Sensasi angin laut
Perkenalanku dengan Diah, seorang model yg kukenal saat event fashion di hotel berbintang, berlanjut ke tempat tidur. Beberapa kali pertemuan menimbulkan keinginan untuk mencari suasana baru yang belum pernah kami rasakan. Intinya, dari kebosanan kami di kota, suatu saat aku mengajak Diah berlibur di sebuah pulau di kepulauan Seribu. Kami berangkat dengan boat sore dan sengaja kami memilih cottage apung paling ujung dengan teras terbukanya yang tak bisa terlihat dari cottage lain.
Setelah berjalan kaki mengelilingi pulau, kami kembali ke cottage dan aku kemudian duduk-duduk di teras sambil menunggu Diah yang bersiap untuk mandi. Namun baru beberapa menit, Diah menyusulku ke teras dengan hanya berlilitkan handuk saja. “Aku masih keringetan nih .., enakan berangin-angin dulu di sini,” katanya sambil berjalan ke pagar teras dan membelakangiku yang masih duduk.
Walaupun sudah agak gelap, namun aku dapat melihat keindahan lekuk-lku tubuhnya yang ramping dari belakang dengan sedikit sinar dari lampu kamar. Bahkan kulit mulusnya yang terbuka di atas dan bawah handuk mininya nampak berkilat karena tubuhnya yang masih bersimbah peluh, Aku segera menghampirinya dan dari belakang kulingkarkan tanganku memeluknya. “Aku aja yang mandiin kamu yah.., bisikku ke teinganya. “Mandiin aku?di sini?,” tanyanya kemudian. Aku tak menjawab dengan kata-kata lagi tapi langsung dengan bibirku yang mencium telinganya, gigit-gigit lembut dan terus ke bawah menyusuri leher sampingnya yang jenjang. Agar tak menghalangi, kusibakkan rambutnya dengan tangan kiriku hingga tengkuknya yang berbulu halus itu terbuka bebas dan siap menyambut ciumanku. “Ssshh.., ” desahnya waktu bibirku mendarat di sana. Aroma tubuhnya yang alami itu membuatku makin betah berlama-lama di tengkuknya yang benar-benar mulus itu. Tubuhnya mulai menggeliat hebat, apalagi waktu lidahku mulai menggelitik mulai lagi dari telinga, leher, tengkuk, hingga pundaknya. Bersamaan dengan itu, kedua tangankupun tak tinggal diam menyusup lewat lengannya ke depan hingga menyentuh gundukan buah dadanya yang menggantung dan bulat padat itu, walupun masih tertutup handuk. Kutangkupkan tanganku di depan buah dadanya dan mulai kuputar-putar lembut dengan sesakali meremasnya.
Diah menggelinjang hebat merasakan ciumanku di sepanjang pundak dan remasan tanganku di buah dadanya. Tangannyapun dinaikkan ke atas memegang rambutnya, agar tanganku lebih leluasa bergerak ke depan. Kesempatan ini kupergunakan dengan mengarahkan wajahku ke ketiak kanannya yang terbuka bebas. “Aaah..,”erang Diah kegelian waktu bibirku masuk ke ketiaknya yang bersih mulus itu dan merupakan salah satu daerah sensitivnya. Aroma khasnya membuatku makin terangsang dan membuat pennyku makin keras di balik celanaku. Sengaja kugesekkan tonjolan pennyku ke pantatnya yang masih tertutup handuk itu hingga membuatnya makin menggeliat tak karuan.
Bibirku makin mengganas menciumi dan menjilati ketiaknya bergantian kanan dan kiri, sementara tanganku mulai mencari simpul handuknya untuk melepasnya. “Sssrt..,” handuk Diah terlepas yang diikuti dengan kekagetannya. ” Eh..!, jangan dilepas di siinii.., sshh..ah.., ter..ter serah kamu deh..,” rintih Diah menyambung kekagetannya yang menjadi pasrah karena begitu lepas handuknya langsung aku dekap erat tubuhnya bersamaan dengan jilatan-jilatan liar lidahku di bagian atas punggungnya dan remasanku tanganku kembali di buah dadanya yang kini tak berpenghalang lagi. Putingnya yang terasa mengeras di tanganku sengaja kupilin-pilin yang menambah erangannya.
