas dan juga tidak berniatt…” aku segera memotong kata-kataku sendiri. karena aku berpikir mungkin mbak Widya tidak tahu, kenapa aku malah membuka omongan. “gapapa Mas kalo gelasnya, cuman satu ini juga” jawabnya, dengan senyum tertahan. Wah marah ini pikirku. kemudian dia melanjutkan, ” Mas Yudo ada waktu sebentar? saya mau nanya”
“oh iya mbak, sebentar saya ganti celana tidak sopan”
“gapapa Mas bentar aja kok, disitu dikursi balkon aja yah”
“baik mbak” kok bentar pikirku kecewa. lama juga gapapa biar aku bisa menikmati wajah manisnya.
aku masuk kamar untuk mengambil rokok dan segera menyusul mbak Widya di balkon kost, balkon ini bersebelahan dengan kamarku dan ada TV tempat anak-anak kost menonton TV.
Mbak Widya duduk dengan anggun, masih memakai daster tapi kali ini dia memakai cardigan warna krem untuk menutupi bagian atasnya.
“ada apa mbak” sembari mengambil rokok, dan menyulutnya. aku berusaha untuk tenang dan tidak curi-curi pandang ke tubuhnya. aku memang sudah lama tidak bercinta dengan cewek semenjak pindah di Gresik, karena pacarku juga minta putus karena tidak bisa LDR, awalnya aku masih phone sex atau video call untuk melepas syahwat, tapi tidak bisa berjalan karena tentu saja kita butuh sentuhan langsung.
raut wajah mbak Widya berubah, wajahnya memerah dan matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. duhh aku takut kalo dia berpikir aku merendahkannya dengan kejadian tadi. aku tahu dia wanita yang sangat baik ramah dan tidak pernah kemana-mana kecuali bersama mertuanya. Senam atau zumba aja dia pergi dengan ibu kost.
“Mas aku boleh tanya?”
deg. deg. jantungku berdebar mendengar suaranya yang lembut. bercampur antara simpati dan nafsu. karena aku tidak pernah duduk sedekat itu dengan mbak Widya, tercium aroma keringat khas wanita yang membuat hasrat kelakianku muncul.
“iya mbak, mau tanya apa?”
“Mas Yud suka yah sama aku?” duarrrrrr bagai tersengat petir aku kaget setengah mati. aku berusaha mengatur nafasku, dan pikiranku untuk menjawab. “eh mbak sa…ya..eh gimana ya” ” ngga mungkin mbak saya suka”
tiba tiba mbak Widya menoleh dengan wajah yang sendu ” kenapa Mas? saya bukan tipe Mas yah?”
“maaf ya mbak..eh kok mbak Widya nanya seperti itu?” aku masih berusaha menata pikiranku agar menjawab dengan pas. “mbak cantik banget, ayu menurut saya” duhh kok malah bilang cantik sih. kacau pikiranku ini.
tapi mbak Widya malah kalem dan tersipu sedikit, “lho tapi kenapa tadi Mas bilang ga mungkin suka?”
aku bingung juga menjawabnya kan dia istrinya Mas Nanang. aku berusaha mencari-cari kata-kata yang pas untuk menjawab ini. karena sebenarnya aku memang suka sekali sampai-sampai aku membayangkan dia sewaktu mengocok kontolku sendiri. kadang sampai terbawa mimpi aku ngentotin dia.
dia memecahkan lamunan sesaatku, “Mas jawab. aku cuman mau tanya sekali” setelah itu aku ga bakal nanya lagi jadi please jawab jujur aja gapapa, mau apapun jawaban itu” pinta mbak Widya sembari dia melihat dalam ke mataku.
“kok rokoknya didiemin aja Mas” dia melihat ke rokokku yang hanya aku pegang tanpa aku hisap.
“eh iya mbak” “saya suka rokoknya eh saya hisap”
aku taruh sebatang rokokku di asbak dan mulai menjawab ” mbak” aku tidak berani memandang wajahnya yang manis karena takut kacau lagi pikiranku.
