Indah Pada Akhirnya
| Aku tidak pernah membayangkan akan menulis cerita ini dalam seumur hidupku, tetapi keindahan ini terlalu
berat untuk kubawa sendiri menembus masa depan yang penuh misteri.
16 Februari 2002
Riuh suara mesin judi di suatu tempat di Jakarta menyergapku waktu aku memasuki ruangan yang cukup luas
dan ber-AC kencang. Setelah beberapa saat berkeliling aku menemukan sebuah mesin yang kosong dan cukup
menarik minatku untuk mencoba.
Pada awalnya aku tidak begitu memperhatikan sekelilingku, setelah beberapa saat aku menoleh ke samping
kiriku dan melihat seorang wanita yang dalam taksiranku berumur sekitar 32-36 tahun (pada akhirnya aku
tahu bahwa dia ternyata telah berumur 42 tahun) dan aku merasa nyaman karena umurku pada waktu itu juga
32 tahun. Setelah beberapa saat kami saling menyapa sekedarnya, dia menghembuskan rokoknya dengan muka
muram. Aku kemudian iseng mengajaknya.
“Kita makan keluar yuk, soalnya hari ini peruntunganku jelek, dari tadi kalah terus”.
Dia hanya tersenyum simpul dan dingin sambil mengacuhkan aku. Kemudian dia berpindah tempat dengan
seorang perempuan lain yang ternyata pada akhirnya aku tahu bahwa dia adalah adiknya dari lain ibu.
Setelah beberapa lama, aku memutuskan untuk pulang dengan uang yang hanya tersisa Rp 500 ribu di
kantong. Pada saat aku melangkah keluar, aku melewati dia dan bertanya lagi..
“Mau makan bareng?” dia terdiam beberapa saat dan lalu berbisik dengan adiknya.
“Mau makan kemana?” tanyanya kembali pada akhirnya.
“Nanti gampang kita cari yang kamu suka” jawabku.
Dia bangun dari mesin Mickey Mouse itu dan ikut bersamaku keluar lokasi menuju tempat parkir mobil.
Sampai saat itu aku belum dapat melihat wajah dan bentuk tubuhnya hingga di lokasi parkir mobil. Ketika
memasuki mobilku, aku memandang sosok tubuh semampai kurang lebih 157 cm dengan berat 45 kg, anggun tapi
penuh kemuraman di wajahnya.
Saat keluar dari lokasi, sama sekali tidak terbersit aku akan mengalami suatu love affair yang dahsyat
dan akan membuat suatu perubahan dalam jiwaku. Mobil terus melaju dan kami tetap saling terdiam sampai
aku mencoba mengarahkan mobilku ke suatu motel di kawasan Jakarta Utara, dimana mobil bisa langsung
masuk ke dalam garasi yang tersedia di tiap kamar motel tersebut. Pada saat aku memasuki motel tersebut
dia dengan dinginnya berkata..
“Memangnya di sini ada makanan?” Aku cukup gugup dengan nadanya yang datar, tidak terkesan takut tidak
juga senang.
“Aku mau ngobrol sama kamu di sini” jawabku.
“Apa nggak ada tempat lain yang lebih bisa buat ngobrol?”, tanyanya.
“Kalau kamu keberatan nggak pa-pa, kita keluar lagi dari sini” jawabku.
“Nggak usah, kita sudah sampai, ya sudah kita turun”.
Jantungku mulai berdegup. Apa dia tahu maksudku?, tanyaku dalam hati. Kami turun dan aku membayar sewa
kamar untuk 6 jam tersebut. Di dalam kamar aku memperhatikan keanggunan dia, bertubuh langsing, rambut
tebal terikat ke belakang dan ditambah wangi parfum yang mahal dan wajah yang dingin. Dia hanya menyedot
rokoknya dengan tenang dan berkata menyindirku..
“Kita mau pesan makanan atau mau saling lihat-lihatan di kamar ini?”
Aku bangkit dan berjalan menghampiri tempat duduknya dan mendekatkan wajahku ke wajahnya, kemudian aku
mencium pipinya halus dan berbisik..
“Jangan tanya kenapa aku membawa kamu ke sini, tapi tanya hatimu kenapa kamu mau aku ajak ke sini?” Dia
menatapku tajam dengan mata yang di kemudian hari menjadi mata yang aku cintai dan berkata..
“Kamu cukup punya nyali ya? Belum kenal, belum tahu nama, sudah main bawa ke kamar. Apa ini
kebiasaanmu?” Aku terdiam dan dan mundur menjauh.
