In Lust We Trust – Cerita Seks Dewasa
- Home
- Cerita Porno
- In Lust We Trust – Cerita Seks Dewasa
Namaku Lusi, saat ini usiaku 26 tahun dengan tinggi badan 160 cm dan berat 45 kg. Aku bersyukur karena secara fisik dianugerahi wajah yang termasuk cantik, setidaknya
begitulah kata orang-orang, dengan rambut panjang sedada yang agak bergelombang dan kuhighlight kecoklatan. Suamiku adalah seorang pengusaha muda yang sukses, usianya tiga tahun lebih tua dariku.
Kami, pasangan muda ini, telah menjalani kehidupan rumah tangga selama lima tahun tapi entah kenapa sampai saat ini kami belum dikarunia seorang anakpun. Karena merasa bosan dan kesepian di rumah terus, Helen, salah seorang temanku mengajakku untuk bekerja di tempatnya yang adalah salah satu perusahaan swasta yang cukup terkenal di Jakarta.
Setelah mempertimbangkan selama beberapa hari, akhirnya aku memutuskan untuk bekerja di sana. Awalnya suamiku tidak setuju aku bekerja lagi tapi karena aku memberi alasan yang menurutnya masuk akal akhirnya dia menyetujuinya. Perusahaan itu bernama PT. Lancar Usaha Sentosa, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.
Hari ketiga bekerja aku sudah buat masalah dengan terlambat datang ke kantor hingga hampir setengah jam sehingga aku dipanggil oleh atasanku yang konon katanya sangat galak. Sebut saja namanya Pak Herman, seorang WNI keturunan, berkulit putih, gemuk, dengan kepala hampir botak mengingatkan pada Liem Sioeliong, konglomerat terkenal pada zaman orde baru itu loh.
Ini adalah kali pertamaku akan bertemu langsung dengannya, karena ketika aku baru masuk ia sedang tugas di luar kota dan baru pulang kemarin sore. Dengan berdebar-debar aku melangkahkan kakiku ke ruangannya. Tok..tok…perlahan aku mengetuk pintu ruangannya.
“Ya,masuk!!” sahut pak Herman dari dalam dengan suara keras,
“Selamat pagi Pak!” sapaku dengan wajah agak menunduk, lalu pak Herman menyuruhku duduk.
“Kamu tau kenapa kamu dipanggil?” aku menggeleng pelan, “liat, sudah jam berapa sekarang!?”
“Maaf Pak… tadi jalanan macet…”
“Jangan cari alasan!” bentak pak Herman dengan tatapan yang sinis ke arahku.
“Sekali lagi saya minta maaf Pak, saya memang salah.” kataku sambil menundukkan muka.
Tiba-tiba Pak Herman berdiri, sekilas aku melihat dia ke arah pintu entah apa yang dia lakukan dan kembali duduk di kursinya.
“Hhhmmm.. kamu ini karyawan baru di sini kan? Yang dikenalkan Helen itu?” tanyanya padaku sambil memainkan dasinya yang berwarna biru, “Iya,ya, saya ingat, saya ingat,Lusi kan? Lusiana Devianty, ternyata aslinya jauh lebih cantik dari yang di foto.”
“iya Pak saya memang baru di sini, maaf Pak…saya belum terbiasa dengan jam di sini makannya telat.” jawabku mencoba menjelaskan alasan keterlambatanku, aku melihat tatapannya mulai sedikit aneh, seolah-olah ingin menerkamku.
“Kamu sudah bersuami Lus?” tiba-tiba pria gemuk itu menanyakan pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
“Udah Pak.” jawabku singkat sambil melihat raut muka pak Herman yang bagiku kurang mengenakan.
“Kalian sudah punya anak?” tanyanya lagi.
Aku cuma menggelengkan kepala.
“Loh kenapa? Mungkin kalian jarang ya gituannya?” aku mulai agak risih dengan pertanyaannya yang menjurus ke kurang ajar.
“Oh ya pak masalah saya terlambat saya benar-benar minta maaf, saya janji akan datang lebih awal.” aku mencoba mengalihkan pembicaraan itu.
Pak Herman langsung berdiri dan menghampiri tempat duduk saya.
“Ya udah ga papa, kali ini saya maafkan, asal….” pak Herman tidak melanjutkan kata-katanya, kini tangannya sudah merangkul ke leherku, aku kaget tapi tetap diam, terhenyak dengan sikapnya yang mulai melecehkan itu.
“Kamu ngertikan maksud Bapak?” tanyanya sambil tersenyum menjijikkan.
Cerita Sex Dewasa – In Lust We Trust
Aku menggelengkan kepalaku dengan perasaan makin tidak enak, tiba-tiba aku merasa tangan pak Herman mulai meraba-raba payudaraku. Kontan dengan cepat akupun menepis tangannya yang lancang itu.
“Tolong jangan kurang ajar ya Pak!!” bentakku sambil menatapnya dengan marah, sekejap aku berdiri dan ketika aku mau membuka pintu ruangan tersebut ternyata pintunya sudah terkunci, sungguh kali ini aku benar-benar terpojok.
Dengan sigap pria tambun itu mendorong tubuhku hingga terjatuh di lantai hingga aku menjerit kecil. Ia langsung menindihku dengan tubuhnya yang gendut sehingga aku sulit bernapas. photomemek.com Harga diri dan martabatku langsung bangkit marah. Aku berontak dan melawannya habis-habisan dan berusaha mendorong tubuhnya tapi ia terlalu tangguh dan kuat bagiku.
“Ayolah Lus,menurut sajalah, kalau kamu teriak malah kamu juga yang rugi kan?”
Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Pria ini sungguh lihai, pasti bukan pertama kalinya ia melakukan pelecehan seks seperti ini. Dia memiliki perhitungan yang matang akan segalanya dan mampu memberi tekanan psikologis yang jitu.
Ia tahu bahwa aku tidak mau kehilangan suamiku dan ia juga tahu, kalau toh kepergokpun, ia tak akan merugi. Hampir tak pernah dengar ada suami yang melapor istrinya diperkosa orang. Yang ada hanyalah seorang suami yang menceraikan istrinya tanpa alasan yang jelas. Disinilah bentuk tekanan pria biadab ini padaku.
“Gak usah malu-malu gitu manis, yang kaya gini biasa kok, semua karyawati cantik di sini udah pernah ginian sama saya!” katanya dekat telingaku, “termasuk Helen, temanmu itu hehehe,”
“Pak,tolong lepasin saya…jangan kaya gini, saya mohon.” aku mengiba padanya agar dia tidak melanjutkan aksi bejatnya sekaligus terhenyak mendengar bahwa Helen ternyata juga salah satu korban si botak tak tahu diri ini.
Namun pria itu hanya tersenyum, sebuah senyum yang membuatku makin muak.
“Apanya yang mau di lepasin?? Baju nya ya? Huehehehe.” tawanya seram.
Aku mulai meneteskan air mata menyadari diriku tidak akan bisa lepas dari bandot tua ini. Kini kedua tanganku ditariknya ke atas kepalaku dan ditahan dengan satu tangannya sementara tangan satunya lagi mulai meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus pakaian kerjaku.
“Wooww… tetekmu kenyal banget Lus…berapa sih ukurannya…aahh!” ucapnya sambil tertawa, pak Herman semakin keras meremas payudaraku sehingga aku merintih ke sakitan.
“Oohh… pak…sakit…hhmm….” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku
“Sakit ya? Sini tak belai biar enakan,uuh!” perlahan kancing kemejaku mulai terlepas satu demi satu dipreteli olehnya Kini telapak tangannya yang kasar mulai menyusup ke balik braku yang berwarna krem. Remasan demi remasan semakin membuatku terangsang, apalagi terkadang ia memilin putingku dengan keras dan menggesek-gesekkan jarinya pada bulatan sensitif tersebut.
“Pak…Oohkk…hentikan Pak!” antara menolak dan menerima, aku pun mulai mendesah pelan menahan nikmat yang sangat luar biasa itu.
Tangannya kini mulai mengusap perutku sekali-kali mengelitik pinggangku yang membuat badanku bergoyang-goyang..
“Lus, kok kamu goyang-goyang gitu sih.. mau joged ya?” mukaku makin panas mendengar ejekan demi ejekan yang terlontar dari mulutnya yang diarahkan padaku. Namun anehnya, bukannya marah aku malah makin terangsang.
Sadar aku telah pasrah dan juga tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi, pak Herman pun melepaskan tangannya yang tadi memegang pergelanganku. putri77.com Kini tangannya mulai melepaskan celana panjang berbahan katun yang kukenakan. Dengan lincah tangannya melepaskan ikat pinggang hingga resletingku hingga celana kerjaku pun melorot dan memperlihatkan celana dalam kremku dan sepasang pahaku yang putih mulus.
“Wah-wah, celana dalemnya kok udah basah gini? Kan belom diapa-apain…kamu udah gak tahan pengen dientot kan Lus?” ejek pak Herman mengetahui daerah kewanitaanku sudah lembab oleh lendir kenikmatan.
Jari tengahnya kini mulai menyelusuri belahan vaginaku, sekali-kali ditekannya wilayah itu sehingga aku tidak tahan untuk mendesah.
“OOHkk…hhmm….Pak….udah…ooohh….ampun!” usapannya di vaginaku semakin menjadi-jadi sehingga tubuhku bergetar tanpa dapat kutahan.
“Udah apaan? Lonte…heh…enak ya!?” dengan sekali sentakan pak Herman menarik celana dalamku hingga robek sehingga rambut vaginaku yang begitu lebat dan hitam terlihat jelas olehnya, kini jari nya mulai bermain-main dengan bibir vaginaku tanpa dapat kutahan lagi.
“Sayang, ini apa sih namanya?” sambil menarik-narik rambut vaginaku..
