INES 2 Tragedi Pulang Kerja
- Home
- Cerita Porno
- INES 2 Tragedi Pulang Kerja
Aku lihat jam tangan ku sudah menunjuk pukul 12. Waktunya makan siang tiba. Sandra dan Anin mengajak ku untuk makan keluar. Aku nurut aja, tapi sungguh tak nyaman karena aku tak mengenakan CD. Juga rok ku cukup ketat dan pendek.
Aku sungguh risih harus berjalan melewati kerumunan orang menuju mobil Anin.
Singkat cerita kami tiba di tempat makan. Kemudian kami memesan makanan. Aku hanya memesan soto dan teh panas. Perut ku cukup lapar setelah tadi dihajar Pak Burhan.
Setelah makan aku kembali ke kantor. Pak Burhan menghampiri ku,
“Mbak Ines saya tunggu di gudang A, datang sendiri kalo gak mau kejadian tadi kemana-mana”, kata Pak Burhan pelan namun mengancam.
“Iiyaaa pak”,
“Setengah empat”.
Aku benar-benar takut, namun juga tak berani menolak. Kerja ku siang itu sungguh tidak fokus. Omongan Bu Mei tidak ku perhatikan, bahkan canda Anin pun tak ku gubris.
Pukul setengah empat aku merapihkan meja ku dan mencoba pergi ke gudang belakang. Namun aku sungguh takut dan ragu. Takut kejadian itu disebar oleh Pak Burhan. Hingga hampir jam empat aku baru tiba di gudang. Keadaanya sudah sepi karena sebagian sudah pulang.
“Hei mbak lama bener!!”, teriak Pak Burhan.
“Maaf pak tadi saya dipanggil Bu Mei”, jawab ku takut.
“Sini cepat masuk”.
Aku masuk ke ruang kantor gudang, sudah sepi cuma ada meja dan beberapa kursi.
“Jangan kesana, nanti kelihatan CCTV satpam”, bentak Pak Burhan.
“Eh maaf”,
“Sini ke belakang stok kertas”.
Sungguh kaget bukan kepalang disitu sudah ada sebuah kasur busa. Aku pasti akan diperkosa.
“Pak tolong jangan apa-apain saya, saya janji mau bayar berapa pun”,
“Saya gak butuh uang mbak, mau semua orang tau, suami mu juga tak kasih tau mbak gimana?”,
“Tolong pak jangan”, suara ku memelas dan mulai menangis takut.
“Makanya nurut, jangan macam-macam apalagi teriak, percuma disini gak ada sapa-sapa, satpam juga jauh.”
“Duduk di kasur itu cepat”,
Aku duduk dikasur itu karena posisi kasur dibawah jadi aku agak sedikit berjongkok.
“Buka celana ku”, perintah pak Burhan.
“Iya pak”,
tangan ku membuka celana Pak Burhan dan keluarlah tongkol yang sudah setengah tegang.
“Kulum dan jilatin”,
“Iya”, aku takut namun sudah kepalang tanggung.
“Oohhh mulut mu enak banget mbak, pinter banget main lidah”,
Setelah lima belas menit dioral kontol Pak Burhan benar-benar mengeras. Aku didorongnya hingga terhempas ke kasur. Bibir ku dilumatnya dengan ganas. Lidahnya liar menjejali mulut ku. Lidah kami beradu, liur kami bercampur jadi satu. Telinga ku dilumat hingga aku kelenjotan tak karuan.
Jilatannya beralih ke leher ku, rasa geli menjalar keseluruh tubuh ku. Kancing baju ku dibuka satu persatu. Dada ku dijilati, lidahnya semakin liar membuat ku mendesah. Tangannya dengan terampil berhasil melucuti BH ku.
Kedua bukit kembar ku di lumatnya. Tangannya meremas buah dada ku, mulut dan lidahnya bermain disitu. Namun lagi-lagi puting ku tak disentuhnya. Gemas rasanya pengen segera dikenyotin. Cukup lama dia bermain di payudara ku sampe aku sungguh sebal, kenapa tidak disedot puting ku.
Kemudian, dia sedot puting ku dengan sangat kuat.
“Sruuuuupppttt sruuuuuppppppttt sruuuuupppptttttt”, suara kenyotan Pak Burhan.
“Aaahhhhhh pak pelan, nanti copot”,
“Eh iya mbak, maaf abis susu mbak montok abis”.
Payudara ku memang tak terlalu besar hanya saja bulat penuh dan juga aku memang belum punya anak.
Tangan Pak Burhan meraba meki ku, tepi tetap tak melepas kenyotannya. Dikocoknya pelan meki ku. Sungguh serasa melayang. Belum sempat aku selesai menikmati, tangan ku ditarik dia ngajak aku main 69.
“Pakkkk udahhhhhh meki kuuuuhhhhh diapaaiiinnnnnn????”,
“Udah diem aja, emut tuh kontol”,
Ku kulum kontol itu, lidah Pak Burhan keluar masuk di meki ku. Geli luar biasa tepat di itil ku.
“Ahhhhh uuuuuhhhhhhhh itiiiillllll kuuuuhhhhpaaaaaaakkkk”.
Setelah puas main 69 aku diposisikan menungging dan tanpa ragu kontol gemuk itu menusuk lubang surga ku.
“Aahhhhhhhhh aampunnnnnn paaaakkkkk besaaaaaarrrrrrrrr”,
“Apa yang besar?”,
“Punya bapakkkkkk besaaaaaaarrrrr”,
“Bilang yang jelas!!”,
“Kontol bapakkkkkk bessssaaaarrrrrr”,
Aku digenjot dari belakang, susu ku bergoyang seirama entotan Pak Burhan.