“Kalau ya kenapa dan kalau ini baru pertama kenapa?” Dia bangkit menuju kamar mandi seraya berkata..
“Aku mau kita pulang” lalu ia memasuki kamar mandi. Aku hanya bisa termenung dan memutuskan untuk
pulang. Pintu kamar mandi terbuka dan ia keluar, ada sesuatu yang mempesonaku saat ia keluar dengan
rambut terurai seraya berkata..
“Ayo pulang, aku tidak mau ditipu sama anak seperti kamu”
Tiba-tiba entah dari mana keberanian itu, aku memeluk dia dan mencoba menciumnya. Pada awalnya dia agak
berontak tapi akhirnya berdiam pasif dan dingin. Bibirnya hanya diam dan terkatup. Bibirku mencari celah
rongga bibirnya dan lidahku mencoba memasuki bibirnya. Perlahan tapi pasti aku bisa memasuki bibirnya
dan menemukan lidah yang kucari.
Pada awal lidahku berhasil mendapati lidahnya, tubuhnya agak tergetar tapi diam kembali. Perlahan tapi
pasti aku menyedot lidahnya berputar perlahan dan menikmati setiap lekuk dari bibir dan lidah yang
kurasa nikmat itu. Tanpa kusadari, aku mendorong dia rebah ke ranjang. Lidahku mencari lidahnya keluar
masuk, berputar dan kusedot dengan perlahan.
Nafasnya mulai tersengal, tanganku mulai meraba dadanya dan menemukan buah dada yang begitu kenyal
(dalam usia 42 tahun, masih seperti gadis 20 tahun). Lidahku merayap ke belakang telinganya dan
menciumnya dengan birahi yang bergelora, tanganku kesulitan membuka pakaiannya sehingga aku bangkit dan
mencoba membuka bajunya. Dia memegang tanganku dan matanya menatapku tajam lalu beberapa detik terdiam
dan sesudah itu ia berkata..
“Biar aku sendiri yang buka, aku takut kamu merobek baju ini”.
Jantungku berdebar keras pada saat ia membuka pakaiannya satu persatu. Pada saat pakaian atasnya
terbuka, aku melihat buah dada berukuran 34B dibalut dengan BH sutra tipis yang mewah sekali. Kemudian
Ia membuka rok panjang yang ia gunakan dan terpampanglah sesosok tubuh yang sempurna dimana pinggul dan
pantatnya yang begitu montok dan berisi dibalut oleh sebuah g-string warna hitam sewarna dengan BH-nya.
Nafasku memburu, kejantananku mengeras di balik celana panjangku dan cukup menyakitiku sehingga aku
langsung membuka kemeja dan celanaku dan hanya tinggal mengenakan CD warna hitam. Dia melihatku dan
wajahnya agak berubah melihat CD yang aku kenakan sewarna dan juga semi g-string. Tanpa membuang waktu,
aku menghampirinya dan dengan keahlianku, dengan sekali sentak, BH-nya terbuka.
“Kamu kayanya ahli membuka BH perempuan yah?” (Ucapannya itu yang sampai saat kami terakhir bersama pun
selalu diucapkan olehnya).
Dengan telah terlepasnya BH-nya, aku menemukan sepasang bukit kenyal yang seharusnya menjadi milik anak
gadis berusia 20 tahunan dan bukan milik seorang wanita berusia 42 tahun dengan 3 anak dan 2 cucu. Tanpa
membuang waktu, mulutku mencari puting susunya dan menyedotnya lama dan lembut, di dalam gerakan lidahku
yang secara perlahan berangsur cepat dan bertambah keras, aku merasa putingnya mengeras dan membuatku
menggigit mesra dan lembut hingga terdengar rintihan halus dari bibirnya.
Dalam posisi berdiri itu, aku menengadahkan wajahku tanpa sedikit pun melepas puting yang kini telah
kugigit-gigit dengan dengan gemas dan kusedot sampai setengah buah dadanya masuk dalam lahapanku yang
penuh nafsu berahi. Kulihat seraut wajah itu terpejam sambil menggigit bibir seraya merintih halus
seakan tidak rela desahan nafsu terlontar dari bibirnya.
Aku merebahkan tubuhnya dan mulutku berpindah dari buah dada yang satu ke yang buah dada yang lainnya.
Barangku mengeras dan menempel di pahanya yang mulus, bergesek liar menambah api birahi yang membakarku.