“Aauu…sakit…itu…bulu, bulu kemaluan Pak, sshhh.” desahku, aku merasa beberapa helai rambut vaginaku tertarik olehnya sehingga terasa sangat sakit tapi itu malah bikin aku terangsang..
“Memek siapa lonte? Uuhhk….ayo jawab!!” tanyanya lagi sambil mencucukkan jarinya ke dalam liang kenikmatanku hingga tubuhku otomatis tersentak dan terasa seperti disengat listrik..
“Memek saya Pak,aahh!”
“Kamu itu apa Lus?” tanyanya lagi dekat kupingku.
“Saya, saya pelacur pak.. oohh…” entah setan dari mana tiba-tiba aku menjawab semua pertanyaannya dan begitu pasrah direndahkan olehnya.
Aku semakin terangsang ketika satu lagi jarinya menyelinap masuk ke vaginaku.
“Oohh yeaahh…hhmm…” aku mendesah menjadi-jadi ketika kedua jari itu keluar masuk vaginaku sehingga wilayah itu semakin basah.
“Ha…ha…. dasar pelacur… murahan!” katanya sambil memaju mundurkan jarinya ke liang vaginaku.
Mulutku mengap-mengap, mataku terpejam-pejam dan dari kelopak mataku yang setengah terbuka itu kulihat senyum mesumnya yang memuakkan yang sedang menikmati rangsangannya. Tak lama kemudian, tiba-tiba badanku terasa bergetar hebat, dari vaginaku semakin banyak mengeluarkan cairan, ya aku telah sampai ke puncak kenikmatan itu.
“Ooohhkk…..yyeeaahhh,.aaakkhh!” untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme hebat, namun ironisnya kudapat dari atasanku yang sudah berumur setengah abad ini, bukan suamiku. Kini aku hanya bisa mengutuk diri ku sendiri yang kini harus memuaskan nafsu bos bejatku ini.
“Ha…ha… kenapa…. masa segitu aja udah keluar sih? kamu mau yang lebih hebat lagi?” tiba-tiba pak Herman mengangkat tubuhku ke atas meja kerjanya lalu dibaringkannya tubuhku. Kini posisi wajah pak Herman persis di bawah selangkanganku, tiba-tiba aku merasa ada hembusan napas menerpa vaginaku..
“Uuummhh….wanginya memekmu Lus” kata pak Herman sambil sambil menghirup selangkanganku
“Ooohhh,Pak!” aku cuma dapat mendesah ketika lidahnya yang kasar mulai menjilat bibir vaginaku….
“Oohh Pak….ampunn….hhmm…” erangan demi erangan mulai keluar dari mulutku
Ssllupps…sslluuppsss….dengan rakus dia menjilat vaginaku yang semakin banjir oleh cairan kewanitaanku.
“Hhmm….sedap banget memekmu Lus…uuuhhkkk!!” dengan bernafsu pak Herman menjilati vaginaku, rambut vaginaku yang lebat juga terjilat hingga basah oleh liurnya, sesekali ia menggigit klitorisku sehingga pantatku sedikit ke angkat akibat tersengat sensasi nikmat.
“Oohhkkk….Pak…jangan siksa saya kayak gini Pak….uuuhhkk….” vaginaku makin terasa banjir.
“Tolong Pak…saya mohon berhenti!” aku mulai merengek agar pak Herman menghentikan aksinya.
Cerita Dewasa – In Lust We Trust
Aku menggerakkan bola mataku ke bawah sana melihat pria itu membenamkan wajahnya di antara kerimbunan bulu-bulu vaginaku, matanya yang nanar bertemu dengan pandangan mataku. Namun anehnya aku malah semakin bergairah, sepasang paha mulusku menjepit kepalanya semakin erat seolah tidak rela pria itu menghentikan jilatannya pada daerah kewanitaaanku.
Bukan hanya menjilati vaginaku, ia juga menciumi paha dan sekitar selangkanganku sehingga akupun makin mendesah terbakar birahi, aku tak sanggup mendesah lebih panjang terutama ketika lidahnya menyentuh klitorisku, terasa nikmat sekali, apalagi ketika lidah itu menari nari menyusuri bibir vagina, sungguh melayang aku dibuatnya, tak sadar kuremas remas kepalanya yang hanya berambut sedikit.
Puas bermain-main dengan vaginaku, ia menegakkan kembali badannya dan menarik tubuhku hingga bangkit terduduk di meja lalu menurunkanku.
“Nah, sekarang kamu berjongkok cepetan!!” perintah pak Herman
Dengan berat hati aku mengikuti semua perintahnya, aku berjongkok di hadapannya, kulihat di balik celananya penisnya sudah menggelembung.
“Sekarang kamu sepong dulu kontol saya yah! Dah ini baru saya lepas.” perintahnya lagi
Mendengar perkataannya badanku terasa panas dingin. Aku begitu bimbang dan risih karena sebelumnya aku belum pernah melakukan oral seks bahkan terhadap suamiku sekalipun.
Pria itu mulai membuka semua pakaiannya hingga kami sama-sama bugil. Aku terhenyak ketika ia melepaskan celana dalamnya dan mengeluarkan penisnya yang telah ereksi itu, benda itu mengacung tepat di depan wajahku seperti pistol yang ditodongkan. Aku benar-benar gugup karena sekarang di depanku ada penis yang bukan punya suamiku yang harus aku isap. Pak Herman memegangi kepalaku dan mendekatkan benda itu ke mulutku
“Ayo dong, buka mulutnya,kok malu-malu gitu, pasti belum pernah nyepong ya sama suaminya,tenang, Bapak bisa ajarin kamu kok hehehe!”
Perlahan dengan ragu-ragu, aku mulai membuka mulutku dan memasukkan penisnya yang kira-kira berukuran 17 cm berdiameter 3-4cm itu. photomemek.com Aku mempraktekkan apa yang pernah kulihat di film-film porno dengan memaju-mundurkan kepalaku menghisap penis itu. Aku memberikan pelayananku sebaik mungkin agar ia bisa secepat mungkin mengeluarkan spermanya dan menyudahi perkosaan ini.
“Ooohh, siipp,emang enak mulutmu pelacur…. terus…isap!!” perkataan pak Herman membuat aku makin terhina sehingga aku ingin cepat menyelesaikannya, “Lidahnya ikut main juga Lus, isep,isep yang dalam!” ia makin menceracau
Slllepphh,sssllrrp,mmmh…demikian suara mulutku yang lagi menghisap penis atasanku. Aku menuruti apa yang dimintanya, kumainkan lidahku menyapu-nyapu batang dan kepala penisnya, meskipun mulanya mual dan hampir muntah, aku terus mencobanya lagi karena pria itu memegangi kepalaku, aku juga menggunakan tanganku untuk mengocok batangnya dan memijat buah zakarnya.
Sekitar lima menit aku melayani penis pak Herman dengan mulutku. Aku menerima terpaan getar nikmat yang membuat tubuhku merinding dan menggelinjang. Aku seolah didorong oleh semacam kekuatan untuk mendobrak segala yang selama ini merupakan sangat tabu bagiku dan sangat menjijikkan bagi penalaranku.
Kekuatan itu membuatku menerima dengan sepenuh hasrat dan nafsu birahiku. Aku mulai menikmati tugasku mengoral penis atasanku ini dengan melakukan gerakan melumat dan menjilat secara intens. Terkadang aku cabut penis itu untuk aku lumati batangnya yang penuh guratan otot.
Pak Herman yang keenakan itu mulai menggoyangkan pantatnya menyenggamai mulutku, dan ketika kudengar dia mulai benar-benar merintih dan mendesah yang membuat aku semakin terbakar oleh libidoku yang memang telah menyala-nyala aku menyadari bahwa macam nikmat birahi itu demikian banyaknya. Aku belum pernah merasakan macam ini sebelumnya.
Tak lama kemudian, aku merasa penis Pak Herman yang sedang kukulum itu semakin berkedut-kedut lalu disusul lenguhan panjangnya yang keluar terbata-bata dari mulut pria setengah baya itu, akhirnya sebuah kedutan besar menggoncang rongga mulutku. Cairan kental panas luber menyiprat dan menyemprot-nyemprot langit-langit mulutku.
Ada sekitar 7 atau 8 kedutan yang selalu diikuti dengan semprotan sperma hangat. Mulutku langsung penuh oleh cairan kental berwarna putih susu itu. Terlintas kembali rasa jijik yang membuatku ingin memuntahkannya setelah benda itu lepas nanti. Tetapi ternyata itu lain dengan apa yang terlintas dalam benak, nafsu dan tingkah Pak Herman.
“Oohhkk….yyeeaahh….” ia menekan kepalaku sehingga aku sulit bernapas, dipaksanya aku menelan semua spermanya yang tumpah dalam mulutku. Aku gelagapan dan hanya punya satu pilihan agar tidak tersedak sehingga dengan terpaksa aku harus menelan semua spermanya.
“Anjing lu!” gerutuku dalam hati karena kesal.
“Gimana sayang? enak kan peju saya?” tanyanya dengan gaya melecehkan, sementara aku mengap-mengap mengambil udara segara setelah penisnya lepas dari mulutku. Aku hanya bisa bersimpuh diam di lantai berkarpet itu dan menatap kesal padanya menahan emosi.
Perlahan dia mendorong pundakku shngga aku telentang di karpet.
“Ya Tuhan,apa lagi yang ingin dia lakukan!?” gumamku dalam hati.
Sebelum aku sempat berpikir panjang Pak Herman langsung menindih tubuhku yang telanjang bulat. Bibirnya berusaha melumat bibir tipisku yang saat itu memakai lipstik light pink yang berkesan natural. Aku tiga kali menggelengkan kepala ke kiri dan kanan sebelum ia akhirnya berhasil mencaplok bibirku dan melumatnya.
