Mas Peter si prajurit
menunggu bagasi. Diluar aku sudah dijemput oleh petugas hotel ber – bintang yang sudah aku booking sebelumnya.Tapi waktu aku menunggu mobil jemputan dari hotel,aku berjumpa seorang aparat berseragam yang amat memikat! Wajahnya tampan,tubuhnya atletis,tinggi dan berdada bidang. Dia mengenakan baju loreng dan baret.Kulit tubuhnya yang berwarna coklat, dipadu dengan lenganya yang kekar dan berotot telah membangkitkan berahiku! Aku tidak paham dengan pakaian seragam Tentara atau Polisi di Indonesia. Tapi aku yakin lelaki tadi adalah seorang Tentara.Hanya saja aku tidak tahu[dan aku tidak ingin tahu],dia dari angkatan mana, apakah army, navy atau air force. Dan aku juga tak peduli dia dari angkatan mana. Emangnya gua pikirin [EGP]?. Sambil menunggu mobil hotel tiba,entah dari mana. Mungkin dari parkiran atau masih ada di hotel? [kenyataannya lama aku harus menunggu],aku ber-pikir keras untuk menemukan jalan bisa berkenalan dengan anggota Tentara itu! Paling tidak menyapa-nya. Aku yakin jika aku menyapa, aku akan ditanggapi dengan baik.Karena aku bertampang setengah-bule. Jika aku tidak bertampang orang-asing,boleh jadi dia akan bersikap arogan – seperti umumnya para anggota Tentara dan Polisi di Indonesia jika ber-urusan atau berinteraksi dengan orang- orang non-militer dan non- polisi, yang mereka sebut dengan nada melecehkan: “orang sipil” itu!. Sikap macam itu adalah sikap dari sisa-sisa masa Orde Baru, dalam pemerintahan Suharto, dimana Angkatan Ber-senjata memegang kekuasaan mutlak atas negara dan rakyat!Tak ubahnya seperti Firaun di zaman Mesir Kuno! Maka aku pun mencoba menyapa Tentara yang ganteng itu : “Mas….” Tentara itu memandangku tersenyum. Aku melanjut – kan pertanyaanku tentang letak dan alamat hotel yang akan aku tuju. Juga berapa lama kira-kira waktu tempuh dengan mobil dari bandara ke hotel tersebut.Semua pertanyaanku dijawab dengan ramah oleh Tentara itu.Dari nama yang tersemat di dada kanannnya, terbaca olehku tulisan : Peter. Nama asing yang jarang dipakai orang Indonesia.Untung -lah mobil hotel itu lama baru tiba. Sehingga aku pun berkesempatan berkenalan lebih jauh dengan Tentara yang tampan itu.Bahkan Mas Peter berjanji akan menemuiku di hotel sore itu.Tentu saja hati-ku berbunga-bunga! Aku memanggilnya “Mas Peter” bukan “Bang Peter”, karena dari logat bicaranya aku menangkap logat Jawa.Apakah Mas Peter seorang Pujakesuma [Putera Jawa Kelahiran Sumatera] atau -kah ‘simply’ dia pendatang dari Jawa, aku tidak tahu! Yang penting aku berharap,suatu hari kelak aku dapat menikmati tubuh dan pejuhnya. Aku juga amat berharap agar ukuran [diameter] kontol Mas Peter cukup besar. filmbokepjepang.com Paling tidak sama besar dengan ukuran kontol pengusaha Ricardo Gelael. Berbicara tentang bunga, pada era kekuasaan Mao Ze Dong [Mao Tse Tung] di daratan Cina, dikenal semboyan “Biarkan seribu bunga berkembang”. Entah teori apa yang dianut Mao waktu itu.Tapi nyatanya kebijakan itu mengakibatkan bencana kelaparan di daratan Cina waktu itu,antara lain karena gagal panen dan ribuan orang mati akibat kelaparan. Aku tidak tahu apa alasan atau latar belakangnya Mas Peter mau menemui aku di hotel sore itu.Tapi bagaimana pun juga aku amat bersyukur bahwa Mas Peter,Tentara yang tampan itu mau berteman dengan aku.Aku juga tidak tahu,Mas Peter pangkatnya apa. Sebetulnya yang penting bagiku adalah suatu saat kelak, aku dapat menikmati tubuh dan pejuhnya. Itu saja! Lain tidak! PERKENALAN LEBIH MENDALAM DENGAN MAS PETER Sorenya, Mas Peter betul-betul