Pacarku Diperkosa Oleh 2 Oknum Polisi di Dalam Sel
Saya pertama kenal Delvani ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Delvani berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Delvani pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Delvani. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Delvani senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Delvani di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Delvani, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Delvani mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Delvani berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.
Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Delvani, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. www.filmbokepjepang.net Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Delvani yang duduk terdiam.
“Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor”, perintah Polantas tadi.
Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota. Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Delvani dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Delvani. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata,
“Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.” Sersan tadi menimpali.
“Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!” Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, Begitu juga Delvani yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lalu membuka sel Delvani dan masuk ke dalam.
“Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!” Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Delvani sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Delvani ke atas.
Dalam sekejap seluruh pakaian Delvani berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Delvani yang terus dipegangi oleh Sersan.
“Wow, lihat dadanya.” Delvani terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Delvani, melemparkan tubuh Delvani hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Delvani.
Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Delvani ke rangka di atas kepala Delvani. Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Delvani. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Delvani, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Delvani mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Delvani, sedangkan Delvani hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di seberang Delvani tak berdaya untuk menolong Delvani yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Delvani. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Delvani menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.” kata Polantas.
“Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!”
“Dia pasti sempit sekali”, kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Delvani.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Delvani menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
“Betul kan, masih sempit sekali.”
Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Delvani. Kemudian mereka membuka kaki Delvani lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Delvani. Delvani mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Delvani.
Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Delvani, mengelus-elus wajah Delvani dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Delvani menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Delvani.
“Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?” Delvani tak bergeming.
“Buka!” bentak Sersan.
“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut Delvani terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Delvani.
Mulut Delvani terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Delvani, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Delvani, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Delvani. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya.
“Julurin lidah kamu!” Delvani membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya.
Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Delvani, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Delvani.
“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!”
Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Delvani dan Polantas berjongkok di dekat wajah Delvani. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Delvani. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Delvani yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Delvani.
“Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Delvani, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Delvani.
Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Delvani. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Delvani, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Delvani, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Delvani berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Delvani meronta-ronta berusaha mencari udara.
“Iyya.. yaah! Telleen semuaa! Aaahh.. aahh.. nikhmaatt!”
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Delvani langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Delvani berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Delvani terbatuk-batuk,
“Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”
Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Delvani sekarang malah memegang pinggul Delvani dan membalik tubuh Delvani. Delvani dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan..”
“Aaahkk! Jangaan!”
Delvani menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Delvani pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Delvani. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Delvani. Delvani terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Delvani hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Delvani menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. www.filmbokepjepang.net Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Delvani. Sersan tidak peduli mendengar Delvani berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Delvani tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Delvani, kemudian menyembur ke pantat Delvani dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Delvani lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Delvani. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Delvani dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas,
“Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”
Dini hari, ketika Delvani kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Delvani. Mereka menendang tubuh Delvani agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Delvani sementara Sersan berbaring di bawah Delvani dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Delvani. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Delvani dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Delvani. Mereka terus berganti posisi dan Delvani terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Delvani yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.
“Kalian boleh pergi.”
Saya membantu Delvani mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Delvani. Kemudian saya membersihkan tubuh Delvani dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih,
“Jangan Pak, ampun Pak, sakit.. ampuunn.. sakiit..”. www.filmbokepjepang.net