Cerita Sex: Pacarku Hobi Jilat Sperma
Sewaktu gue sedang asik-asiknya ngelamunin tentang tugas gue yang pertama ini setelah gue dapat promosi sebagai Direktur Niaga disebuah perusahaan yang bergerak dibidang kepelabuhanan untuk bernegosiasi dengan PSA soal pengaturan jalur container Singapore-Jakarta, tiba- tiba ada tangan nyolek punggung gue dan suara yang mengagetkan gue….., tapi setelah gue berpikir sebentar koq rasa- rasanya gue kenal suara itu……, pas gue lihat siapa si pemilik tangan dan suara itu……, gue kaget setengah mati….., mungkin hampir mati.., soalnya gue langsung ngebayangin kejadian sekitar 2 1/2 tahun yang lalu, waktu kantor gue masih di Wisma Nusantara di lantai sembilan, gue pernah naksir berat bahkan mungkin lebih dari naksir berat sama cewek item manis, agak kurus, punya bibir dan senyum yang sensual banget serta punya nama mirip dengan bini gue (sekarang udah ex)…..Renata…………..!!!!!!!!!Gilee……, terakhir gue ketemu sama dia waktu dia pulang di bulan Desember karena kakaknya kawin, dan itupun hanya satu kali aja.
Soalnya sejak dia kembali lagi ke Amrik, gue udah jarang banget kontak dia, sampai dengan my divorce and up til now..she showed up in front of me wearing a white tight t-shirt and a tight faded- blue jeans pants (I always think that this kind of outfit is her favourite one…)
“Hey, Agus…apa khabar….??”tanya dia sambil memamerkan giginya yang berjajar rapi.
“Eh,…uh….baik…”jawaban gue datar meskipun sambil tersenyum, soalnya gue kaget bercampur excited ketemu dia sekarang ini.
“Lagi ngapain di sini…?” lanjut gue sambil berusaha untuk menenangkan hati gue yang nggak karuan ini ketemu my dream girl (maklum udah lama jadi “duren” alias duda keren, he…he..!)
“Gue lagi liburan aja sendirian, soalnya abis lulus waktu itu gue belum sempat liburan dan abis dari sini gue musti balik ke Jakarta untuk kerja, jadinya….ya gue pake kesempatan ini utk jalan-jalan sendiri….., kan elu tau gue, Gus….” Rena nyerocos kaya senapan M 16 ngejawab pertanyaan gue.
“Elu sendiri ngapain kesini….?” tanyanya yang terus gue jawab apa adanya.
Setelah saling cerita tujuan masing- masing ke Singapore ini dan sekaligus membawa tas masing-masing dari bagage claim Changi Airport itu, terus pas sampai di depan airport sambil ngantri nunggu taxi gue iseng nanya
“Ren, nginep dimana lu…?” Terus dia cuma senyum sambil jawab
“Kenapa emangnya….?”.
“Nggak, kalau elu nggak ada tempat nginep, elu ke kamar gue aja, kebetulan kantor udah ngebokingin kamar Suite Room di Marriot Hotel…”gue berusaha untuk menawarkan sambil basa- basi sedikit.
Terus dia cuma ketawa lepas dan renyah seolah-olah tanpa beban menjawab
“Yang pastinya sih gue udah boking kamar juga…., cuma……” kalimatnya berhenti sambil matanya berusaha membuat gue yang nerusin kalimatnya. Melihat gelagat seperti ini gue langsung tanggap
“Udah deh sama gue aja, lagi pula elu belum bayar apa-apa kan dengan hotel pesanan elu itu….., lagi pula,….eh…..kita dulu pernah ingin buka kamar di Jakarta cuma belum pernah kesampaian,…jadinya ya sekarang aja…, ya…..”ajak gue dengan penuh antusias.