Sementara itu jilatanku menurun terus dari punggungnya yang mulus dan berkilat itu hingga menyentuh bagian atas CDnya, satu-satunya yg tertinggal di tubuhnya. Tanganku kemudian kulepaskan dari buah dadanya dan beralih memegang kedua sisi CDnya untuk kemudian menurunkannya pelan-pelan. Diah tak protes apapun seakan pasrah bercampur keinginan merasakan suasana eksotis di teras luar itu. Geliatannya timbul kembali waktu bibirku menyentuh gundukan pantatnya yang menonjol padat itu bersamaan dengan lepasnya CD dari bagian pantatnya. Tubuhkupun makin merunduk dan berlutut agar tanganku bisa bebas meluncurkan CDnya makin ke bawah dengan bibirku yang terus mengikutinya. Dari pantat mulusnya ke belakang paha, balik lutut, hingga ke betisnya yang indah, tak luput dari ciuman dan jilatan-jilatan lidahku. Akhirnya, bersamaan dengan ciumanku di mata kakinya, terlepas sudah CDnya dari kedua batang kakinya yang ramping itu.
Langit makin menggelap, angin lautpun terasa mengencang. Suasana redup dengan sinar kecil dari lampu kamar dan sinar bulan yang masih malu-malu, membuat tubuh Diah yang telah bugil total nampak makin indah dan sensual. Apalagi waktu Diah membalikan tubuhnya hingga di hadapanku terpampang indahnya buah dada yang bulat padat menyertai lekuk-liku tubuhnya yang sempurna. Belum sempat aku menikmati semua pemandangan itu, aku dikejutkan dengan gerakannya yang sangat cepat membuka seluruh pakaianku. Akhirnya kami berdua bugil total di teras itu tanpa peduli ada nelayan dari kejauhan yang melihat atau tidak. Yang kami rasakan adalah sensasi luar biasa dari hembusan angin laut yang menerpa tubuh bugil kami, dan itu makin membangkitkan gairah kami. Kutarik tubuhnya ke arahku dan bibirku langsung melumat bibirnya yang sensual itu sambil tanganku menggerayangi pinggul dan pantatnya yang membusung itu. Diah tak mau kalah, tangannya di bawah menggapai pennyku yang makin tegang sambil membalas ciumanku. Lidah-lidah kami saling bertaut dan saling menghisap dengan agresif.
Tubuh Diah lalu kuangkat ke atas seperti menggendong sesuatu di depan, dan kaki Diah langsung menjepit pinggangku erat-erat. Yang jelas posisi wajahku kini tepat berada di depan buah dadanya yang ranum dan bulat padat itu. Tanpa tunggu lama langsung kubenamkan wajahku ai antara gundukan bukit indahnya dan menciumi kehalusan kulitnya di situ. “Ssshh..,” lirih Diah merasakan nikmatnya jilatanku di situ. Erangannyapun makin menjadi waktu mulutku dengan liar menjalar menyusuri bulatan buah dadanya, yang dibarengi dengan lengkungan tubuh bagian atasnya kebelakang. Kesempatan itu tak kusia-siakan dengan meneruskan jilatanku ke putingnya yang mencuat itu. Dari puting kanan berganti ke kiri, dan dari jilatanku menjadi hisapan-hisapan lembut sampai-sampai tangannyapun ikut menarik kepalaku untuk tetap bertahan di buah dadanya.