datang ke kamarku di hotel.Jika aku menginap di hotel, aku selalu tinggal di suit atau junior suit, sesuai dengan aturan protokol statusku sebagai Representative suatu badan PBB.Oleh sebab itu,aku dapat menerima Mas Peter di kamarku. Penampilan Mas Pwter sore itu seakan makin tampan dan menawan dengan pakaian premannya : celana blue jeans [biru] dengan baju kaos [Polo Shirt] biru-tua. Lengannya yang besar dan kekar seakan sesak [kekecilan] di lengan bajunya.Otot dadanya yang menonjol kedepan jadi tampak makin bermakna dan perutnya terkesan kencang dan rata. Mas Peter tampak teramat tampan, jantan dan menawan.Semua-nya itu dilengkapi oleh bau harum parfum Etienne Aigner yang semerbak-segar terpancar dari tubuh militernya yang perkasa!. Kami ngobrol panjang lebar dan saling mengenal-kan diri masing- masing. Mas Peter tidak menyebut atau menyinggung masalah keluarga [isteri atau anak] dan aku pun tidak berminat untuk tahu hal itu. Sore itu,Mas Peter mengajakku jalan keliling kota Medan dengan mobil sedannya yang bagus. Di negeri itu amat lazim anggota Tentara atau Polisi mempunyai mobil atau rumah, atau barang-barang yang bagus dan mahal. Entah uangnya dari mana, sebab gaji mereka kecil!Kami juga makan malam di suatu restoran dann Ma Peter melarangku membayar makanan. Katanya : “Biar saja Pak. Saya yang bayar.Bapak ‘kan tamu saya”,aku tidak bisa berbuat apa-apa selain aku biarkan saja Tentara yang aku kagumi ketampanan dan kejantannya itu menyelesaikan pembayaran! “Terima kasih Mas Peter.Lain kali saya yang bayar ya?”, kataku sungguh-sungguh.Mas Peter hanya ter-senyum saja. Senyuman Mas Peter amat memukau dan membuat aku makin tergila-gila padanya! Mungkin sangat tepat jika dikatakan Mas Peter itu bagai- kan bidadara [‘bidadari laki- laki’] yang dikirim-kan dari surga untukku! Selesai makan, kami kembali ke hotel melanjutkan obrolan kami.Aku minta agar Mas Peter memanggilku “Mas Yuan” saja jangan “Bapak”.Mas Peter setuju. Kami ngobrol sampai larut dan diluar hujan lebat. Karena itu aku mengajak Mas Peter menginap saja di kamarku malam itu. Aku ingat, peristiwa cabul itu terjadi sekitar bulan Januari,puncak musim hujan dan puncak curah hujan di Indonesia. Mungkin karena kami sudah merasa cocok dan sudah merasa “click”,Mas Peter tidak keberatan menginap di kamarku. Apalagi esok harinya hari libur. Kami berbaring berdampingan di tempat tidur yang lebar itu [muat dua orang] sambil menonton TV. Aku merasa bahagiaaa sekali berbaring di samping laki -laki pujaanku itu. Lalu kataku : “Supaya nyaman tidurnya.Kalau mau dilepas pakaian -nya lepas saja Mas. Jangan ragu-ragu kataku”. “Dikamar mandi ada dua sikat gigi.Kalau Mas Peter mau sikat gigi”, tambahku lagi. “Ya.Terima kasih”,kata Mas Peter.Lalu dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Tanpa menutup pintu kamar mandi,Mas Peter aku dengar menggosok gigi lalu kencing. Suara air-kencingnya mancur ke dalam toilet [lobang kakus] terdengar amat merdu di telingaku. Aku berbahagia dapat mendengarnya! Ketika sudah keluar dari kamar mandi, Mas Peter berkata : “Saya tidur buka pakaian ya?” “Ya. Silahkan Mas. Anggap dirumah sendiri saja”, kataku. Sambil akupun cepat-cepat bangkit dari tempat tidur untuk melepaskan penutup- luar tubuh -ku sampai aku hanya berkancut saja. Saat itu juga Mas Peter juga melepaskan penutup- luar tubuhnya dan dia hanya mengenakan kancut yang minim dan rendah [jockstrap- thong]. Bagian belakang kancutnya hanya berbentuk tali-kain buat sekedar penutup belahan pantatnya! Bagian samping