Body language gue dengan jelas nunjukin banget bahwa gue ingin banget bareng ama dia. Langsung dia jawab “OK….”Setelah dapat taxi, selama dalam perjalanan menuju hotel, gue sama Rena banyak tukar cerita sampai nggak terasa kalau sudah sampai di Marriot Hotel di persimpangan Orchard Road dengan Scotts Road itu.
Setelah gue chek in bareng sama Rena dan sampai di kamar 503 gue lihat jam gue nunjukin waktu hampir jam 6 sore waktu Singapore, gue langsung bilang sama dia
“Ren, gue mandi dulu, ya…. abis gue, ..elu mandi terus kita jalan- jalan sekalian diner…OK…?”.
“Siiipp…lah…!”jawabny a sambil mengambil posisi tengkurap di tempat tidur sambil menonton tivi.
Waktu di Singapore sudah hampir jam 9 malam pada saat gue berdua Rena sepakat untuk balik ke hotel karena sama-sama capek setelah makan malam dan jalan-jalan disepanjang Orchard Road sambil ngobrolin segala macam topik, mulai dari yang serius sampai dengan hal-hal yang “garing” (istilahnya dia untuk bilang sesuatu yang aneh tapi lumayan lucu) dan memutuskan untuk nongkrong di cafe atau disco besok malam setelah gue selesai meeting hari pertama besok.Begitu sampai di kamar gue udah terlalu capek untuk ganti baju dikamar mandi, akhirnya gue bilang
“Ren, sorry gue males ke kamar mandi untuk ganti baju, jadinya gue ganti baju disini aja ya….” dan tanpa gue tunggu jawabannya gue langsung buka kaos dan celana jeans gue untuk ganti dengan kaos khusus untuk tidur dan celana pendek (cuma berhubung ada Rena di situ gue nggak buka CD alias celana dalam…..).
Sementara itu, begitu dia tau gue ganti baju di depan mata dia, dia cuma tersenyum sambil bilang
“Siapa takut….” tapi sambil berusaha untuk tidak melihat secara langsung kearah tonjolan di daerah selangkangan gue.
Gue cuma berpikir satu hal, yaitu kayaknya dia kagum ama junior gue itu cuma masih malu untuk bilangnya ke gue. Untuk hal yang satu ini gue emang nggak perlu GR karena sudah terbukti, lho….. bahwa cewek yang udah pernah tidur sama gue pasti kagum dan puas dengan servis gue meskipun punya gue ini bisa dikategorikan rata-rata cowok Indonesia tapi yang penting adalah bagaimana cara menggunakannya, if you know what I mean….!!!!Setelah gue ganti kaos dan celana pendek, gue langsung rebahan di tempat tidur berukuran King size itu sambil nonton tivi yang kemudian disusul oleh Rena sambil bilang
“Elu nggak akan jahat kan sama gue….??”.
“Jahat maksud elu yang kayak apa…?” gue mencoba untuk mancing pembicaraan dia tapi kayaknya dia ini cukup misterius juga untuk masalah perasaan dia thd gue.
Karena terus terang gue sampai saat ini selalu ragu-ragu untuk menebak perasaan dia terhadap gue, dalam artian dia itu suka juga ama gue atau hanya sekedar berteman……..
Akhirnya setelah agak bosan dengan acara tivi, tiba-tiba dia bilang
“gue boleh ganti baju didepan elu nggak…..?” tanyanya dengan suara setengah berbisik.
Gue agak kaget dengar dia tanya seperti itu, meskipun berusaha gue untuk cuek dan seolah terbiasa dengan one-night stand affair, gue menjawab
“Siapa takut….” sebagaimana komentar dia waktu gue ganti baju tadi..dan Rena langsung berdiri dipinggir tempat tidur sambil buka baju membelakangi gue, terus dia sambil ketawa tersipu bilang
“eh,…baju tidur gue belum diambil dari koper…” sambil berlari kecil menuju kopernya untuk mengambil baju tidurnya itu.