Diah masih terus kugendong di depan sampai tubuhnya berguncang-guncang menahan nikmat mulutku yang tak henti melumat buah dadanya, Pelan-pelan lalu kugeser berdiriku ke arah sudut teras. photomemek.com Di situ tubuh Diah kuturunkan ke kursi sudut yang mirip kursi istirahat petinju di dalam ring. “Lakukan sepuasmu Ric.. aku mau kamu lakuin semuanya di sini..,” kata Diah terengah-engah. Kakinya yang baru turun dari pinggangku langsung kuangkat satu dan kusandarkan di atas pagar teras, sedangkan kaki yg satu masih di bawah. Aku lalu melepas selop tinggi dari kakinya sehingga kakinya yang bersih mulus itu sudah tak berpenghalang sama sekali. Tanpa menunggu lama segera kujelajahi kakinya sebagai awal perjalanan ciumanku. DiaHPun seakan pasrah bahkan merintih kenikmatan waktu bibirku menelusuri keindahan kakinya, dari punggung kaki, mata kaki, telapak hingga ujung jari-jari kakinya yg ramping. Waktu kukemot satu persatu jarinya, Diah menggelinjang kegelian, apalagi waktu kubarengi dengan rabaan tanganku di betis hingga paha bagian dalamnya.
Puas mencium dan menjilati kakinya, kuteruskan perjalanan bibirku ke betis, lutut dan paha dalamnya yang benar-benar lembut itu. Duduknyapun makin tak karuan waktu tanganku sudah mengusap-mengusap bibir vaginanya. Saking pasrahnya, kedua tangannya disandarkan masing-masing ke pagar di kanan & kirinya menandakan Diah benar-benar menikmati permainanku. Bahkan waktu bibirku mencapai ujung pagkal pahanya, kaki kirinya yg tadinya di bawah tiba-tiba dinaikkannya ke pagar teras di sebelah kirinya sehingga posisi kedua kakinya mengangkang dengan indahnya. Belum sempat aku terpana melihat vaginanya yang terbuka bebas, tangannya menarik kepalaku ke bawah untuk segera melumat vaginanya. Segera aku imbangi dengan berlutut dan membenamkan wajahku di selangkangannya. “Aaagh..ssh.., erang Diah yang dibarengi dengan tengadahnya kepalanya ke belakang waktu lidahku mulai menyayat bibir vaginanya dengan jilatan-jilatan memanjang.
Dari situ lidahku mulai menjilati clit dengan kadang-kadang mengulumnya yang membuat Diah makin menggelinjang hebat. Kuvariasi lagi dengan memasukkan lidahku ke liang vaginanya maju-mundur dan membuat tangan Diah ikut menekan kepalaku agar lebih dekat lagi. Lumatan, hisapan ke clitnya dan lidahku yang makin liar dan cepat menari-nari di sana membuahkan ketegangan tubuhnya tiba-tiba. “Aaaghh..aawwhh..,” teriak Diah dibarengi dengan kencangnya tangannya menekan kepalaku di selangkangannya. Diah mencapai orgasme pertamanya, sementara aku menikmati basahnya cairan vaginanya di bibir dan wajahku beberapa saat.
Aku lalu berdiri agar Diah bisa beristirahat sebentar, namun tangannya tiba-tiba mencengkeram pinggulku dan ditariknya ke arahnya yang sudah duduk normal kembali sehingga pennyku yang sedari tadi mengeras tepat berada di depan wajahnya. Dengan cepat, pennyku sudah tenggelam di mulutnya yang sensual itu. “Aaawwhh..ookh..,” erangku merasakan kehalusan rongga mulutnya menyelimuti pennyku. Dimundurkannya kepalanya kemudian untuk mengulum kepala pennyku yang membuatku menggelinjang kegelian. Lidahnya menari-nari dengan liar dan dilanjutkan dengan menjilati sepanjang batang pennyku. Tanganku tak tinggal diam, kupegang kepalanya untuk mengikuri gerakan maju-mundur kepalanya waktu pennyku dibenamkannya kembali ke mulutnya yang makin lama makin cepat. Pennyku makin basah dengan air liurnya bersamaan dengan kenikmatan dahsyat permainan lidah, hisapan-hisapan dan kuluman mulutnya.