kancutnya nyaris terbuka dan berupa suatu rantai -logam penyambung bagian depan dengan belakang kancutnya! Sedangkan bagian depan kancutnya amat minim dan rendah,tapi tampak cukup kuat untuk menahan biji- pelernya agar tidak kondor [burut, hernia, turun berok]. Aku tahu,kancut semacam itu buatan luar-negeri dan harganya bisa mencapai US$ 30-,yaitu sekitar Rp 350.000,- per potong.Karena disainnya exclusive dan maximum exposure.Mungkin Mas Peter membeli atau pesan dari Malaysia atau Singapura. Dalam keadaan nyaris telanjang-bulat begitu – aku dapat menyaksikan keindahan tubuh Mas Peter- ku. Otot dadanya amat menonjol ke depan dan ditancapi oleh sepasang puting-susu yang tegang- melenting! Perutnya kencang dan rata, tapi dihiasi tonjolan otot yang membentuk six- packs.Lengannya besar dan kekar dan di bawah lengannya terjepit seberkas bulu-ketek yang hitam dan lebat!Seakan jadi bukti kejantanan dan kedewasaannya yang sempurna!Tidak tampak ada bulu di dada atau perutnya.Hanya saja, karena kancutnya rendah, maka bagian atas jembut-nya dapat terlihat jelas, amat indah dan jantann! Aku hampir menggigil karena terangsang melihat keindahan dan kejantanan tubuh-militer Mas Peter! “Kenapa tidak buka semua saja.’Kan kalau tentara tidur, biasanya buka semua”, kataku mengingatkan Mas Peter. Aku ingat cerita teman- temanku yang tentara yang menyatakan bahwa mereka sudah biasa dilatih tidur telanjang-bulat selama pendidikan militer. “Ya. Betul juga.Saya biasanya tidur buka semua”, kata Bang Peter sambil dia menanggalkan kancut minimnya melalui kedua kakinya sehingga dia pun telanjang-bulat.Ketika itulah aku dapat menyaksi-kan dengan mata-kepala sendiri,ukuran kontol Mas Peter yang besar!Mungkin tak kalah dengan ukuran kontol Ricardo Gelael,Samson [pacarnya Dallilah], Goliath atau bahkan Hercules atau simply hampir sama dengan ukuran kontol kuda Arab atau kontol kuda Australia [gede!!!].Kontol Mas Peter disunat ketat [high and tight]. Aku bangga sekali “dipercaya” oleh Mas Peter untuk menyaksikannya bertelanjang-bulat dan untuk tidur bareng dengan dia bertelanjang-bulat. Aku juga bersyukur karena sesuai dengan harapanku, ternyata ukuran kontol Mas Peter sungguh besar! Maka untuk menghormati Mas Peter,aku pun selaku tuan- rumah, melepaskan kancutku. Sehingga kami berdua pun telanjang-bulat seperti Taruna Akmil dan Capratar waktu akan tidur pada malam hari. CLIMAX DAN PUNCAK SYAHWAT Setelah bugil telanjang- bulat,sebelum dia naik ke tempat tidur, Mas Peter masih sempat melakukan push up dan sit up sampai ratusan kali! Aku jadi bertambah kagum padanya.Selesai push dan sit up, Mas Peter[dalam keadaaan dia bertelanjang bulat] melakukan gerakan-gerakan senam untuk membuat relax otot-otot tubuhnya. Selesai dengan ritual itu barulah Mas Petar naik ke tempat tidur.Dia tidak langsung tidur. Melain-kan berbaring terlentang setengah duduk.Punggung-nya disangga bantal, kedua tangannya ke atas dan kakinya mengangkang.Sehingga bagian depan tubuh-nya, termasuk kontol dan biji- pelernya beserta jembutnya terpapar[exposed] ke depan.Begitu juga kedua belah ketiaknya beserta bulu- keteknya yang hitam, lebat, jantan, indah dan merangsang itu tampak terpapar ke depan. Aku makin terangsang berbaring di samping lelaki tampan,menawan,jantan dan bertelanjang begitu dan dalam posisi yang amat menantang itu!Nafasku jadi memburu,jantungku berdebar-debar,darahku berdesir -desir, bergolak, mendidih, naik ke otak! Untuk mencairkan suasana yang merangsang itu,aku memulai pembicaraan dengan memuji kontolnya