“Uuugghhh….hhhmm…” aku mendesah tertahan di tengah cumbuannya yang ganas. Secara refleks lidahku juga ikut bermain membalas lidahnya yang menari-nari di dalam mulutku. Perlahan tangannya mulai meraba-raba vaginaku lagi. plokkkss…ploksss….. terdengar suara kecipak dari jarinya yang sedang mengocoki kewanitaanku yang sudah sangat basah.
Aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku bercampur dengan desahan nikmat dari sela-sela percumbuan kami.
“Pak udah Pak…cukup…Bapak tadi kan udah janji mau melepasin saya.” kataku dengan napas terengah-engah setelah ia puas melumat bibirku
Namun ia hanya tersenyum tanpa melepaskan tindihannya terhadapku. Kemudian aku merasakan benda tumpul bersentuhan dengan bibir vaginaku, benda itu menekan mencoba menerobos masuk ke vaginaku yang terasa sangat sempit bagi penisnya.
“Lusi, Lusi, kamu bener-bener naif, janji itu kan untuk diingkari, hehehe.” jawabnya sambil terus menekan penisnya ke dalam vaginaku.
“Aauuu… Pak sakit Pak…jangan diterusin!” aku mencoba menghindari sodokan penis Pak Herman dengan menggoyang-goyang pantatku, namun dalam posisi terhimpit seperti ini aku tak dapat berbuat banyak untuk menghentikan gerak laju penis itu.
Kini penis pak Herman sudah setengahnya masuk, itupun sudah terasa memenuhi liang senggamaku dan menciptakan rasa nikmat yang selama ini belum pernah kurasakan bersama suamiku. dengan begitu buas dia menusuk2 memek ku…
“Dduhh, Lus,memekmu legit bangethh!” ceracau Pak Herman yang terus menyodok vaginaku sampai mentok hingga perih aku dibuatnya
Pria itu memompakan penisnya dengan irama teratur, terdengar suara pelirnya yang terayun-ayun memukuli selangkangan kami. Aku sendiri yang dilanda kenikmatan terlarang ini hanya bisa mendesah dan merintih sambil kepalaku bergoyang ke kanan dan ke kiri, seperti menggeleng-geleng, karena nikmat yang tak mampu kutahan itu.
Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Dewasa
“Gila memekmu enak banget…. ga salah si Helen masukin kamu ke sini.” ceracaunya sambil menyodok vaginaku dengan kencang.
Plokss….plokss…ploks….suara itu terdengar sangat jelas dari vaginaku yang sedang diobok-obok oleh penisnya.
“Hhhmmm….Oohk….yeahh….Pak….cukup Pak…aaahh!” rintiku antara menolak dan pasrah.
Kira-kira 15 menit kami melakukannya dalam gaya missionaris, kemudian Pak Herman melepaskan tubuhku dan memapahku hingga berdiri.
Aku masih lemas hingga tanganku berpegangan pada sisi meja kerjanya. Ia meminta ku untuk menungging dan dengan terpaksa aku ikuti kemauannya. Dengan kedua tangan berpegangan pada bibir meja, aku menyodorkan pantatku ke arahnya.
Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dan payudaraku. Jari-jarinya yang gemuk juga meilin-milin putingku, ia juga menyibakkan rambutku ke sebelah agar bisa mencium pundak dan leher jenjangku.
Kali ini ia melakukannya dengan sangat lembut dan penuh perasaan membuatku terbuai dalam sentuhan-sentuhan erotisnya. Tidak!! Apakah pikirnya ia bisa menundukkanku dengan caranya yang demikian itu. Aku harus berontak menghentikan semua ini, aku adalah wanita baik-baik dan telah memiliki suami yang baik serta menyayangiku, aku tidak boleh tunduk pada pria gemuk berkepala setengah botak ini.
Tapi apa dayaku ? aku kini bagai kijang yang telah lumpuh dalam terkaman srigala. Aku telah rebah ke tanah dan cakar-cakar srigala itu telah menghunjam di urat leherku. Kini aku hanyalah seonggok daging untuk dikonsumsi binatang jahanam itu.
Perlahan aku merasakan penisnya kembali melesak masuk ke vaginaku dan bleesss….semua batang penisnya pun tenggelam dalam liang itu. Titik-titik saraf sensitifku pun bereaksi. Aku menengadahkan kepala sambil mendesah panjang, jari-jari tanganku meremasi tepian meja dengan lebih erat. Kenikmatan itu seakan bagaikan air bah yang menghanyutkan seluruh haribaanku, sungguh suatu kenikmatan yang tiada bertara.
“Ayoo…Lus digoyang pantatnya…. hahaha!!” suruhnya sambil sesekali tangannya meremasi bongkahan pantatku yang membulat indah karena sering gym.
Ini merupakan skandal terbesar dalam hidupku, belum sekalipun dalam hidupku aku berselingkuh ataupun berpikir untuk itu. Darahku terasa menggelegak, jantungku berdegup keras. Birahi yang menggelegak campur aduk dengan perasaan bersalah telah mengkhianati suamiku, birahi itu mendorongku menggerakkan pinggulku menyambut sodokan penis atasanku itu.
Aku merasakan vaginaku semakin banjir saja, terasa sekali dari suara becek yang makin terdengar dan semakin lancarnya penis Pak Herman merojok-rojok.
‘Plakkss….plakss’ di tengah genjotannya ia sesekali menampari pantatku yang putih sehingga berbekas merah.
Tak terasa, aku malahan semakin menikmati perkosaan ini, setiap genjotan kasar yang dilakukan oleh pak Herman membuat tubuhku bergetar hebat.
“Pak….aahh, terusss Pak!!” rintihku sambil memaju mundurkan pantatku mengikuti irama Pak Herman, oohh,gila kenapa aku malah meminta seperti itu, aku sungguh tidak menyadarinya ketika kata-kata itu terucap, apakah libidoku sudah demikian mendominasi diriku melebihi nuraniku?
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk kembali orgasme, dinding vaginaku semakin berkontraksi dan terasa seperti menyedoti penis Pak Herman. Pria itu menekan-nekan penisnya semakin dalam hingga akhirnya tubuhku pun mengejang hebat.
Erangan panjang terlontar dari mulutku, aku tidak peduli lagi apakah suaraku terdengar sampai luar sana atau tidak, yang jelas aku tak sanggup lagi menahan gelora kenikmatan yang sedang menerpa tubuhku ini. Aku dapat merasakan cairan kewanitaanku membanjir hingga meleleh keluar membasahi selangkangan dan paha dalamku.
“Pakkk,.aaahhh!” tubuhku bergetar begitu hebat sampai benda-benda di atas meja kerja Pak Herman ikut bergetar.
“Hehehe…enak kan? Sini Lus, Bapak kasih liat sesuatu.” Pak Herman mendekap tubuhku tanpa melepas penisnya yang masih keras dari vaginaku.
Ia menjatuhkan diri pelan-pelan di kursi kerjanya dekat situ, akupun jatuh terduduk di pangkuannya dengan penis masih menancap. Lalu ia menggerakkan mouse di komputernya dan mengklik sebuah file hingga terbuka. Sebuah film terbuka di layar monitor dan Pak Herman mengklik full screen untuk memperbesar.
Film itu memperlihatkan sebuah dokumentasi pesta di ruang tamu berukuran sedang dengan interior elegan. Pesta itu seperti layaknya pesta pernikahan atau arisan dalam skala sedang, para pengunjung berpakaian santai, yang wanita ada yang memakai gaun malam atau terusan, yang pria ada yang memakai kaos atau yang agak rapi dikit memakai kemeja.
Tidak sedikit wajah yang kukenal yang adalah orang-orang perusahaan ini muncul dalam dokumentasi tersebut termasuk Pak Herman yang kelihatannya berperan sebagai tuan rumah, juga ada Helen yang nampak cantik dalam gaun terusan hitam backless-nya, dan juga hei,bahkan ada beberapa pegawai tingkat rendah seperti office boy satpam, dan sopir perusahaan pun turut dalam pesta itu.
Mereka tampak duduk-duduk bercengkerama dan tertawa-tawa, pakaian mereka lebih sederhana dibanding para karyawan dan kepala staff lainnya, bahkan beberapa datang dengan masih memakai pakaian kerjanya, seperti misalnya Pak Mamat, si pembersih toilet berusia 50an itu.
“Nah Lus, ini arisan perusahaan kita, ada satu yang membedakan dengan arisan-arisan seperti biasanya,” sahutnya menjelaskan dengan tangan kirinya menggerayangi payudaraku, “Nah kita majuin saja, biar to the point.” ia menggerakkan mouse memajukan dokumentasi itu.
Sungguh aku terhenyak dan menelan ludah melihat adegan berikutnya di layar monitor. Pesta itu mulai liar dan berubah menjadi pesta seks, orang-orang yang bercengkerama mulai duduk merapat, saling raba, dan saling bercumbu dengan pasangan masing-masing. Kamera kini mengarah pada Felia, seorang karyawati di bagian treasury yang sedang duduk di sofa diapit dua pria sesama karyawan disini yang namanya tidak kuketahui.
Felia nampak menikmati tubuhnya digerayangi mereka, ia bahkan sempat melirik ke kamera dan tersenyum nakal. Salah satu dari mereka yang berumur sekitar 30an melumat bibirnya sambil merabai payudaranya, sementara yang satunya menyingkap rok panjangnya hingga mengekspos pahanya yang putih mulus, lalu turun dan membuka kedua paha itu dan turun ke lantai berlutut di antaranya.
Pria itu menarik lepas celana dalam Felia lalu membenamkan wajahnya di selangkangan wanita berambut pendek itu hingga tubuhnya menggeliat nikmat.
Adegan berikutnya membuatku semakin membuatku terpana, bagaimana tidak, aku melihat Helen yang sedang bersandar pada pilar sedang dikenyot payudaranya oleh Pak Iqbal, supervisornya, yang sebaya dengan Pak Herman dengan rambut memutih yang kontras dengan kulitnya yang gelap itu.