“iya mbak saya suka sama mbak Widya mulai saya datang pertama kali di kost ini”
tidak disangka wajah mbak Widya berubah, dia tersenyum seperti sewaktu pagi hari menyapaku, merekah seperti sewaktu sore hari menyapaku. dengan pelan dia berkata “saya juga Mas yud”
petir kedua menyambar. aku mengambil rokok baru dan menyulutnya. tapi kenapa kok korek ini ga bisa nyala-nyala. tiba tiba tangan mbak Widya memegang tanganku dan mengambil korek dan menyalakannya untukku, “ini Mas” sembari menyulut korek untuk rokok di mulutku.
“berarti bener ya Mas, selama ini yang Widya dengar di sewaktu Mas tidur, sewaktu Mas mandi” “maaf Mas aku sering mencuri dengar Mas ngigau sewaktu Widya menyapu balkon, Mas nyebut-nyebut nama Widya, kemudian juga pas Mas mandi kedengeran Mas nyebut-nyebut nama Widya”
“ehhh iya mbak maaf sekali, saya tidak bermaksud…” tiba-tiba Widya memotong ” udah Mas gapapa, saya suka kok”
“Mas onani kan sambil nyebut nama saya” “saya suka kok Mas begitu” “saya denger sewaktu saya menyetrika di samping kamar mandi pada awalnya saya tidak percaya tapi Mas sering kan begitu?”
maluuuuuuuu. seketika muka saya merah menahan malu.
“ngga usah malu Mas, tau ngga sih saya juga masturbasi sendiri dengerin itu” “tapi sedih aja kita memuaskan hasrat kita tapi berbatas tembok”
Gilaaaa. aku diam dan tiba-tiba membayangkan kami berdua masturbasi bersamaan dengan saling menyandar di tembak saling bertolak belakang.
“tapi Mas Nanang mbak?”
“jujur ya Mas, Mas Nanang ngga pernah nyentuh aku sudah lama, aku juga tidak tahu kenapa, apa mungkin aku kurang buat Mas Nanang. aku sering menggoda dia tapi dia acuh tak acuh” “sampai kadang aku tidur dengan pakaian sexy agar dia tergoda, tapi selalu ditinggal tidur atau ngerokok di bale bengong”
aku berpikir sendiri oh ini karena Mas Nanang sering jajan kali yah. tapi kenapa yah. hmmm. aku ga mungkin ngomong ini ke mbak Widya nanti bubar pernikahannya. aku tidak mau itu.
“maaf ya Mas aku jujur, Widya butuh puas juga Mas” “pernah aku maksa tapi itunya Mas Nanang ngga berdiri Mas, akhirnya setelah Mas Nanang tidur aku masturbasi sendiri”
tidak terpikir bahwa aku akan sedekat itu dengan mbak Widya dan dia bakalan cerita masalahnya yang rahasia.
“Mas kok diem aja”
“eh iya kan saya dengerin mbak Widya” aku simpati dan seneng denger ceritanya mbak Widya. kok bisa yah cewe secantik ini dianggurin.
“Mas tadi juga kelihatan itunya pas dibawah hehehe” sambil dia tersenyum lagi
waduhhhh pikirku
“gpp Mas Mas liat aku kan, Widya sengaja kok menggoda Mas”
“Widya pengen sama Mas”
“pengen apa mbak?”
tiba-tiba bibirnya mendekati pipiku dan mencium lembut, segera aku menolehkan wajahku dan mencium bibirnya yang selama ini hanya bisa aku lihat tersenyum padaku.
ternyata senyum itu benar memang buatku.