Nah,… sewaktu dia lari itu gue sempat lihat bodynya yang kurus (dan rasanya lebih kurus dari waktu dia masih di Jakarta dulu) tapi tonjolan dibalik BHnya itu yang bikin mata gue kagak bisa berkedip….!!! Her breast ini bisa dibilang cukup average untuk ukuran cewek Indonesia, tapi dari getarannya waktu dia lari itu bisa dibilang nyaris tak bergetar.
Gue langsung ngebayangin that those breasts are quite firm dan gue nggak bisa ngebayangin gimana rasanya tangan gue yang meremas dua bukit yang kencang itu sambil gue mainin putingnya……wow….that should feels wonderful….!
“Agus…, koq punya elu itu jendolannya jadi gede banget….?” tanyanya sambil bola matanya menunjuk kearah penis gue sekaligus membuyarkan lamunan gue tentang gunung nona Rena itu.
Gue malu buuaaangeeettt waktu dia tunjukin bahwa penis gue udah membengkak dan keras dan itu terlihat meskipun gue pake CD dan celana pendek……semua itu gara-gara lamunan gue tadi nih…..sampai-sampai gue nggak sadar kalau dia udah selesai gnati baju dengan big t-shirt sampai dengan pahanya dan tidak memakai celana pendek atau celana panjang lagi, tapi dalam keadaan seperti itu, gue masih sempat ngeles
“iya nih, gue nggak kuat ngeliat a sensual and sexy girl liwat didepan mata gue half naked……” gue berusaha untuk jujur.
Kemudian Rena bergeser mendekati tempat gue rebah sambil bilang
“gue suka gaya elu yang hampir selalu straight to the point…, makanya gue juga mau straight to the point sama elu….”. Lalu dia mendekatkan mukanya ke muka gue dengan maksud untuk mencium gue dan tanpa pikir panjang lagi langsung gue sambut ciuman dari bibir yang sensual itu dengan kecupan demi kecupan dan langsung menjadi french kissing seolah-olah melampiaskan rindu kita berdua yang selama ini tertahan.
Yang jelas selama ini gue selalu mengharapkan kejadian seperti malam ini bisa berlangsung tanpa harus punya perasaan segan karena status gue yang berbeda dengan statusnya dia dan gue rasa dia juga punya perasaan yang sama. filmbokepjepang.com Sambil menciumi hampir seluruh mukanya, tangan gue mulai bergerak menuju ketempat-tempat sensitifnya, seperti payudaranya yang sungguh diluar dugaan gue bahwa itu merupakan daerah yang paling sensitif buat dia.
“Oooohhh…..” erangan halus yang terdengar dari mulutnya menandakan dia menikmati remasan tangan gue di payudara kanannya.
Sementara itu, tangan kirinya berusaha untuk membuka kancing dan resleting celana pendek gue dan pada saat yang bersamaan, tangan kiri gue menyelusup masuk ke dalam kaos tidurnya Rena untuk mencari puting payudara kirinya.
“Aaaaaahhhhh……Agus nakal banget sih…..”katanya sambil matanya hanya terlihat putihnya saja begitu tangan kiri gue berhasil memainkan puting susu kirinya.
“Oohhh…Ren…gue suka banget….sshhhh….aaahhh…” begitu tanganya berhasil juga menyusup ke dalam CD gue dan langsung memegang batang penis gue sambil diusap-usap secara perlahan.
Sambil mengusap-usap penis gue, dengan setengah berbisik
“Gue isep ya,…boleh nggak….?” sambil melirik ke arah penis gue. Tentunya dengan senagn hati gue terima tawarannya itu yang terus terang bikin darah diseluruh badan gue mengalir dengan cepat sekali.
Gue bantu dia untuk melepas CD gue dan setelah itu, gantian gue yang bantu dia untuk buka kaosnya… dan……, wooops……langsung gue melotot melihat payudaranya yang kencang dan menantang itu. Merasa cara gue melihat badannya dengan cara seperti itu, dia langsung berusaha menutup dadanya sambil berkata tersipu
“..Eh…,..apaan sih elu ngeliatnya kayak gitu…”.