Mr Sange – Kumpulan Cerita Porno Dewasa
Kamera mendekat ke Pak Iqbal yang dengan rakus menyusu dari payudara Helen, tangannya yang satu mendekap tubuhnya yang langsing sementara yang satunya merogoh ke belahan roknya mengeluarkan pahanya yang indah.
Sulit rasanya mempercayai ini semua, Helen adalah salah satu teman dekatku waktu kuliah yang kukenal sebagai gadis baik-baik dan kini telah bertunangan, bagaimana mungkin dia terlibat pesta gila seperti ini? Aku hanya melongo tanpa bisa berkata-kata melihat Pak Iqbal membuka tali bahu gaun Helen yang sebelah hingga gaun itu melorot jatuh dan di tubuh Helen tinggal tersisa celana dalam hitam yang menutupi kewanitaannya.
Aku mengedip-ngedipkan mataku seolah tak percaya dengan pengelihatanku sendiri, kegilaan ini sepertinya memang nyata. Pada adegan berikutnya aku melihat seorang wanita berumur 40an yang masih nampak cantik dan seksi sedang mengoral penis seorang pria yang kutahu adalah salah seorang satpam di perusahaan ini.
Wanita ini, wanita ini, apakah aku tidak salah lihat? Wanita ini adalah wanita yang sama dengan di foto keluarga Pak Herman yang terletak di atas meja yang sama, yang tidak lain istrinya sendiri. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, seorang pria merelakan istrinya terlibat pesta seks dan bercinta dengan pria lain yang statusnya jauh di bawahnya pula.
Sambil menyaksikan adegan ini Pak Herman ternyata masih menyentak-nyentak pelan vaginaku dari bawah sana. Aku mulai pusing, aku tidak tahu apakah aku masih di dunia atau tidak? Aku seakan sedang dibrainwash oleh nafsu birahi sedari tadi sehingga tanpa kusadari aku juga ikut menggoyangkan tubuhku di atas penis atasanku ini.
“In lust we trust!” terdengar pria itu berkata dekat telingaku, “Ini motto tersembunyi perusahaan ini Lus, kamu harus tau itu.”
Aku hanya mendesah lirih dan menengok sedikit ke wajahnya.
“Ini salah satu cara menjaga kekompakan dan persatuan antar karyawan di sini Lus, juga salah satu cara menghilangkan stress” lanjutnya, “Sepanjang jaman, manusia selalu tidak pernah lepas dari yang namanya seks dan terus bereksplorasi dengannya, seks lah yang mempersatukan manusia, dan itu yang kita terapkan untuk membuat solid perusahaan kita ini, dari tingkat atas sampai bawah, kamu liat itu semua bersatu dalam nafsu seks, dari tukang sapu sampai direktur utama, hahaha.”
Sambil mendengarkan penuturannya, aku melihat di layar pria yang sedang menyetubuhiku sekarang ini sedang duduk di sebuah sofa bercinta dengan dua karyawatinya yang cantik, kakak beradik Linda dan Lisa, keduanya baru berkenalan denganku kemarin waktu makan siang di kantin.
Ketiganya sudah telanjang bulat, Lisa sedang berlutut di antara paha pria gemuk ini, sementara kakaknya berlutut di sofa menyodorkan vaginanya ke wajah Pak Herman. Kamera mendekat ke wajah Pak Herman yang sedang asyik menjilati vagina gadis itu, lidah dan jarinya bermain-main di sana dengan liarnya.
“Apa kamu gak nyadar Lus, nama perusahaan kita Lancar Utama Sentosa, kalau disingkat menjadi ‘Lust’ ? Ya Lust Inc. itu nama perusahaan kita ini, dimana profesionalisme dan nafsu menjadi satu.”
Adegan berikutnya kembali ke Helen, kali ini ia sedang disetubuhi sambil berdiri oleh Pak Iqbal, ia tersentak-sentak ke atas akibat genjotan pria itu yang ganas, sambil menggenjot pria itu juga meremasi buah dadanya dan sesekali berciuman dengannya.
Yang juga tak bisa kupercaya, Bu Sherry, karyawati senior berumur 35 dan keibuan yang bekerja di sebelah mejaku, juga ikut dalam pesta seks itu. Nampak dalam dokumentasi, ia sedang dalam posisi doggie dengan Pak Mamat, si penjaga WC tua itu.
Gaun terusan Bu Sherry memang masih menempel di tubuhnya, hanya saja sudah terbuka di bagian dada dan pinggang ke bawah sehingga payudaranya yang montok itu nampak berayun-ayun seirama goyangan tubuh pria tua itu. Ekspresi ibu beranak dua yang masih cantik dan seksi itu sangat menikmati persetubuhan itu tanpa paksaan.
“Sherry, ibu dan istri yang baik, tapi dia juga enjoy dengan acara ini, karena dia tahu membedakan mana cinta mana nafsu, saya suka dia, dia memang pintar memuaskan pria!” kata Pak Herman lagi, “Ayo sambil goyang Lus nontonnya”
Aku yang sudah benar-benar dilanda birahi menurut saja mempercepat naik turunnya tubuhku sesuai permintaannya. Di layar juga ada beberapa pria melakukannya dengan sesama jenis, salah satu yang kukenal adalah Willy, yang memang sejak hari pertama mengenalnya aku sudah menduga ia seorang gay dari gayanya yang kemayu, namun hanya sebagian kecil, mayoritas peserta pesta itu adalah pasangan heteroseksual.
Tak sampai sepuluh menit aku kembali mencapai orgasme bersama Pak Herman, namun kali ini sudah sepanjang sebelumnya lagi. Aku merasakan semprotan-semprotan hangat di dalam rahimku, payudaraku diremas dengan lebih keras olehnya sehingga aku pun merintih.
“Bener-bener memek yang enak Lus….” kata pak Herman yang sedang menikmati sisa-sisa orgasemenya.
Aku hanya terdiam lemas dalam dekapannya memikirkan nasibku, aku sangat takut kalau-kalau nanti aku hamil tanpa kuketahui ayah dari calon anakku.
“Kamu akan terbiasa dengan semua ini Lus, kamu sudah menjadi bagian di dalamnya, selamat datang di Lust Inc.” kata Pak Herman sambil menurunkan tubuhku dari pangkuannya dan memunguti pakaiannya.
“Oh ya satu lagi,jangan pernah berpikir untuk melaporkan semua ini ke luar, kamu gak mau kan rekaman kamu ini bocor kemana-mana” katanya lagi sambil memandang ke arah kamera yang terpasang di sudut atas ruangan.
“Oohh tidak aku sudah terjerumus” keluhku dalam hati, tidak ada jalan keluar lagi, sorot mataku polos karena tidak tahu harus sedih atau senang menikmati semua ini.
Seminggu telah berlalu semenjak aku mengalami perkosaan oleh atasanku, Pak Herman, di kantornya dan ia mengungkapkan rahasia sensual di balik perusahaan ini. Kejadian tersebut membuat aku merasa jijik dengan perusahaan ini dan juga diriku sendiri.
Aku merasa malu terhadap suamiku yang telah memberikan aku kepercayaan untuk menjaga kesucian pernikahan kami, tapi aku malah tidak sanggup untuk menjaganya dari atasanku sendiri Pak Herman. Seperti yang pernah dikatakan Pak Herman pada episode sebelumnya, bahwa di perusahaan ini profesionalisme dan nafsu menjadi satu.
Memang di jam kerja setiap orang wajib dan dituntut mengerjakan tugas-tugasnya secara profesional dan dengan semaksimal mungkin, siapapun yang ketahuan bermalas-malasan apalagi ngeseks dijam-jam kerja akan dikenai sanksi tegas berupa teguran hingga pemecatan, tapi di jam-jam bebas misalnya jam istirahat siang atau juga jam-jam lembur jika sudah tidak ada pekerjaan, sex is totally free.
Semua boleh bermain seks dengan siapapun di kantor ini. Seks juga sangat berperan penting dalam pengambilan lobi-lobi bisnis di perusahaan Lust Inc. ini, misalnya dalam negosiasi, para karyawati atau staff wanita sering berperan sebagai alat untuk memenangkan tender atau menghibur para klien dengan tubuh mereka, termasuk para klien dari luar negeri maupun aparat pemerintah.
Pernah sekali aku melewati ruang meeting dan mendengar suara-suara desahan dari dalam sana. Aku tahu apa yang terjadi, tapi aku ingin tahu siapa yang di dalam sehingga tidak bisa menahan diri mengintip melalui melalui daun jendela yang agak terbuka.
Aku menelan ludah melihat Lydia dari bagian humas sedang bergumul dengan panas dengan dua orang klien dari Timur Tengah. Saat itu Lydia tengah duduk di kursi sementara mengulum penis besar kedua pria Timur Tengah yang berdiri berkacak pinggang di sisi kanan dan kirinya.
Kemeja kerja Lydia telah terbuka seluruh kancingnya dan payudaranya yang sedang tapi montok itu telah menyembul dari balik branya yang tersingkap ke atas. Tak lama kemudian salah satu dari pria itu yang jenggotnya lebat menaikkan tubuh Lydia ke atas meja rapat dan menyingkap roknya hingga ke pinggang.
MisterSange – Kumpulan Cerita Pesta Seks
Ia memposisikan diri di antara kedua paha jenjang gadis itu dan hhhhkkkkhh…Lydia menjerit kecil merasakan vaginanya diterobos penis besar pria itu. Pria itu menyetubuhinya di atas meja sementara pria yang satunya menciumi dan melumat payudara gadis bertampang Indo itu.
“Kita baru deal soal ekspor kayu ke negara mereka, mereka lagi merayakannya bareng Lydia” sebuah suara dari belakang membuatku terkejut.