Mulutku meninggalkan payudaranya dan turun menelusuri perutnya yang rata tidak berlemak, aku mencium
belahan dalam pahanya yang terbalut g-string yang sexy sekali.
Mulutku terus menuruni pahanya ke arah lutut dan betisnya. Mulutku mencari setiap jari kakinya dan
menciumnya sambil menggigit perlahan dan berpindah ke kaki yang lainnya. Setelah beberapa kali aku
ulangi, mulutku mencari lututnya dan menciuminya dari semua arah baik dalam maupun luar hingga tubuhnya
menggelinjang hebat dan dia mencoba melepaskan pahanya dari mulutku, tapi tanganku menahan pinggulnya
dan lidahku bergerak liar menelusuri permukaan g-string yang menutupi celah yang aku dambakan. Lidahku
menyapu permukaan g-string dan mencari celah untuk menyelinap. Dengan sedikit gerakan jariku, lidahku
menyapu kelentitnya hingga dia mengerang sambil berdiri dari posisi tidur, lalu berkata..
“Aku buka dulu CD-ku, aku takut kamu menggigit dan merobek CD ini”, ujarnya lalu dia mengangkat sedikit
pinggulnya dan menarik turun CD-nya.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya karena aku tahu bahwa dia menggunakan waktu membuka CD-nya
untuk mengatur nafas yang telah sampai di ujung birahinya. Tanpa membuang waktu, begitu CD-nya telah
terlepas, aku langsung saja membenamkan wajahku di tengah lubang kenikmatannya, tapi dia menggelinjang
dan menahan wajahku sambil berkata..
“Kamu nggak adil, kamu sendiri belum dibuka!”
Aku hanya tersenyum melihat wajah yang cantik dan seksi di mataku itu tengah tersengal-sengal mencoba
mengatur nafasnya. Aku bangkit dan mundur sedikit sambil tanganku membuka CD semi g-stringku di
hadapannya pelan-pelan. Matanya tidak berkedip melihat kejantananku yang berukuran 17 cm dengan urat-
urat pembungkusnya telah tegak mengeras dan membundar di depan matanya.
Tanganku mengelus kepala helm kejantanananku dan secara tiba-tiba, pada saat dia sedang melihat
kejantananku aku menyentakkan kedua kakinya sehingga dia telentang dan berjongkok dan dengan secepat
kilat meletakkan bibirku pada bibir vaginanya. Sebelum tangannya sempat mencapai kepalaku dan menolaknya
lagi, lidahku sudah menjilat belahan vaginanya dengan jilatan panjang.
Tubuhnya bergetar dan mulutnya melenguh panjang. Begitu mencapai kelentitnya, aku langsung mengunyahnya
secara halus dan panjang hingga ruangan kamar ini dipenuhi oleh rintihan dan lenguhan birahi yang
membuatku kesetanan karena pada setiap rintihannya aku semakin terbakar nafsu dan kejantananku semakin
mengeras dan berdenyut mencari tempat untuk menjepitnya.
Lidahku semakin lincah dan semakin rajin keluar masuk goa kenikmatannya. Tangannya mencengkeram kepalaku
dan menarik rambutku sambil terus merintih keras. Lidahku bergerak cepat dan kadang lambat tapi
menggesek kasar di celah goa kenikmatannya.
“Stop.., ampun, aku mohon stop jangan buat aku jadi gila!!”, pintanya dengan setengah berteriak. Aku
tidak mempedulikannya dan terus mencengkram kedua pahanya yang melingkari leherku.
Beberapa detik kemudian aku merasa pinggulnya terangkat dan mengejang. Aku tahu dia akan mencapai
klimaksnya. filmbokepjepang.com Aku menahan pinggulnya dan lidahku mencari kelentitnya dan kembali aku mengunyahnya dengan
lembut tapi bertenaga hingga aku merasa kepalaku dijepit oleh kedua pahanya, rambutku dijambak sekeras-
kerasnya olehnya dan keluarlah rintihan panjangnya diikuti keluarnya suatu cairan yang amat aku sukai.
“Ahh, shit, shit kamu gilaa!!” Kemudian kusaksikan suatu pemandangan yang membuat birahiku menggelora.
Wajah yang penuh dengan keringat, mata terpejam, rambut yang berantakan menutupi wajahnya dan nafas yang
tersengal-sengal.