” Sorry, I just love the view…” jawab gue sambil mencium bibirnya dan tangan gue juga langsung meraba payudaranya dan disambut dengan desahan nikmat yang keluar dari mulutnya…
Tiba-tiba dia melepas ciuman gue dan mengarahkan mukanya langsung ke penis gue sambil dipegang batangnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mencoba untuk menjangkau bola-bola gue dan sekaligus meremasnya dengan lembut. Seeerrrrrrr…, perasaan gue mendadak terbang begitu kepala penis gue bersentuhan dengan bibir sensual itu dan masuk kedalam mulutnya.
“Ooohhhhh…..”hanya itu yang bisa keluar dari mulut gue sambil gue merebahkan diri gue dan membiarkan kaki kanannya melewati diatas kepala gue, sehingga dihadapan gue terpampang spot basah di CD mini hitamnya yang gue yakin itu berasal dari vaginanya.
Tanpa ragu gue singkap CDnya sehingga gue bisa melihat dengan jelas bibir dan lubang vaginanya yang berwarna merah kecoklatan dan terlihat sudah basah itu. artikelbokep.com Setelah itu gue buka kedua bibir vaginanya dengan kedua jempol gue sehingga dengan jelas clitorisnya (meskipun sudah disunat) dan langsung gue jilat mulai dari clitorisnya sampai lobang vaginanya seperti gue menyapu daerah itu dengan lidah gue, sementara penis gue udah berdiri tegak dikuasai sepenuhnya oleh Rena. Yang jelas gue cuma ngerasa bibirnya naik turun menjelajahi batang penis gue, sementara lidahnya menjilati lubang penis gue sewaktu bibirnya menjempit kepala penis gue.
Pikiran gue saat itu adalah kalau dia bisa servis gue dengan hebatnya, gue nggak boleh kalah ngasih servis yang sama hebatnya. Gue jilatin vagina Rena sambil gue isep clitorisnya dan setiap gue isep gue bisa ngerasain seluruh badannya bergetar seperti orang kesetrum. Kurang lebih lima menit kita dalam posisi 69 gue ngerasa badan dia bergetar lebih keras dan dia mengehentikan gerakan bibirnya yang naik turun di penis gue pertanda dia akan mencapai klimaks. Langsung gue jilatin clitorisnya dengan lebih cepat sambil sesekali gue isap.
“Mmmmmmmmbbbbbhhhhh…….” suaranya seperti itu karena dia nggak mau lepas penis gue dari mulutnya berbarengan dengan getaran seluruh badannya dengan lebih keras. Gue ambil inisiatif dengan langsung mengisap clitorisnya kuat-kuat sampai pipi gue kempot.
Mulut gue yang dari sejak mulai menjilati vaginanya itu sudah basah oleh cairan dari kemaluannya bertambah basah dengan klimaksnya Rena. Gue bisa ngerasain cairannya yang manis asin itu dilidah gue dan terus terang gue suka banget dengan rasanya itu…Untuk beberapa detik, badannya masih bergetar hebat namun mulai melemah sewaktu dia melanjutkan menaik-turunkan bibirnya di batang penis gue, sementara gue menjilati seluruh cairan vaginanya sampai bersih.
Tiba-tiba dia mengangkat pantat dan memutar seluruh badannya kearah diantara kaki gue, sehingga dengan jelas gue bisa melihat kepalanya naik turun diatas penis gue sambil sesekali gue lihat dia menjilati kepala penis gue sambil melihat ke muka gue seolah ingin tahu ekspresi muka gue sewaktu dia jilati kepala penis gue itu. Tangannyapun ikut mengocok batang penis gue sehingga hal ini mempercepat gue mencapai klimaks.