Willy, si gay, telah berdiri di belakangku dengan memegang gelas kopi.
“Kamu ga mau ikut ngeramein Lus?” tanyanya lagi, sepertinya dia santai saja dengan kejadian di dalam.
“Eh…nggak…nggak Wil, Cuma kebetulan lewat aja, permisi!” aku meninggalkan tempat itu dengan bingung.
Dalam kesempatan lain ketika jam makan siang, aku pernah memergoki di ruang loker, Felia dari bagian treasury sedang digenjot dari belakang oleh Pak Muhdi, salah seorang satpam di sini.
Felia, yang atasnya tinggal memakai bra yang tersingkap dan rok serta celana dalamnya sudah melorot di bawah kakinya itu, menumpukan kedua lengan pada lemari loker, sementara si satpam bertubuh kekar itu sedang menusuk-nusukkan penisnya sambil meremas payudara Felia yang berayun-ayun.
Saat itu pintu pintu depan membuka, Bu Selvi, pegawai senior berumur pertengahan 40an, masuk hendak mengambil barang dari lokernya, tapi ia tidak kaget dengan adegan mesum Felia dan Pak Muhdi.
“Waktu istirahat dah mau selesai, jangan lama-lama gituannya, kalau sudah cepat balik!” hanya itu yang dikatakannya pada mereka, lalu dengan santai menutup kembali lokernya dan keluar meninggalkan mereka.
“Gila perusahaan ini benar-benar gila”, pikirku, “tapi aku tidak bisa pergi begitu saja, si jahanam Herman itu memiliki rekaman perkosaanku yang akan tersebar bila aku melawannya.”
Satu malam setelah lembur, begitu keluar pintu toilet aku dikejutkan oleh Pak Mamat, si pembersih WC bangkotan yang muncul di pintu depan.
“Apain Pak? Ini toilet perempuan!” suaraku agak terbata-bata
“Ehehehe…si Non, kaya gak tau aja perusahaan ini kaya apa, ayo sini Bapak ajarin Non!” katanya terkekeh menjijikkan, langkahnya semakin mendekatiku sementara aku sendiri mundur hingga terdesak ke tembok.
Melihatku sudah tersudut, pria itu merangsek maju dan mendekap tubuhku. Aku jelas meronta-ronta berusaha lepas, tangannya terus menggerayangi tubuhku, rok kerjaku berhasil disingkapnya ke atas, tangan keriput itu sempat merabai paha dan pantatku sebelum aku akhirnya berhasil mendorong tubuhnya dan menghambur keluar dari toilet itu.
Aku berlari ke basement dan langsung menjalankan mobilku. Di tengah jalan aku terisak-isak, kali ini aku dapat lolos darinya, tapi cepat atau lambat si tua tidak tahu diri itu pasti akan menikmati tubuhku juga. Terhitung semenjak hari itu aku belum pernah masuk kerja lagi, awalnya suamiku banyak bertanya karena aku sering bolos kerja.
########################
Tiga hari kemudian
Pagi itu seperti biasanya aku duduk santai sambil menikmati secangkir susu, saat itu aku hanya mengunakan daster krem tipis yang memperlihatkan bentuk tubuhku. Celana dalamku yang berwarna merah sedikit terlihat. Aku merenung, bagaimana nasibku setelah ini, apakah Lust Inc. membiarkanku kabur begitu saja?
‘Tingtong…tingtong!’ lamunanku buyar saat mendengar bel rumahku berbunyi. Dengan bermalas-malasan kulangkahkan kakiku menuju pintu. Treaakkk (bunyi pintu digeser)….aku sangat kaget saat pintu itu terbuka melihat sesosok perempuan yang berparas cantik yang sangat kukenal. (tapi masih cantikan aku donk… ya ga? He..he…)
“Ngapain kamu ke sini?” dengan mata melotot aku menatap wajah Helen yang membawaku ke perusahaan tempatku bekerja, Lancar Usaha Sentosa atau Lust Inc. yang menjijikkan itu.
Sejak perkosaan oleh Pak Herman ia terlihat menghindar dariku, dan keesokan harinya ia dikirim perusahaan menangani urusan di luar kota. Baru kali ini aku bertemu lagi dengannya.
“Lus…gua tau lu pasti marah banget ke gua, kita perlu ngobrol, denger dulu penjelasan gua” sebelum Helen sempat melanjutkan kata-katanya dengan cepat aku mendorong pintu rumahku, tapi aku kalah cepat, ia berusaha mendorong pintu itu agar tidak tertutup.
“Lus… please… kita kan masih friend” Helen terus memelas, perlahan air matanya mulai membasahi pipinya, tapi aku pura-pura tidak mendengar kata-katanya, “Oke, oke…aku ngaku salah, tapi please kasih kesempatan gua jelasin dulu…yah Lus?” kata terakhir itu membuat hatiku luluh juga, perlahan aku melepaskan tanganku dari gagang pintu,
“Ya sudah silakan masuk.” kata-kataku agak ketus, sengaja aku tidak menutup pintunya, agar dia tidak berani macam-macam padaku dan juga dapat lebih cepat pergi bila kuusir.
Helen terlihat senang setelah aku akhirnya mempersilakannya masuk, ia tersenyum dengan manis sambil mengusap air matanya, lalu duduk persis di sebelahku, dia tampak anggun menggunakan kemeja putih dan rok hitam di atas lutut.
“Ada perlu apa kamu ke sini?” aku bertanya dengan muka jutek, lagi-lagi dia membalasnya dengan senyuman manis semanis gula.
“Lus…tolong yah, maafin gua sekali lagi, sebenernya gua…mmm…”
Aku melihatnya ragu meneruskan perkataannya sehingga membuatku juga terbengong hingga akhirnya beberapa detik kemudian aku merasa ada dekapan dari belakangku. Kontan aku pun meronta, namun tangan itu membekap mulutku dengan sebuah sapu tangan yang dicelupkan pada eter. Sebentar saja nafasku mulai sesak, aku berusaha berontak tapi apa daya tubuhku terasa lemas, semua pandanganku pun akhirnya gelap…
######
Kumpulan Cerita Seks Atasan dan Bawahan – MR Sange
Aku mulai memperoleh kembali kesadaranku walau kepalaku terasa agak berat, perlahan kelopak mataku terbuka. Mataku langsung melotot kaget dan jantungku berdetak kencang melihat orang di di hadapanku. Pria gemuk dengan kepala hampir botak dengan senyum mesumnya yang khas.
Pak Herman…ia telah berada di samping ranjangku, bukan hanya dia, di sebelah kiriku juga ada Pak Salik, sopir pribadi Pak Herman, orangnya tinggi kurus, berambut cepak dan berkumis tipis, ia juga tersenyum menjijikkan memandangi dan menggerayangi tubuhku.
“Apa….apaan…. ini!!?” aku berusaha berontak tapi apa daya kedua tanganku terikat di sisi ranjang sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa, berteriak pun tidak mungkin karena jarak rumahku dengan tetangga cukup jauh, ditambah lagi kamarku kedap suara, selain itu pembantuku juga sedang tidak di rumah.
Aku hanya bisa meronta-ronta dan menjerit. Tapi mereka malah menyeringai semakin lebar melihat reaksiku
“Mampus dah gua!” pikiranku makin kacau, perlahan air mataku mulai menetes membasahi pipiku yang putih mulus tanpa noda, “Maafkan aku suamiku”, jeritku dalam hati, kini aku hanya bisa meratapi nasibku.
Tangan Pak Herman yang lebar dan kasar mulai membelai pipiku. Aku hanya bisa memalingkan mukaku.
“Kamu kemana aja sih sayang? Kok gak pernah kelihatan lagi sih? Kamu harus tau yah manis…kalau sudah masuk Lust Inc. gak bisa sembarangan keluar gitu aja.” katanya dengan santai namun bernada mengancam.
Terdengar pintu kamar dibuka, aku melihat ke arah Helen yang masuk dan dengan santai meminum segelas wine di tangannya. Ia lalu duduk di sebelah Pak Herman dan tersenyum padaku sambil mengelus rambut indahku.
“Dasar perempuan murahan!! Jahanam, tuuuuuuutttttt…..(di sensor)” aku langsung mencaci maki Helen dengan kata-kata kasar, air mataku semakin tak terbendung, betapa sedih hatiku karena dipermainkan oleh sahabatku sendiri (catatan: hati-hati, teman dekatmu adalah orang yang paling potensial menjatuhkanmu jika berkhianat)
“Sori yah Lus, gua cuma jalanin tugas dari perusahaan! Yang kaya gini biasa kok buat pegawai baru, gua juga dulu sama kaya lu gini, tapi gua yakin lu bakal nikmatin semua ini kok dan gak akan marah ke gua lagi!” katanya dekat wajahku, “Okay say…sekarang enjoy aja dulu yah.”
Perlahan tangan kasar Pak Herman mulai menyingkap dasterku hingga pahaku tersingkap dengan indahnya. Ia lalu menjamah betisku yang jenjang membuat tubuhku merinding, “Pak….ooohhkk…. cukup Pak….aku mau keluar saja…uuuhhhkk…!!” kakiku berusaha menendang-nendangnya.
Pak Herman tersenyum lalu berkata “Iya boleh…Bapak paham Lus, kamu bisa bukan bawahan saya lagi, kamu cuma…” dengan cepat tangannya masuk ke dasterku dan meremas-remas vaginaku dari luar celana dalam membuatku merintih, “mulai sekarang kamu menjadi budak seks saya, kamu mengertikan?” katanya dengan nada ancaman.
Ooohhh…remasannya semakin kasar, sedetik kemudian dia melepaskan tangannya dari bawah sana dan pindah ke bawah, dibentangkannya pahaku dan ia mengambil posisi berlutut di antaranya. Aku terdiam menatap si sopir, Pak Salik yang mulai mengerjaiku juga, perlahan dia mengelus belahan dadaku yang montok.