Dalam beberapa detik setelah aku puas menjilati cairan kenikmatannya, aku bangkit dan membuka pahanya
dan menaikkan kedua kakinya ke pundakku, dengan posisi demikian aku memiliki posisi yang paling ideal
untuk memasukkan kejantananku sedalam-dalamnya ke goa kenikmatan yang telah bergelimang cairan
birahinya. Aku mulai meletakkan kepala penisku dan menggosoknya pelan-pelan. Setelah siap, aku mendorong
kepala penisku memasuki gerbang kenikmatan tersebut.
Pada saat kepala penisku yang cukup besar (semua wanita yang pernah merasakan kejantananku selalu
mengatakan kepala penisku lebih besar dibandingkan ukuran normal) memasuki lubang tersebut, dia hanya
bisa merintih pelan. Aku menahan sebatas kepalanya tertelan oleh leher vaginanya dan berdiam beberapa
saat. Aku mulai mendorong sampai setengah batangku menggesek pelan dan terasa nikmat sekali, sesudah itu
menarik kembali sebatas leher helm kejantananku dan mendorongnya pelan kembali menembusnya sampai
setengah panjang batangku.
Aku melakukannya selama lebih kurang sepuluh kali dan aku agak menekan kedua kakinya mengangkang dan
membukanya lebar sambil kutekan sekuat tenaga tetapi lembut dan pada saat aku mencapai batas terdalam
dan menemukan daging kenikmatan yang menggesek kepala helm kejantananku, detik itu pula tangannya
menyambar kepalaku dan menarik kepalaku untuk mencari bibirku dan menciumnya liar sekali.
Aku mendiamkan keadaan ini beberapa saat dan aku merasa suatu cairan nikmat hangat merembes dari dalam
vaginanya, ia dua kali keluar, pikirku. Sambil tetap berciuman aku menarik batangku sebatas helm yang
terjepit erat oleh otot cincin vaginanya dan mendorong kembali sedalam-dalamnya sambil memberatkan
seluruh tubuhku ke pinggangku dan kembali menemukan kenikmatan gesekan seluruh batangku bergesekan
dengan dinding vaginanya yang mencengkeram erat sampai kepala penisku menggesek kasar daging menonjol
dalam vaginanya dan ia merintih panjang dan menyedot lidahku kuat-kuat.
Tiba-tiba pada saat posisi terdalam itu dia menarik leherku dan menaikkan pantatnya dan menggoyangnya
pelan tapi ditekan sedalam-dalamnya hingga aku terlontar ke sorga ketujuh. Putarannya begitu pelan tapi
menekan dalam sehingga kepala penisku terasa digosokkan total dengan daging dalam vaginanya sambil
seluruh batangku diremas-remas oleh otot dinding vaginanya.
Dan tiba-tiba ia merintih keras sambil mencakarku keras dan memedihkan punggungku. Dia terlontar
melepaskan pelukannya pada leherku sambil pahanya tetap tersangkut di pundakku. Lalu ia tergeletak
tersengal-sengal dan aku merasa kembali cairan hangat merembes keluar dari vaginanya. Aku sudah sampai
di ujung nafsuku dan aku mencabut kejantananku sambil membalikkannya pada posisi telungkup. Aku
menaikkan pinggul dan pantatnya dalam posisi doggie style walaupun kulihat dia sudah kehabisan tenaga.
Setelah posisinya pas, aku mendorong kejantananku amblas dalam suatu sentakan keras dan ia merintih
sambil tangannya meremas sprei di bawahnya. ceritasexdewasa.org Di kaca besar yang disediakan di kamar ini aku bisa melihat
kejantananku keluar masuk dengan suatu sentakan keras tapi dalam irama lambat. Kepalanya yang menunduk
disertai rambut yang terurai lebat membuatku serasa berada di awan birahi dan tiba-tiba aku merasa dia
menggerakkan pinggulnya mendorong balik setiap gerakanku ditambah gerakan memutar keras hingga kepala
kejantananku seperti diremas-remas hangat dan ketat dan digesekan sekerasnya dengan daging di dalam
vaginanya.
Agak lama kami melakukan ini sampai kepala penisku terasa agak panas, denyut kenikamatan yang sangat
luar biasa aku rasakan setiap aku menggesek keluar dan masuk lubang itu. Aku makin dalam mendorong
ditingkahi rintihannya yang semakin keras dan aku merasa denyut batang kejantananku merambat ke arah
kepala penisku dan otot vaginanya mengimbangi dengan denyutan lembut yang semakin cepat.