Aku tak mau klimaks di situ. Diah mengerti dan melepaskan pennyku dari mulutnya. Kuangkat kembali kedua kakinya ke atas dan kusandarkan tumitnya pada kedua bahuku, sehingga badannya makin merosot dan punggungnya merebah sedikit pada kursi. Tanpa menunggu lama kumasuukan pennyku yang keras bak tugu itu ke liang vaginanya, berbarengan dengan erangan nikmat dari mulut Diah.. “Aaawhh ..,” Pennyku ambles ke dalamnya dan mulai kupompa perlahan. Diah tak mau kalah, diputar-putarkannya pinggulnya mengiringi gerakan maju-mundur pennyku. Tangannya di rentangkan ke belakang agar lebih bebas menikmati permainanku. Sementara kedua kakinya erat kupegangi sambil kuciumi apa yang ada di dekat wajahku. Betisnya, mata kakinya, telapak kakinya, atau jari-jari kakinya, kujilati dengan penuh nafsu sambil terus menyodokkan pennyku yang makin lama makin cepat. Goyangan pinggulnyapun makin cepat mengimbangiku, sementara akupun merentangkan kedua kakinya lebar-lebar agar vaginanya lebih leluasa kutembus dengan pennyku. “Akhh..makin cepat Ric..cepat Ric..aagghh..,” erang Diah keras bersamaan dengan mengejangnya tubuhnya dan kakinya yang menjepit tubuhku. Diah telah mecapai klimaksnya.
Diah terkulai lemas sambil kupeluk tubuhnya, namun tak berapa lama kemudian Diah beranjak ke pagar teras menghadapkan tubuhnya ke laut. Sambil berdiri agak merunduk, tangannya berpegangan pada bagian atas pagar. Akupun segera menyambut keinginannya untuk memulai kembali permainan dari belakang. Tanganku meraih pinggulnya, dan kusodokkan langsung pennyku yang masih mengeras ke liang vaginanya dari belakang. Diah mengerang keras sambil menggoyangkan pinggulnya yang membuatku makin bernafsu memaju-mundurkan dan memutar-mutarkan pinggulku. Tangankupun beralih meremas buah dada ranumnya yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Diah makin mengerang merasakan kenikmatan di area-area sensitivenya, sementara aku merasakan laharku yang sudah di ujung. Gerakan kami makin cepat, dan kemudian ..”Aaagghh..,” teriak kami hampir bersamaan mengimbangi suara deburan ombak malam itu. Tubuh-tubuh kami mengejang sesaat, cairan kami membanjir, dan keringat kami menetes deras seolah selesai bekerja keras.
Kubalikkan tubuhnya, kubimbing dia ke kursi panjang depan pintu teras, dan kupeluk erat seakan tak mau melepaskan sensasi luar biasa bermain cinta di tengah desiran angin laut di malam itu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tamat
Setelah berjalan kaki mengelilingi pulau, kami kembali ke cottage dan aku kemudian duduk-duduk di teras sambil menunggu Diah yang bersiap untuk mandi. Namun baru beberapa menit, Diah menyusulku ke teras dengan hanya berlilitkan handuk saja. “Aku masih keringetan nih .., enakan berangin-angin dulu di sini,” katanya sambil berjalan ke pagar teras dan membelakangiku yang masih duduk.
Walaupun sudah agak gelap, namun aku dapat melihat keindahan lekuk-lku tubuhnya yang ramping dari belakang dengan sedikit sinar dari lampu kamar. Bahkan kulit mulusnya yang terbuka di atas dan bawah handuk mininya nampak berkilat karena tubuhnya yang masih bersimbah peluh, Aku segera menghampirinya dan dari belakang kulingkarkan tanganku memeluknya. “Aku aja yang mandiin kamu yah.., bisikku ke teinganya. “Mandiin aku?di sini?,” tanyanya kemudian. Aku tak menjawab dengan kata-kata lagi tapi langsung dengan bibirku yang mencium telinganya, gigit-gigit lembut dan terus ke bawah menyusuri leher sampingnya yang jenjang. Agar tak menghalangi, kusibakkan rambutnya dengan tangan kiriku hingga tengkuknya yang berbulu halus itu terbuka bebas dan siap menyambut ciumanku. “Ssshh.., ” desahnya waktu bibirku mendarat di sana. Aroma tubuhnya yang alami itu membuatku makin betah berlama-lama di tengkuknya yang benar-benar mulus itu. Tubuhnya mulai menggeliat hebat, apalagi waktu lidahku mulai menggelitik mulai lagi dari telinga, leher, tengkuk, hingga pundaknya. Bersamaan dengan itu, kedua tangankupun tak tinggal diam menyusup lewat lengannya ke depan hingga menyentuh gundukan buah dadanya yang menggantung dan bulat padat itu, walupun masih tertutup handuk. Kutangkupkan tanganku di depan buah dadanya dan mulai kuputar-putar lembut dengan sesakali meremasnya.