“Tetek Non Lusi montok banget, pantasan Pak Herman tergila-gila ke Non, saya juga sama Non, dari pertama liat udah gak sabar pengen ngentot ama Non heheheh” celotehnya.
“Kamu beruntung Lus, Pak Herman senang sama kamu, karir kamu di perusahaan pasti prosepeknya cerah.” sahut Helen yang kini duduk sambil memegang gelas wine yang tinggal terisi setengahnya, ia remas-remas payudaraku dengan lembut, sekali-kali putingku di pelintir pelan membuat aku tidak sanggup untuk tidak mendesah.
“OoHhkk….. Len…jangan!” mataku terpejam saat jari-jari itu memelintir pelan puting susuku yang mulai mengeras, tonjolannya semakin terlihat jelas di balik dasterku yang tidak memakai BH.
Aku sudah terangsang semakin terangsang saat tangan kasar Pak Herman mengelus-elus pahaku. Perlahan dasterku terangkat hingga sepinggang, gundukan kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam merah tersingkap. Sambil tersenyum mesum Pak Herman mengelus-elus wilayah sensitif itu yang telah basah sehingga aku tak tahan untuk mengerang.
“OoHkk… Pak….hhhmmm” sambil menggeleng-gelengkan kepala, untuk pertama kalinya aku dikerjai oleh tiga orang sekaligus sehingga menimbulkan sensasi yang berbeda.
Perlahan tangan Helen mengeluarkan payudaraku dari balik daster yang berpotongan dada agak rendah. Kini payudaraku yang membusung itu terlihat jelas oleh mereka. Celana dalamku yang sudah basah menambah keseksianku, terutama saat jari-jari gemuk Pak Herman meraba selangkanganku, reflek kakiku menjepit tangannya.
“Sudah…Pak… saya mohon….. tolong….ooHkk….” rintihku dalam kenikmatan.
Mister Sange – Kumpulan Kisah Dewasa Terbaru
Perlahan tapi pasti, kini aku mulai pasrah apa yang telah menimpa diriku, tak ada lagi air mata, yang tersisa hanya rintihan kenikmatan dan dengusan nafas yang semakin memburu. Tanpa sadar kini dasterku sudah terangkat hingga ke atas memperlihatkan sepasang payudara yang sudah tidak berbungkus lagi, putingku yang berwarna pink terus dijamah oleh Helen dan Pak Salik.
“Len…. ooHkk….hhhmmm……aaammm….pun…. ooHkk…..yyeeahh!!” Helen tersenyum melihatku yang semakin tenggelam ke dalam jurang kenikmatan.
Pak Salik melumat payudara kiriku dengan gemas, tangannya terus bergerilya menjelajahi tubuhku. Sementara jari-jari Pak Herman berusaha menarik celana dalamku.
Dengan sengaja aku meliuk-liukkan kakiku dan merapatkan pahaku agar pria gemuk itu sedikit kesulitan membuka celana dalamku. Namun, sia-sia, tenagaku kalah darinya, celanaku makin tertarik lepas olehnya, sedikit demi sedikit rambut kemaluanku terlihat dan akhirnya mahkotaku pun terlihat dengan jelas. Mata yang sama saat melihatku bugil kembali terlihat.
“Kamu memang pelacur yang tokcer…hehehe” sahut Pak Herman dengan tertawa terkekeh-kekeh dan tatapan penuh napsu.
“Wuih gurih banget tetek Non Lusi, sekarang Bapak cium yah…mmmm!” Pak Salik melepaskan kenyotannya pada payudaraku dan lalu mendekatkan mukanya ke mukaku hingga…Slupsss…..hhhmm……..ssssllllll…bibir kami berdua beradu. Dengan ganas sopir itu melumat bibirku yang mungil, beberapa kali aku harus menelan air ludahnya,
Saat sedang melayani Pak Salik bercumbu, tiba-tiba aku merasakan panas dan geli melanda kemaluanku. Aku tidak bisa melihat ke bawah karena terhalang wajah Pak Salik, tapi aku tahu pasti Pak Herman sedang asyik melahap vaginaku. Lidahnya yang mengais-ngais vaginaku itu sungguh membuatku semakin menggelinjang, bukan itu saja, tangan itu juga mengelus-elus paha dan pantatku.
Tidak ada lagi bagian tubuhku yang terlewatkan oleh mereka. Belaian, jilatan, hisapan dan ciuman semua kuterima dengan pasrah, libidoku menggelegak tanpa dapat tertahankan lagi. Beberapa menit kemudian Pak Salik melepaskan lumatannya pada bibirku, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil udara segar.
“Non bener-bener bikin gak tahan, sekarang Non puasin saya yah!” katanya dekat telingaku sehingga hembusan napasnya terasa menggelitik daun telingaku.
Pria berkumis itu berlutut di sebelahku, ia membuka celananya sendiri dan mengeluarkan penisnya yang telah ereksi dari baliknya. Penis itu ia dekatkan pada wajahku, bau sedikit pesing langsung tertangkap oleh indera penciumanku sehingga aku mengernyit menahan jijik. Pria itu menggenggamkan tanganku pada batang penisnya, sungguh keras dan berurat sekali dengan kepalanya yang bersunat berwarna kemerahan itu.
Aku sungguh enggan bila harus menggoral benda itu, aku menoleh ke sebelahku. Aku terhenyak saat melihat Helen yang sudah telanjang bulat tanpa memakai apa-apa lagi. Ia pasti membuka bajunya sendiri ketika aku sedang berciuman dengan Pak Salik tadi.
Tubuhnya masih mulus dan langsing, tidak berubah sejak kami kuliah bersama dulu, bulu kemaluannya tumbuh dengan lebat membentuk segitiga hitam yang menyelubungi kemaluannya. Rambut hitam panjangnya diikat ke belakang sehingga lehernya yang jenjang itu terlihat. Ia tersenyum dan mengangguk padaku sambil membelai rambutku.
“Iyah Lus…emut kontol itu, santai pakai perasaan!” katanya dengan lembut.
Entah mengapa aku merasa sedikit tenang oleh perlakuannya yang lembut, aku seolah rela diperintah olehnya. Perlahan aku pun mendekatkan wajahku pada penis itu, kukeluarkan lidahku menjilati kepala penis itu walau masih agak ragu.
Oouuuhh…aku melenguh saat lidah Pak Herman menyapu vaginaku yang sangat basah itu menyentuh dan menjilati klitorisku. Sensasi itu seakan menambah semangatku untuk tidak ragu lagi mengoral penis Pak Salik yang sedang menunggu untuk itu.
Aku pun memasukkan penis itu ke mulutku dan mulai mengulumnya. Pria itu melenguh nikmat merasakan sapuan lidahku pada kepala penisnya. Sementara itu Helen terus merangsangku dengan mengulum dan meremas payudaraku secara bergantian
“MMhh…sssllrrppp….ssluurrpp….nyam!” bukan hanya menghisapi vaginaku, sekali-kali Pak Herman juga memainkan jari telunjuknya untuk mengobok wilayah intimku
“Memek mu bener-bener seret Lus….hhhmmm…. wanginya menggoda banget.” sahut Pak Herman di sela-sela menjilat vaginaku
Tak lama kemudian, aku merasa ada sesuatu benda tumpul mencoba menerobos lobang kenikmatan ku…
“Aaaakkhhh!” aku kembali menjerit, kulumanku pada penis Pak Salik kulepaskan sejenak untuk menjalani proses penetrasi pada vaginaku.
Perlahan benda itu terus menerobos masuk ke vaginaku.
“Ga…bukan ini! Punya bandot ini gak sebesar ini deh”, kataku dalam hati, karena penasaran, kucoba untuk mencoba mencari celah untuk melihat ke bawah karena kepala Helen agak menghalangi pandangaku. Kulihat ke bawah sana dan ternyata yang mengobok vaginaku bukanlah penis Pak Herman melainkan penis mainan yang berukuran besar.
“OooHHkk….sakit…jangan pake itu Pak!!” aku merintih saat dildo itu masuk semuanya, menyentuh dinding rahimku, dengan cepat pak Herman memainkan dildo tersebut,
“Plok….plopss….pplloookk….uuhhkk…. Pak…Hhhmmhh!” rintihan demi rintihan terus terlontar dari mulutku
“Nikmat kan sayang…. jawab…. nikmat ga?” tanyanya dengan suara keras,
“Oohhkk…Pak…..eeee…hhhmm…..enak…Pak…..uuhhkk….eeemmm” jawaban itu terlontar begitu saja dari mulutku lalu tersumbat karena Pak Salik kembali menjejali mulutku dengan penisnya.
Cerita Dewasa Bos dan Bawahan – MisterSange
Sekali-kali aku menggoyangkan pinggulku, aku merintih layaknya seorang pelacur.
Vaginaku terasa makin berdenyut-denyut seiring dengan getaran dildo itu. Tak lama kemudian tubuhku bergetar sangat hebat, otot-otot vaginaku semakin menjepit dildo tersebut
“Ppaakkk… ooooooohkkk…Serrrr…ssssseeeerrrrrrrr!” cairan cintaku mengalir dengan derasnya membasahi selangkanganku.
Pak Herman menatap wajahku penuh dengan kepuasan, ia lalu menarik lepas dildo itu dari vaginaku. Nampak cairan orgasemeku menjuntai seperti benang ketika benda itu ditarik lepas dari vaginaku. Pria gemuk itu menjilat juntaian cairan kewanitaanku dan beberapa detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak membuatku semakin jijik melihat mukanya.
“Udah puas ngecretnya?” lagi-lagi kata yang menjijikan itu keluar dari mulutnya, mukaku memerah karena malu terhadap diriku sendiri, aku harus menikmati orgasme dan perkosaan dengan orang yang kubenci, sungguh ironis.