“Ayo ngentot sambil jalan”, ajak Pak Burhan.
“Ahhh ahhhh aahhhhhh ggimanaaaaa caaarraaaanyaaaaa”,
Aku ditarik hingga setengah berdiri, tangan ku ditarik kebelakang. Kemudian badan ku didorong dari belakang. Sensasi yang luar biasa, dientot sambil jalan.
Aku didorong sampai ke dekat ruangan kantor.
Tiba-tiba hp mu berdering, telpon dari suami ku.
“Angkat aja gpp mbak”, kata pak Burhan.
“Ya pakkkk”, aku nurut aja sambil tetap dientot dari belakang.
“Halo mah, mamah dimana?”,
“Iyaahh paaah lagii di gudang belakangggg hitung stookkk”, pak Burhan malah makin hot mengentot aku.
“Kok suara mamah kayak abis lari-lari gitu”,
“Gak kok paaahhh, banyakkk debuuu iniiihhh, kelluuuuuaaaaarrrrr”, aku orgasme saat ditelpon suami ku sambil dientot Pak Burhan.
“Apa yang keluar?”,
“Mamah bentarrr lagiii keluarr”,
“yaudahh papah tunggu di pos satpam aja”, ku tutup telpon ku. Ku lihat pak Burhan tersenyum melihat ku orgasme saat ditelpon.
Aku ditarik masuk ruangan kantor. Aku di tidurkan diatas meja, dan pak Burhan menggenjot aku. Padahal disitu ada CCTV satpam.
“Ahhhhh pakkkkk jangannnnn disiniiiiiihhhh”,
“Apa mbak takut suami mbak liat?”,
“Iyaaaaa pakkkkkk udahhhhhh”,
“Biar saja jadi tontonan live sex”,
“Jangannnn paaaakkkkk ahhhh aaahhhhh”.
Pak Burhan makin liar posisi ku diatur sedemikian hingga sampai wajah ku pas ke arah kamera. Dalam posisi takut itu, aku malah mau orgasme lagi.
“Aaahhhhhhggghhhhhhh udaaahhhhhh paakkkkkk akkkuuuuuhhhhh mauuuu keluuuaaarr”.
Saat aku mau keluar genjotan pak Burhan berhenti.
“Kok berhenti pakkkkk?”, desah ku.
“Hehehehehe sudah nafsu ternyata”.
Sungguh aku malu dipermainkan oleh pria itu.
Aku di genjot lagi dan aku benar-benar keluar.
“Aaaaahhhhhhhhhh keluuuaaaaaaaaarrrrrrr laagggggiiiiiihhhhhhhh”, aku orgasme lagi.
Kemudian aku ditarik dan aku berada diatas pak Burhan. Aku entot kontol besar itu. Aku gak menggubris kamera CCTV itu. Aku sudah nafsu berat.
“Ahhh ahhhhh aaaahhhh aaaaaaahhhhh koonnntooooollllllll”, aku mengoceh tak karuan.
Toket ku dikenyot lagi oleh Pak Burhan. Sambil dientot, susu ku disedot kuat-kuat.
“Aku mau keluarrrrrr laggggiihhh pakkkk”,
“Bentar barenggiinnn aku mbaakkkk”,
“Jangaaaannnn di dalaaammmmm paakkkkkkk nantiiii akuuuuuu haaaaammmmiiiilllll”,
“Biar mbak ines dapat anak dari saya aaahhh”,
“Crrrroooooooooottttt crrrooootttttt crrroooooooottttt”.
Tiba-tiba keluarlah lahar panas pak Burhan langsung ke dalam rahim ku. Toket ku dicengkeram kuat.
“Ahhhhhhhh pejuuuuhhhh mmuuuuuu angggeeeeeettttt pakkkkkk”,
Liang ku terasa hangat dibanjiri pejuh pak Burhan.
Pejuh kami bercampur jadi satu dalam rahim ku. Kontol pak Burhan belepotan pejuh dipaksa masuk mulut ku. Asin rasanya, benda panjang itu merangsek masuk mulut ku.
Setelah itu cepat-cepat aku lari ke kamar mandi gudang. Ku bersihkan badan ku dari pejuh dan keringat. Didalam kamar mandi Pak Burhan minta di oral lagi sampe keluar didalam mulut ku.
Aku bergegas keluar dihantar Pak Burhan naik motornya.
“Pak CCTV tadi gimana? Nanti suami ku tau”,
“Tenang aja gampang, biar saja”,
“Pak tolong, saya kan sudah nurut”, aku memelas.
“Itu urusan ku, mbak Ines tenang aja”,
Sampai depan aku langsung menarik tangan suami ke mobil. Suami ku memang sedari tadi didalam pos Satpam.
“Pak Burhan makasih sudah ngantar Ines”, kata suami ku menyapa.
“Iya mas tenang aja, tiap hari juga gak apa”,
“Saya duluan pak”, tambah suami ku.
Dalam mobil wajah ku murung dan hampir menangis.
“Pah tadi di pos liat apa aja?”, tanya ku dengan nada takut.
“Gak liat apa-apa, kenapa?”, jawabnya ketus.
“Terus kenapa marah?”,
“Gak apa mah”.
“Ih si papah gtu”, aku agak jengkel dan takut.
“Apa mungkin aku hamil???”, kata ku dalam hati…,,,,,,,,,,,,,,,,,