Diah menggelinjang hebat merasakan ciumanku di sepanjang pundak dan remasan tanganku di buah dadanya. Tangannyapun dinaikkan ke atas memegang rambutnya, agar tanganku lebih leluasa bergerak ke depan. Kesempatan ini kupergunakan dengan mengarahkan wajahku ke ketiak kanannya yang terbuka bebas. “Aaah..,”erang Diah kegelian waktu bibirku masuk ke ketiaknya yang bersih mulus itu dan merupakan salah satu daerah sensitivnya. Aroma khasnya membuatku makin terangsang dan membuat pennyku makin keras di balik celanaku. Sengaja kugesekkan tonjolan pennyku ke pantatnya yang masih tertutup handuk itu hingga membuatnya makin menggeliat tak karuan.
Bibirku makin mengganas menciumi dan menjilati ketiaknya bergantian kanan dan kiri, sementara tanganku mulai mencari simpul handuknya untuk melepasnya. “Sssrt..,” handuk Diah terlepas yang diikuti dengan kekagetannya. ” Eh..!, jangan dilepas di siinii.., sshh..ah.., ter..ter serah kamu deh..,” rintih Diah menyambung kekagetannya yang menjadi pasrah karena begitu lepas handuknya langsung aku dekap erat tubuhnya bersamaan dengan jilatan-jilatan liar lidahku di bagian atas punggungnya dan remasanku tanganku kembali di buah dadanya yang kini tak berpenghalang lagi. Putingnya yang terasa mengeras di tanganku sengaja kupilin-pilin yang menambah erangannya.
Sementara itu jilatanku menurun terus dari punggungnya yang mulus dan berkilat itu hingga menyentuh bagian atas CDnya, satu-satunya yg tertinggal di tubuhnya. Tanganku kemudian kulepaskan dari buah dadanya dan beralih memegang kedua sisi CDnya untuk kemudian menurunkannya pelan-pelan. Diah tak protes apapun seakan pasrah bercampur keinginan merasakan suasana eksotis di teras luar itu. Geliatannya timbul kembali waktu bibirku menyentuh gundukan pantatnya yang menonjol padat itu bersamaan dengan lepasnya CD dari bagian pantatnya. Tubuhkupun makin merunduk dan berlutut agar tanganku bisa bebas meluncurkan CDnya makin ke bawah dengan bibirku yang terus mengikutinya. Dari pantat mulusnya ke belakang paha, balik lutut, hingga ke betisnya yang indah, tak luput dari ciuman dan jilatan-jilatan lidahku. Akhirnya, bersamaan dengan ciumanku di mata kakinya, terlepas sudah CDnya dari kedua batang kakinya yang ramping itu.
Langit makin menggelap, angin lautpun terasa mengencang. Suasana redup dengan sinar kecil dari lampu kamar dan sinar bulan yang masih malu-malu, membuat tubuh Diah yang telah bugil total nampak makin indah dan sensual. Apalagi waktu Diah membalikan tubuhnya hingga di hadapanku terpampang indahnya buah dada yang bulat padat menyertai lekuk-liku tubuhnya yang sempurna. Belum sempat aku menikmati semua pemandangan itu, aku dikejutkan dengan gerakannya yang sangat cepat membuka seluruh pakaianku. Akhirnya kami berdua bugil total di teras itu tanpa peduli ada nelayan dari kejauhan yang melihat atau tidak. Yang kami rasakan adalah sensasi luar biasa dari hembusan angin laut yang menerpa tubuh bugil kami, dan itu makin membangkitkan gairah kami. Kutarik tubuhnya ke arahku dan bibirku langsung melumat bibirnya yang sensual itu sambil tanganku menggerayangi pinggul dan pantatnya yang membusung itu. Diah tak mau kalah, tangannya di bawah menggapai pennyku yang makin tegang sambil membalas ciumanku. Lidah-lidah kami saling bertaut dan saling menghisap dengan agresif.