“Pak, udah Pak…..saya mohon….uuuhhkk…” napas ku terengah-engah setelah menarik kepalaku dari pegangan Pak Salik dan melepas penisnya dari mulutku, namun tanpa henti-hentinya, mereka terus mengerjaiku.
Helen berdiri dan menaiki wajahku, terlihat jelas vaginanya yang merah merekah di tengah kerimbunan bulu-bulu kemaluannya, perlahan-lahan digesekannya ke wajahku.
“Ayo say, dijilatin ya, enak kok” katanya dengan nafas yang memburu, sedangkan tangannya aktif membelai-belai payudaranya sendiri.
Awalnya aku agak ragu tapi akhirnya aku memberanikan diri untuk menjulurkan lidahku meyapu bibir vagina temanku itu.
“Sslluupsss…sslluuppss…hhhmm!” aku mulai menjilati vagina Helen dan menikmatinya, vaginanya begitu terawat dan sedikit wangi, sepertinya ia baru mencucinya sebelum ke rumahku.
“Ooohhkk… Lush hmmm…. terus…oohhkk….lidahmu enak Lus….uuuhhkk…..” sekali-kali pantatnya terangkat.
Pak Salik menggengamkan tanganku pada penisnya dan langsung kukocok tanpa diperintah lagi. Ia mendekap tubuh Helen dan melumat payudaranya dengan rakus. Helen memeluk kepala pria itu seakan memintanya terus mengenyoti payudaranya dan tidak ingin melepaskannya.
Sementara di antara kedua belah pahaku sana, Pak Herman sekarang sudah bugil dan bersiap menyetubuhiku, kini penisnya tepat menempel di bibir vagina ku dan siap untuk masuk ke sarangnya. Sekali lagi aku meringis kesakitan saat kepala penis itu masuk ke vaginaku.
“Bener-bener memek yang hebat Lus…padahal tadi udah dibobol pake dildo super tapi tetep saja seret kaya memek perawan..hak…hak…hak (ups…sory Sis Diny, belum minta lisensinya ya)” katanya sambil mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur.
“Ohkk… Pak pe…pe..lan….pelan!” rintihku saat penis itu memaksa masuk ke vaginaku yang terasa nyeri, tapi Pak Herman tidak mendengar kata-kataku, malahan semakin brutal menyetubuhiku.
“Hhhhmm….uuuhh, Lus, memekmu luar biasa sayang…oooh….aahhkk…..bener-bener kaya perawan aja, aku pasti betah di rumah kalau kamu jadi istri mudaku.”
Tiba-tiba…crett…cret…srrr…cairan orgasme Helen yang bening dan hangat mengucur ke wajahku diiringi erangannya. Saat itu Pak Salik yang sedang asyik melumat payudaranya langsung berpindah melumat bibirnya yang indah. Helen menikmati orgasmenya sambil berpelukan dan berciuman panas dengan sopir itu.
Ia juga makin menempelkan vaginanya ke wajahku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, maka kujilati vagina Helen yang berleleran cairan kewanitaannya itu hingga menimbulkan bunyi menyeruput. Sekitar tiga menitan baru Helen bangkit berdiri dan Pak Salik menggantikanku menjilati sisa-sisa cairan orgasmenya. Maka kini aku fokus melayani Pak Herman yang tengah asyik menyodok-nyodok vaginaku.
“Lus…uuhh…uhh!” ceracaunya saat otot-otot vaginaku makin berdenyut menjepit kontolnya.
“Pak….oohhkk….udah….dong Pak…hhhmmm!!” dengan tangan terikat, aku hanya bisa berteriak histeeris saat penis Pak Herman menusuk lebih dalam ke vaginaku, dengan sangat kasar pak Herman terus mengenjot vaginaku yang semakin basah oleh lendir vaginaku.
“Len tolong kamu…..hhhmm… lepasin ikatan Lusi!” perintahnya pada temanku.
Helen hanya mengangguk, dengan cekatan ia melepaskan ikatan di tanganku sehingga aku merasa sedikit lega karena terbebas, pergelangan tanganku masih agak sakit karena bekas ikatan itu menarikku setiap kali aku meronta dan menggeliat.
Tetapi ternyata aku salah, Pak Herman bukan menyuruh Helen untuk membebaskanku, ia hanya menyuruhnya untuk mengikat tanganku ke belakang supaya dia bisa berganti gaya.
“Nah sekarang kamu dudukin ni kontol Bapak!” suruhnya sambil mengambil posisi tiduran
Aku dibantu oleh Helen dan Pak Salik untuk menduduki penis Pak Herman. Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan sambil membuka bibir vaginaku. Setelah penis itu masuk sebagian, dengan sekali sentakan Pak Herman memasukkan semua batang kemaluannya hingga terbenam ke lubang surgaku, tubuhku pun menggeliat dan menjerit karenanya.
“OOkk…….nikmaat sekali Lus….hhhmmm!” perlahan-lahan aku menaik turunkan tubuhku, “ooHHkk…..hhhhkkkk…. uuuuhhh yyeeaa…terus Lus!”
Sekali-kali aku maju mundurkan pantaku, dengan semangat 45 Pak Herman terus menggenjot vaginaku tanpa ampun, sangat terasa kalau vaginaku semakin basah oleh cairan cintaku karena setiap alat kelamin kami bertumbukan terdengar bunyi kecipak yang nyaring. Saat itu Helen sedang mereguk kenikmatan bersama Pak Salik.
Pria itu menindih tubuh mulusnya dan menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Helen. Kedua tangan Helen melingkari tubuh Pak Salik, sepasang pahanya juga mengapit erat pinggul sopir itu. Ia nampak sangat menikmati sekali persetubuhan itu, suara desahan-desahan liar keluar dari bibirnya yang basah menggairahkan.
Sungguh tak kusangka, Helen, temanku yang dulu di kampus terkenal sebagai gadis baik-baik ini dapat berubah sedemikian liar bak pelacur kelas atas. Perusahaan ini benar-benar gila, semua tidak lepas dari seks, sungguh tidak habis pikir aku dibuatnya.
“Pak….aku…oohhkk!” belum sempat aku berkata, Pak Herman menarik pundakku sehingga tubuhku menindih tubuhnya yang gendut, “ayo sayang terus digoyang!” suruhnya dengan nada yang sedikit bergetar bertanda bahwa dia sudah hampir klimaks.
“Aku harus cepat menyelesaikan permainan ini” gumamku dalam hati karena aku takut pembantuku pulang dan melihat aku yang lagi disetubuhi Pak Herman, maka aku pun semakin cepat menggoyang pantatku, makin cepat dan makin cepat. Sesekali aku berciuman dengan atasanku yang bejat ini, lidah kami saling beradu hingga erangan kami agak tersendat.
Tangan pria itu membelai punggungku yang basah berkeringat dan tangan satunya meremasi pantatku. Aku dapat merasakan putingku menggesek dadanya yang sedikit berbulu itu.
Erangan kenikmatan sahut-menyahut memenuhi kamarku ini dari dua pasangan yang sedang bercinta di dalamnya. Aku menoleh ke arah Helen yang saat itu sedang memandangiku sehingga pandangan kami saling bertemu. Ia tersenyum nakal sambil sesekali mendesah di tengah genjotan Pak Salik.
Setelah lima belas menit disenggamai, aku merasa akan segera orgasme, vaginaku semakin erat meremasi pernis pria itu dan seperti ada gelombang dahsyat yang menerpa tubuhku hingga akhirnya….
Mister Sange – Ribuan Cerita Seks Dewasa Gratis
“Ooohhhhhkkkssss!! aku orgasme berbarengan dengan Pak Herman.
Ia menekan penisnya dalam-dalam dan menyemprotkan isinya di dalam rahimku. Cairan kental dan hangat itu terasa sekali mengisi vaginaku. Tubuhku luluh lantak menerima perkosaan yang brutal barusan. Pak Herman menarik lepas penisnya dari vaginaku. Aku mengira semua ini sudah selesai, tapi ternyata belum, ia kini membalikkan tubuhku.
“Aahh…aahh…..uuuu…. cu…cukup Pak… saya capek” aku memelas padanya.
“Belom sayang, bentar lagi ya!” katanya sambil mengelus rambutku, “Nah, sekarang kamu nungging ya.”
Tubuhku terasa semakin lemas saat mendengar perkataan Pak Herman. Dengan sedikit kasar ia membalikkan tubuhku dan memposisikannya nungging. Perlahan tangan kasarnya mulai mengelus belahan pantat ku dan berhenti di lubang kenikmatanku, sekali-kali dia tusuk dengan sangat lembut.
“Oohhkk… pak…hhmm!!” rintihku saat jari itu menembus vaginaku.
“Memek kamu bener-bener enak Lus” katanya sambil mendekatkan mukanya ke pantatku, “hhmm….pantatnya juga montok banget, Bapak suka banget Lus….”
Dengan lembut lidah pak Herman menyapu lubang anusku, slups…slupss…kocokan jarinya di vaginaku semakin menjadi-jadi.
“Pak, jangan pak….hhhmm….”
“Jangan kenapa Lus” katanya masih dengan mempermainkan anus dan vaginaku
“Janggan…ooohhkk…cukup Pak, geli banget,”
“Apanya yang geli Lus?” kocokannya makin cepat sehingga aku semakin menggeliat tak terkendali.
“Bagaimana kalau kita pake ini lagi” katanya sambil menancapkan dildonya.
“Aaaakkhhh!” aku sedikit menjerit saat dildo itu kembali membelah vaginaku.
“Pak…hhhmm…. jangan disitu Pak!” aku kembali terpekik saat jari tengahnya menerobos anusku yang masih virgin.
Terlihat senyum mesum Pak Herman yang semakin mengembang, ia semakin bernafsu mempermainkan kedua lubangku. Sementara aku sendiri juga sudah tak mampu lagi menutupi diriku yang semakin terangsang. Semakin lama semakin cepat kocokannya di anus dan vaginaku.