aku mencium mengulum bibir atasnya dengan lembut dan dia membalas. tanganku mulai meraba kedalam cardigannya memeluknya semakin erat dan meraba punggungnya yang lembut. Mbak Widya, menjauhkan wajahnya dan melepas cardiganya tanpa melepas pandangan matanya ke aku, ternyata dia mengenakan daster kain polos warna putih. tapi tanpa bra, terlihat putingnya mencuat keras dari dalam dasternya. segera tanganku berpindah ke susunya dan meremasnya pelan dari luar daster. tangan kanan mbak Widya berpindah untuk meremas paha bagian dalamku. aku memainkan putingnya dari luar dasternya dan dia melenguh lirih. “mmmh” masih mangatupkan bibirnya. tangan kirinya membuka kancing dasternya dan membimbing tanganku untuk memegang susunya. aku merasakan kulit halus di jemariku dan susu bulat kenyal yang sangat menggoda. mbak Widya melenguh lebih keras “mmmhh uhhhh” ketika tangan kananku memainkan putingnya dan tangan kiriku meremas pantatnya. bribrinya terbuka nafasnya tersengal-sengal karena birahi. dan dia membisikkan ke telingaku “Mas Widya basah” keringat mulai terlihat di lehernya membuatnya semakin terlihat menggoda terkena sinar matahari sore.
“dikamar yuk, takut kedengeran” pintaku
Mbak Widya menjawab dengan anggukan kecil dan mata sayu Widya menggandengku masuk ke kamar kostku.
Widya merebahkan diri di ranjangku tangannya meremas pelan susunya sambil tidak memalingkan matanya ke aku. kontolku yang dari tadi sudah gerah berontak menginginkan memek, sudah menjulang di dalam celana. aku menaikkan dasternya sampai lepas lewat kepalanya dan menciumi putingnya yang sudah mengeras, menjilati ujung putingnya sembari tanganku mencari gundukan memek. dia melenguh ketika jariku memainkan itilnya yang mengeras.
“masss ugggh”
aku memainkan itilnya dan memasukkan jariku ke arah lubang memek Widya. basah lengket hangat. dia sudah basah dan baru aku memainkan jadiku di bibir memeknya memutari lubang memeknya. tiba-tiba dia menarik tanganku dan mengarahkan jariku ke lubang memeknya.
“Mas keluarin aku mass, aku pengen” segera jari tengahku kumasukkan dan ku kocok memeknya sambil tetap ku pilin2 putingnya. terasa memeknya berkedut dijariku sewaktu aku menyentuk gundukan kecil didalamnya. kupercepat dan dia menggelinjang, nafasnya memburu dan tiba-tiba dia membusungkan badannya.
terpekik tertahan dia bilang “massss aku keluarrrr”
wajahnya memerah, badannya lunglai matanya terpejam dan bibirnya tersenyum menikmati orgasme pertamanya.
“jangan panggil mbak yah, Widya aja” ujarnya, sambil menatap sayu.
Dengan lemas tangannya menggapai kontol yang masih terbungkus celana.
“Mas juga keluarin yah pejunya” “ngga perlu bayangin lagi Mas, Widya disini buat Mas seutuhnya” katanya. dia duduk disamping tempat tidur. menurunkan celanaku pelan. kontolku sudah mengeras sejak tadi. merindukan memek wanita. dia memegang lembut kontolku yang sudah mengeras. mengocoknya perlahan sambil menempelkan bibirnya di kepala kontolku. menjilati lubang kencingku dengan lembut sembari tangan kirinya meremas pelerku. “oohh” rasanya nikmat sampai ke lututku, lama sekali aku tidak merasakan di kulum. Widya telaten sekali mengulum kepala kontolku dan menjilati seluruh batang kontolku. aku merasakan kenikmatan yang sangat ketika lidahnya bermain di ujung kepala kontolku. sesekali dia meludahi kepala kontolku dan mengocokknya dengan tangannya yang lembut. duhhh mau keluar ini. aku sudah hampir tidak tahan. dan aku bilang “Mas udah mau keluar Wid”
mbak Widya memelankan kocokannya dan segera berbaring di ranjang seraya membuka lebar kedua pahanya. “disini aja Mas, masukin di memeknya Widya”
“Ohhh” aku mendapat keberuntungan apa ini. aku berpikir Widya tidak mau untuk bener-bener bercinta. dengan muka girang, aku segera mengatur nafasku agar tidak cepat keluar, karena tadi kuluman dan kocokan Widya sungguh menyiksaku.