Tubuh Diah lalu kuangkat ke atas seperti menggendong sesuatu di depan, dan kaki Diah langsung menjepit pinggangku erat-erat. Yang jelas posisi wajahku kini tepat berada di depan buah dadanya yang ranum dan bulat padat itu. Tanpa tunggu lama langsung kubenamkan wajahku ai antara gundukan bukit indahnya dan menciumi kehalusan kulitnya di situ. “Ssshh..,” lirih Diah merasakan nikmatnya jilatanku di situ. Erangannyapun makin menjadi waktu mulutku dengan liar menjalar menyusuri bulatan buah dadanya, yang dibarengi dengan lengkungan tubuh bagian atasnya kebelakang. Kesempatan itu tak kusia-siakan dengan meneruskan jilatanku ke putingnya yang mencuat itu. Dari puting kanan berganti ke kiri, dan dari jilatanku menjadi hisapan-hisapan lembut sampai-sampai tangannyapun ikut menarik kepalaku untuk tetap bertahan di buah dadanya.
Diah masih terus kugendong di depan sampai tubuhnya berguncang-guncang menahan nikmat mulutku yang tak henti melumat buah dadanya, Pelan-pelan lalu kugeser berdiriku ke arah sudut teras. photomemek.com Di situ tubuh Diah kuturunkan ke kursi sudut yang mirip kursi istirahat petinju di dalam ring. “Lakukan sepuasmu Ric.. aku mau kamu lakuin semuanya di sini..,” kata Diah terengah-engah. Kakinya yang baru turun dari pinggangku langsung kuangkat satu dan kusandarkan di atas pagar teras, sedangkan kaki yg satu masih di bawah. Aku lalu melepas selop tinggi dari kakinya sehingga kakinya yang bersih mulus itu sudah tak berpenghalang sama sekali. Tanpa menunggu lama segera kujelajahi kakinya sebagai awal perjalanan ciumanku. DiaHPun seakan pasrah bahkan merintih kenikmatan waktu bibirku menelusuri keindahan kakinya, dari punggung kaki, mata kaki, telapak hingga ujung jari-jari kakinya yg ramping. Waktu kukemot satu persatu jarinya, Diah menggelinjang kegelian, apalagi waktu kubarengi dengan rabaan tanganku di betis hingga paha bagian dalamnya.
Puas mencium dan menjilati kakinya, kuteruskan perjalanan bibirku ke betis, lutut dan paha dalamnya yang benar-benar lembut itu. Duduknyapun makin tak karuan waktu tanganku sudah mengusap-mengusap bibir vaginanya. Saking pasrahnya, kedua tangannya disandarkan masing-masing ke pagar di kanan & kirinya menandakan Diah benar-benar menikmati permainanku. Bahkan waktu bibirku mencapai ujung pagkal pahanya, kaki kirinya yg tadinya di bawah tiba-tiba dinaikkannya ke pagar teras di sebelah kirinya sehingga posisi kedua kakinya mengangkang dengan indahnya. Belum sempat aku terpana melihat vaginanya yang terbuka bebas, tangannya menarik kepalaku ke bawah untuk segera melumat vaginanya. Segera aku imbangi dengan berlutut dan membenamkan wajahku di selangkangannya. “Aaagh..ssh.., erang Diah yang dibarengi dengan tengadahnya kepalanya ke belakang waktu lidahku mulai menyayat bibir vaginanya dengan jilatan-jilatan memanjang.
Dari situ lidahku mulai menjilati clit dengan kadang-kadang mengulumnya yang membuat Diah makin menggelinjang hebat. Kuvariasi lagi dengan memasukkan lidahku ke liang vaginanya maju-mundur dan membuat tangan Diah ikut menekan kepalaku agar lebih dekat lagi. Lumatan, hisapan ke clitnya dan lidahku yang makin liar dan cepat menari-nari di sana membuahkan ketegangan tubuhnya tiba-tiba. “Aaaghh..aawwhh..,” teriak Diah dibarengi dengan kencangnya tangannya menekan kepalaku di selangkangannya. Diah mencapai orgasme pertamanya, sementara aku menikmati basahnya cairan vaginanya di bibir dan wajahku beberapa saat.