Tuhan, aku belum pernah mengalami kenikmatan seperti ini, begitu lembut tapi sangat terasa dalam setiap
gesekan dan tekanan, batinku berbisik di ambang ledakan kenikmatan diriku. Dan pada tekanan terakhir aku
mencengkeram pinggulnya dan mendorong sekuat-kuatnya dibalas dengan dorongan balik oleh pinggulnya,
srett, srett, srett semburan demi semburan aku menumpahkan semua birahi yang terkumpul sejak tadi dalam
lubang kenikmatannya dan disusul denyutan keras dinding vaginanya dan tangannya mencari pahaku untuk
dicakar sekeras-kerasnya.
Dalam beberapa saat aku merasa tulangku dilolosi semua dan mataku terpejam menikmati detik-detik saat
aku mengeluarkan seluruh cairan kenikmatan di dalam lubang surgawi yang sedang aku masuki ini. Kepalaku
berdenyut keras seiring setiap semburan yang aku keluarkan. Setelah itu badai itu mulai mereda walau
dalam posisi diam tidak bergerak tapi setiap otot kami berdua bekerja diluar kehendak dan berdenyut
keras sampai pelan-pelan melambat. Setelah aku membuka mata, perlahan-lahan aku mencabut batangku yang
masih mengeras dan tubuhnya langsung tergeletak lemas seakan pingsan. Aku merebahkan tubuhku di
sampingnya dan memejamkan mata.
Aku melihat handphone yang tergeletak di samping ranjang dan melirik jam, 1 jam 20 menit sejak aku
menunggu dia keluar dari kamar mandi dan memutuskan untuk pulang. Sejam lebih kami bergulat dalam lautan
birahi!! Aku mencoba melihat lagi dan memastikan bahwa aku tidak salah melihat jam. Aku melirik ke
arahnya dan melihat sepasang bola mata yang menatapku tajam.
“Jam kamu pukul berapa sekarang?” aku bertanya.
“23.45”, jawabnya sambil melihat kamnya.
Persis seperti jamku dan berarti benar kami telah berenang dalam lautan asmara sejam lebih. Dia pun
tersentak dan melirikku diam dan aku mengangguk, lalu dia memejamkan mata sambil berkata..
“Oh tuhan, gila! Ini nggak mungkin selama ini”
Setelah beberapa saat, aku mengambil handuk bersih dan aku selimutkan ke tubuhnya dan aku membuka dua
botol minuman complimentary untuk diminum bersama. Setelah beberapa saat dia bangkit menuju kamar mandi
dan aku memejamkan mataku lagi, tergolek memulihkan tenagaku yang terkuras habis. Dalam beberapa saat
aku membuka mata dan aku menemukan dia sudah berpakaian rapi duduk di kursi dan memandangiku dengan
seribu arti. Aku melirik jam dan sudah lewat 40 menit, ternyata aku tertidur, aku bertanya..
“Kenapa kamu nggak bangunkan aku?”.
“Aku lihat kamu tidur nyenyak sekali, jadi aku nggak tega membangunkan kamu”. Nada yang lembut dan
hangat terdengar berbeda pada saat kami memasuki kamar ini.
Aku masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelah rapi aku keluar dan menyalakan rokok dan tetap tidak tahu
harus berbicara apa dengan wanita yang namanya pun belum aku kenal tapi merasakan percintaan terdahsyat
selama hidupku. Dia melihat jamnya dan berkata..
“Ayo kita pulang, aku harus kerja”. Aku hanya terdiam dan beranjak pergi.
“Kamu mau pulang kemana?”, tanyaku.
“Cukup kamu antar ke tempat kita bertemu”, jawabnya.
“Aku mau tahu rumahmu”, ujarku.
“Belum saatnya kamu tahu lebih lanjut tentang aku”.
Lalu aku membawa mobilku membelah malam menuju ke tempat kami bertemu. Sampai pada tempat kami bertemu,
aku bertanya..
“Boleh aku minta nomor teleponmu?” dia hanya tersenyum beberapa saat dan itulah yang membuatku jatuh
cinta di saat wajahnya tidak lagi diliputi kesedihan dan berseri ceria.
“Kamu bahkan belum tanya namaku, sudah tanya teleponku”. Aku tertawa malu.
“Boleh aku tahu namamu?”
“Natalie”, dia menjulurkan tangannya dan berkata lembut.
“Justin”, balasku. Setelah itu dia memberikan nomor HP-nya dan menghilang ke dalam gedung perjudian
tersebut.
Aku menjalankan mobilku keluar dari gedung tersebut dan berusaha melupakan semua itu yang terjadi
seperti mimpi. Tapi ini adalah suatu awal dari kejadian yang amat dalam menggores hatiku selanjutnya.-,,,,,,,,,