aku mengarahkan kepala ku ke memek Widya dan menjilat itilnya, mengulumnya. Widya menggelinjang keenakan. “masukin mass, please” aku tidak mau dan malahan memainkan lidahku di liang memeknya yang basah. “ahhhh” Widya semakin menggila, tubuhnya seperti tidak terkontrol. bibir vaginanya yang mungil juga tidak luput jadi jilatanku. kemudian lidahkku mulai turun ke lubang pantatnya. “aggghh” “masss aku belumpernh..nahhh” “nggg enak Mas enak” lidahku mencolok colok lubang pantat Widya.
“mass masukin mass please” “ludahin memek Widya Mas” aku agak tercengang tapi kulakukan saja, kukumpulkan ludahku di mulut dan ku ludahkan beberapa kali. juhhh. dan Widya melenguh keenakan. “ahhh” lagi Mas ” ahhh”. baru pertama aku menemukan hal ini. dan itu membuatku semakin bergairah, perasaan merendahkan tapi juga sekaligus sange melandaku.
“aku masukin ya sayang” kepala kontolku terasa sangat nikmat ketika memasukki liang memek Widya, dengan pelan sampai ke mentok kepangkalnya. nikmat sekali memek Widya ini. sekali itu juga Widya melenguh ” ahhh masss kontolnya enak, agak sakit tapi enak”
aku merebahkan badan dan memeluknya dan berbisik “memek Widya juga enak sekali”
dia balas membisikku “entot Widya Mas, Widya milik Mas”
setelah membiasakan memek Widya dengan kontolku aku menggenjot memek Widya. pantatku maju mundur berirama. Widya menancapkan kukunya di punggungku meremas punggungku. wajahnya terlihat sangat ayu berpeluh keringat, entah keringat siapa itu. tetesan keringat dari hidungku menjatuhi pipinya. dia membuka matanya yang sedari tadi terpejam menikmati sodokan kontolku, “Mas kencengin aku mau keluar ” tangannya meremas pantatku dan menarik2 kearah memeknya. aku segera mempercepat goyanganku. dan tidak lama dia membusungkan lagi badannya dan bilang “Mas ludahin mulutku” tanpa berpikir aku langsung melakukannya, padahal menurutku itu sangat tidak sopan. juhhhh. juuhhh. tapi ternyata itu berefek Widya mengalami orgasme hebat, dia menggelinjang hebat, setengah berteriak “akkkk mass aku keluaarrrr” untung tidak ada yang mendengar. “Mas keluarin juga ayok”
“dimana wid” disela nafasku tersengal menggenjot memek Widya. “keluarin dalam aja Mas gapapa”
sudah diubun dan tanpa berpikir aku segera mempercepat sodokanku, sampai rasa geli menjalar di batangku. “widdd aku keluar” dengan reflek aku menjambak rambutnya. Widya membalas sambil “ahhh” dia kaget tapi kemudian “aku juga Mas, jambak aku mass” “kluarin masss”
dan akhirnya kontolku menyemburkan pejuhnya kedalam liang memek diwidya, diapun
mendapatkan orgasmenya lagi.
kemudian aku jatuhkan badanku di badan Widya. wajahku berada sangat dengat dengan wajah manis Widya.
“aku sayang kamu wid”
“aku juga Mas, Widya sayang banget sama Mas yudo”
——-
Ringtone WAku berbunyi 3 kali.
-Pagi Mas sayang-
-Sudah bangun?-
-ada kopi di meja balkon-
Ceria pagiku dengan sapaan dari Widya, aku mengangkat tubuhku dan berjalan ke luar. sembari duduk, tiba-tiba ada WA ku berbunyi lagi.
-Mas ibu mau ngomong nanti sore. penting-
pesan WA dari ibu kost. apa aku ketahuan, duhh !?,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,