Perlahan aku mangangkat wajah dan melihat ke sebelah, kali ini Helen sedang naik turun di pangkuan Pak Salik yang duduk bersandar pada kepala ranjangku.
Sangat kontras sekali tubuh mereka yang sedang berpelukan erat dan menyatu itu, Helen begitu langsing dan putih, kulitnya pun kencang dan halus, sedangkan Pak Salik kurus, dekil dan kulitnya mulai berkerut termakan usia. Mereka bersetubuh dalam tempo lambat dengan disertai sesekali beradu lidah, pantas suaranya tidak terlalu ribut seperti aku dan Pak Herman.
“Ohhkk…. Pak!” lagi-lagi mataku membeliak dan kepalaku terangkat saat kedua lubangku dikerjai dengan bersamaan.
“Lubang belakangmu bener-bener mantep sayang, Bapak jadi kepingin menikmatinya, boleh kan?” tanyanya yang tanpa menunggu jawaban dariku langsung mempersiapkan penisnya di depan lubang anusku.
“Tidak Pak, jangan…saya belum pernah.” mohonku dengan suara yang sedikit bergetar, tapi ia tidak peduli dan dibukanya lebar-lebar belahan pantatku.
“Makanya dibikin pernah biar terbiasa, kamu sudah siap kan sayang?” perlahan kepala penis itu ditekannya hingga melesak masuk ke anusku,
“Sudah Pak, cukup…oohhkk… perih!!” aku merintih sampai air mataku keluar.
Perlahan anusku mulai terbelah sebesar kepala penis Pak Herman.
“Sakit pak…ampun…cukup jangan di situ lagi Pak.” isak tangisku kembali meledak saat penis itu terus merangsek masuk hingga akhirnya amblas ke lubang anusku.
Dengan sekuat tenaga Pak Herman mendorong penisnya lebih dalam lagi sampai mentok hingga aku pun tak sanggup untuk tidak menjerit.
“Gila…hhhmmm…..ssss…seret banget Lus, dua-duanya bener-bener nikmat Lus.” katanya sambil meremas pantatnya, ia mendiamkan dulu penisnya menancap pada anusku untuk meresapi jepitannya sekaligus beradaptasi.
Rasanya bener-bener sangat sakit, aku tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi padaku. “Tidak, ini pasti cuman mimpi, bangunkan aku Tuhan dari mimpi ini!” doaku dalam hati.
Semenit kemudian, Pak Herman mulai menggerakkan pinggulnya menyodomiku. Terkadang ia memukul pantatku hingga bongkahan pantatku perih. Mula-mula genjotan itu dilakukannya dengan tempo pelan sehingga aku dapat beradaptasi. Gesekan-gesekannya memberi rasa nyeri namun juga tak dapat kusangkal akupun mulai keenakan karenanya.
“Pak….uuuhhkkk….sakit Pak, jangan terlalu keras!” teriakanku semakin kencang saat penis itu menyodok anusku dengan sangat kuat,
“Tenang Lus kamu nikmatin aja ya!” katanya sambil terus menyodok anusku yang semakin lama semakin nikmat.
Sementara di sebelah, Helen semakin menceracau, gerak naik-turunnya pun semakin liar dan menimbulkan bunyi bertepukan dari kontak alat kelamin mereka. Pak Salik pun aktif menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas sambil mulutnya menghisapi payudara Helen.
Akhirnya Helen mencapai orgasme terlebih dulu, tubuhnya melenting ke belakang sehingga payudaranya makin membusung ke depan. Selama beberapa saat tubuhnya yang telah berkeringat berkelejotan dalam dekapan si sopir itu sebelum akhirnya melemas.
Pak Salik membaringkan tubuh Helen yang terkulai lemas pasca orgasme. Kemudian perhatiannya langsung tertuju padaku. Deg…jantungku berdebar-debar ketika pria itu mendekatiku sambil memegang penisnya yang masih tegang.
“Diemut Non, dibersihin juga!” perintahnya sambil menjenggut rambutku dan menempelkan kepala penisnya pada bibirku.
Aku tidak punya pilihan lain dan terpaksa membuka mulutku lalu mulai mengulum penis yang masih basah oleh cairan kewanitaan temanku. Aku menjilati batangan itu dan mulai memaju-mundurkan kepalaku mengoralnya dengan harapan pria itu cepat orgasme.
Aku kini melayani dua pria, atasanku, Pak Herman, menggarap anusku dari belakang, tangannya tidak pernah diam, selalu menggerayangi lekuk-lekuk tubuhku terutama payudaraku yang paling sering diremasnya, sementara di depan aku harus melayani sopirnya, Pak Salik, yang penisnya sedang kukulum dan kuhisapi.
Pak Salik bergetar menahan nikmat saat lubang kencingnya kusapu dengan lidahku. Aku tahu ia akan segera orgasme karena sudah cukup lama menggarap Helen tadi sehingga aku pun mempergencar serangan mulutku. Akhirnya Pak Salik pun orgasme di mulutku, ia melenguh panjang dan menyiramkan spermanya di dalam mulutku, kepalaku dipeganginya sambil meremas-remas rambutku.
Cairan seperti susu kental itu banyak sekali dan baunya sungguh menusuk, aku tidak sanggup menelan semuanya sehingga banyak yang meleleh di pinggir bibirku. Ia akhirnya mencabut penisnya dan ambruk di sebelahku. Sekarang tinggal Pak Herman, aku juga menggoyangkan pinggulku turut berpacu dengannya. Sesuai harapanku, yang ditunggu-tunggu tiba juga, penis Pak Herman dalam anusku bergetar hebat dan siap menumpah kan laharnya.
“Oohhhkkk….. nikmat sekali…anus mu Lus, uuuhhh!!” erangnya melepas orgasme, spermanya menyembur membasahi anusku.
Tubuhnya langsung roboh di sampingku. Empat tubuh telanjang bergelimpangan di ranjangku, nafas yang menderu-deru terdengar jelas di kamar ini. Aku memejamkan mataku cukup lama sambil mengatur nafas dan beristirahat. Tubuhku terasa remuk dan hancur berkeping-keping, anusku juga sangat perih sekali, begitu juga dengan vaginaku.
Aku terbangun ketika merasakan pantatku diangkat, mataku membuka dan melihat Pak Salik telah mengambil posisi di antara pahaku. Tanpa basa-basi ia menempelkan kepala penisnya ke vaginaku dan menekannya hingga masuk.
“Oohhkk” aku merintih saat vaginaku kembali dimasuki penis
“Sekarang sama saya Non, kan saya belum rasain memek Non!” katanya
Aku melihat Pak Herman yang tersenyum puas padaku,
“Nah Lus, mulai sekarang kamu sudah menjadi asset perusahaan seutuhnya, minggu depan ada arisan perusahaan di villa saya, kamu wajib datang!” katanya.
“Iyah Lus…bakal banyak yang lebih seru di sana, kamu bintang baru, jadi semua orang sangat berharap kamu datang” timpal Helen tersenyum padaku.
Aku tidak sanggup berkata apapun lagi karena sudah terlalu lelah, sementara Pak Salik semakin ganas menggenjotku. Pandanganku semakin kabur…makin kabur dan akhirnya gelap sama sekali.
Mister Sange – Kisah Dewasa Terbaru dan Terlengkap
####
Aku menggerakkan jariku, mataku membuka perlahan. Kudapati diriku tengah terbaring tanpa busana di ranjangku sendirian, ini bukan mimpi, vagina dan anusku masih terasa nyeri walau agak mendingan, aroma sperma pun masih terasa di mulutku.
Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, sepertinya cukup lama karena langit sudah gelap dan jam di bufet sebelah ranjang menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Aku juga tidak lagi melihat Pak Herman, sopirnya dan Helen, mungkin mereka sudah pulang saat aku tertidur tadi.
‘Ting tong…. Ting tong!’ bel rumahku berbunyi tanda ada yang datang.
“Siapa sih?” gumamku dalam hati, setelah mengenakan pakaian, dengan tertatih-tatih aku melangkah membukakan pintu
“Ke mana sih si mbok? Udah tau ada tamu bukanya dibukain”
Saat pintu itu terbuka aku melihat seseorang yang kucintai namun telah kukhianati, suami ku! Betapa aku merindukan kehadirannya sehingga aku langsung memeluknya begitu ia muncul di ambang pintu.
“Tumben cepet pulang Ko.” sapaku.
Hari ini suamiku terlihat sangat lemas, tampaknya dia sangat lelah atau mungkin ada masalah di kantornya. Aku duduk di sebelahnya.
“Aku ambilin minum ya Ko.” tawarku sambil tersenyum dan bangkit hendak mengambilkan teh hangat, namun belum sempat aku berdiri tiba-tiba tanganku dicengkram dengan kuat sehingga terasa sakit, akhirnya kuurungkan niat untuk mengambil minum dan kembali duduk.
“Ada masalah apa Ko?” aku sedikit gugup menatap wajahnya yang kusut
“Lus…aku…aku…” suaranya terputus-putus “hhhmm….aku diberhentikan dari kantor.”
“Diberhentikan gimana Ko…emang apa yang sebenernya terjadi?” aku mencoba menghibur suamiku, namun dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan kembali.
“Pak Herman, hhhmmm…beliau tidak puas dengan kinerjaku, katanya pekerjaanku tidak becus”
Betapa shocknya aku setelah mengetahui bahwa perusahaan tempat suamiku bekerja ternyata merupakan salah satu anak perusahaan Pak Herman, entah apa maunya pria tak bermoral itu dengan sembarangan mem-PHK suamiku, tentu ada yang dia inginkan dariku. Apa lagi yang akan terjadi pada diriku setelah ini, Lust Inc. kian menjerumuskanku hingga seperti ini.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,