Aku lalu berdiri agar Diah bisa beristirahat sebentar, namun tangannya tiba-tiba mencengkeram pinggulku dan ditariknya ke arahnya yang sudah duduk normal kembali sehingga pennyku yang sedari tadi mengeras tepat berada di depan wajahnya. Dengan cepat, pennyku sudah tenggelam di mulutnya yang sensual itu. “Aaawwhh..ookh..,” erangku merasakan kehalusan rongga mulutnya menyelimuti pennyku. Dimundurkannya kepalanya kemudian untuk mengulum kepala pennyku yang membuatku menggelinjang kegelian. Lidahnya menari-nari dengan liar dan dilanjutkan dengan menjilati sepanjang batang pennyku. Tanganku tak tinggal diam, kupegang kepalanya untuk mengikuri gerakan maju-mundur kepalanya waktu pennyku dibenamkannya kembali ke mulutnya yang makin lama makin cepat. Pennyku makin basah dengan air liurnya bersamaan dengan kenikmatan dahsyat permainan lidah, hisapan-hisapan dan kuluman mulutnya.
Aku tak mau klimaks di situ. Diah mengerti dan melepaskan pennyku dari mulutnya. Kuangkat kembali kedua kakinya ke atas dan kusandarkan tumitnya pada kedua bahuku, sehingga badannya makin merosot dan punggungnya merebah sedikit pada kursi. Tanpa menunggu lama kumasuukan pennyku yang keras bak tugu itu ke liang vaginanya, berbarengan dengan erangan nikmat dari mulut Diah.. “Aaawhh ..,” Pennyku ambles ke dalamnya dan mulai kupompa perlahan. Diah tak mau kalah, diputar-putarkannya pinggulnya mengiringi gerakan maju-mundur pennyku. Tangannya di rentangkan ke belakang agar lebih bebas menikmati permainanku. Sementara kedua kakinya erat kupegangi sambil kuciumi apa yang ada di dekat wajahku. Betisnya, mata kakinya, telapak kakinya, atau jari-jari kakinya, kujilati dengan penuh nafsu sambil terus menyodokkan pennyku yang makin lama makin cepat. Goyangan pinggulnyapun makin cepat mengimbangiku, sementara akupun merentangkan kedua kakinya lebar-lebar agar vaginanya lebih leluasa kutembus dengan pennyku. “Akhh..makin cepat Ric..cepat Ric..aagghh..,” erang Diah keras bersamaan dengan mengejangnya tubuhnya dan kakinya yang menjepit tubuhku. Diah telah mecapai klimaksnya.
Diah terkulai lemas sambil kupeluk tubuhnya, namun tak berapa lama kemudian Diah beranjak ke pagar teras menghadapkan tubuhnya ke laut. Sambil berdiri agak merunduk, tangannya berpegangan pada bagian atas pagar. Akupun segera menyambut keinginannya untuk memulai kembali permainan dari belakang. Tanganku meraih pinggulnya, dan kusodokkan langsung pennyku yang masih mengeras ke liang vaginanya dari belakang. Diah mengerang keras sambil menggoyangkan pinggulnya yang membuatku makin bernafsu memaju-mundurkan dan memutar-mutarkan pinggulku. Tangankupun beralih meremas buah dada ranumnya yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Diah makin mengerang merasakan kenikmatan di area-area sensitivenya, sementara aku merasakan laharku yang sudah di ujung. Gerakan kami makin cepat, dan kemudian ..”Aaagghh..,” teriak kami hampir bersamaan mengimbangi suara deburan ombak malam itu. Tubuh-tubuh kami mengejang sesaat, cairan kami membanjir, dan keringat kami menetes deras seolah selesai bekerja keras.
Kubalikkan tubuhnya, kubimbing dia ke kursi panjang depan pintu teras, dan kupeluk erat seakan tak mau melepaskan sensasi luar biasa bermain cinta di tengah desiran angin laut di malam itu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tamat