yang memang besar, indah, dengan kepala-kontol [glans penis] yang amat menggoda.Agaknya seluruh kulup-nya sudah habis dipotong waktu dia sunat! Karena kontol Mas Peter tampak benar-benar ketat dan “terbuka” tidak tampak ada sisa-kulup sedikitpun di kontolnya. Kataku : “Batang Mas Peter bagus, sunatnya ketat sekali”, dengan nada sungguh- sungguh. Tanpa aku sangka- sangka,Mas Peter memegang kontolnya seakan mau menunjukkan kepadaku.Sambil menggenggam kontolnya dengan tangannya, Mas Peter berkata bangga : “Ini disunat dua kali. Yang pertama waktu saya masih kecil, umur lima tahun.Yang kedua setelah saya jadi tentara”,kemudian seperti umumnya para tentara,dengan bangga Mas Peter bercerita tentang proses sunat-ulang yang diwajibkan kesatuannya [waktu dia baru masuk] dan dilakukan cara militer [tanpa anesthesi sama sekali!!!].Katanya rasanya SAKIT SEKALI! [EXCRUCIATING PAIN]. Kata Mas Peter lagi : “Wah! Waktu saya disunat- ulang,sakit sekali, Mas! Tapi untung saya nggak pingsan”,kembali aku dapat menangkap nada bangga dalam nada kata-kata Mas Peter waktu itu! Ketika itu aku sudah nanar, kalap.Nafsuku tidak terkendali lagi.Aku pun nekat dan memohon dengan sopan dan baik-baik kehadapan Mas Peter : “Gimana kalo saya isap, Mas..?” “Gimana Mas..?”,aku dapat mendengar pertanyaan Mas Peter ingin menegaskan maksudku. Langsung aku jawab : “Kalau boleh,saya mau isap,Mas.Kelihatannya perlu diisap.Batang Mas Peter agak tegang”. “Wah! Tentu boleh, kalau mau bantu isap. Memang sudah dua minggu saya nggak keluar mani. Sibuk latihan terus di lapangan”, kata Mas Peter lagi. Aku tak menunggu lama lagi! Aku langsung menunduk di arah selangkangan Mas Peter lalu aku mengisap dan menjilati kontol Tentara-ku dengan penuh perasaan cinta, pengabdian dan penyerahan diriku secara total! Sementara itu tanganku juga menjelajah tubuhnya yang terasa ketat, keras dan teramat jantan,pada puting- susuya, permukaan dada, permukaan perut, jembut,bulu ketek semuanya aku jamah-rayah, tekan – tekan, sodok-sodok, elus-elus dan aku mainkan. Aku dapat merasakan gelinjang, geli, nikmat, di tubuh Tentara-ku yang perkasa itu. Jari telunjuk-ku juga tidak melupakan sodokan-sodokan ringan dan nikmat ke dalam belahan silitnya dan lobang pantatnya menjangkau ke arah kelenjar prostatnya. Aku seakan hanyut dalam kenikmatan, penyerahan [submission] dan pengabdian! Keluhan dan lenguhan kenikmatan mulai terdengar dari mulut Tentara- ku yang perkasa MMPPH..MMMPH..MMMPH! Sambil dia mulai mendorong dan memompa-mompakan kontolnya ke arah mulutku! Seakan dia masih ingin menambah lagi dan menambah lagi kenikmatan di kontolnya dan akhir-nya… Mas Peter berbisik lirih dengan nada yang seakan khawatir kalau wajahku terkena pancaran pejuhnya : “Saya sudah mau keluar,Mas”,dan hampir bersamaan dengan itu : CROOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOOT! Pejuh-militer Mas Peter pun muncrat tak tertahan, putih, banyak, kental, dan berbau khas pejuh!Semuanya aku isap dan aku telan sebagai bukti pengabdian dan penyerahan totalku kepada Sang Tentara Perkasa itu! Sambil minum pejuh dan menyaksikan pancaran pejuh Mas Peter aku mengocok kontolku,aku juga tak lupa merangsang puting susuku sampai akhirnya kontolku jadi makin tegang,makin tegang,main merah,makin berkilat membara dan lalu……CROOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOT! Pejuhku juga muncrat dan aku merasa nikmnatt!Semua itu di bawah pandangan mata Mas Peter.Pejuhku aku biarkan saja muncrat dan berceceran di seprei putih tempat-tidur hotel-mewah itu