Satu menit berlalu dan gue udah nggak kuat untuk membendung cairan yang akan segera muntah dari lubang penis gue.
“Aaaahhhhhhhh……Rena..sebentar lagi gue mau keluar…ssshhhhhh”. Mendengar itu dia langsung mempercepat gerakan mulut dan tangannya sambil tangan yang satunya tetap meremas lembut bola- bola gue.
“Ooohh…Rena..gue mau keluar sekarang……aaaaaaahhhhhhhhhhh….!!!!! ” teriak gue dan ccrrrooooottt….ccrrrooottttt, air mani gue menyemprot keluar dengan deras didalam mulutnya Rena yang tanpa rasa jijik ditelan semuanya.
Badan gue bergetar hebat berbarengan dengan Rena yang masih terus menyedot-nyedot penis gue seolah ingin menghabiskan seluruh air mani gue dan tidak rela ada yang menetes keluar dari mulutnya.Gue liat gerakan kecil di lehernya pertanda dia betul-betul menelan seluruh air mani gue tanpa menyisakan sedikitpun di penis gue. Setelah itu dia jilatin kepala penis gue sepertinya masih ada air mani yang tersisa untuk dia.
Wooowww…..gile bener ni cewek, baru kali ini gue ketemu cewek Indonesia yang suka air mani, karena selama ini gue pikir cewek Indonesia paling jijik dengan hal-hal seperti itu. Setelah dia yakin bahwa tidak ada lagi yang tersisa maka dia baru menjauhkan mukanya dari penis gue yang mulai melemah. Langsung gue tarik kedua tangannya ke arah gue dengan tujuan biar bisa gue peluk.Sekarang badan dia seluruhnya menindih badan gue sambil gue ciumin bibirnya sebagai tanda rasa terima kasih gue sama dia.
Setelah itu, dia menggulirkan badannya ke sebelah kiri gue sambil bilang
“Suka nggak….?”.
“Gue nggak tau musti bilang apa, Ren….. yang jelas gue nggak pernah ngerasain klimaks seperti barusan…”jawab gue sambil masih terengah-engah.
“Elu sendiri suka nggak, tadi….?” tanya gue ingin tau perasaan dia, sambil tersenyum (gue juga suka banget sama senyumnya itu) dia jawab
“Sama, Gus… gue juga belum pernah ngerasain klimaks seperti tadi……”Setelah posisi 69 itu, gue sama dia sama- sama rebahan di balik selimut sambil nonton tivi.
Rena hanya masih pake CDnya dan gue cuma pake t-shirt doang karena udah males utk ngambil pakaian kita yang berserakan di samping tempat tidur itu. Komunikasi diantara kita secara verbal memang nggak ada, tapi yang jelas sejak kita selesai ber69 itu, gue langsung pegang tangannya seolah-olah gue nggak mau jauh dari dia. Shit…what the hell am I thinking of ? pikir gue, belum apa- apa gue udah kayak orang lagi kasmaran. Kenapa gue jadi kayak begini, masa selama ini gue bisa bertahan untuk jaga betul hubungan dan perasaan gue dengan cewek- cewek yang pernah gue ajak kencan, kenapa dengan yang satu ini koq jadinya kayak gini…..???
Ah, mungkin ini karena dari dulu setiap gue jalan sama dia ke kafe- kafe (terutama Hard Rock) gue lebih banyak pasif dan menunggu, sehingga keinginan gue ini kayak terpendam begitu aja dan baru terlampiaskan malam ini. Well…, we’ll see….!!!
“Rena,….can I ask you a question..?” tanya gue dengan agak berhati-hati, terus dia hanya melirik ke gue sambil tersenyum dan dengan tangannya dia membelai muka dan rambut gue dengan halus dan kasih sayang
“Elu mau nanya apa..,Gus..?”.
“Gue mau ceritain perasaan gue selama ini terhadap elu tapi nggak tau gue harus mulai dari mana….., dan gue paling nggak bisa bilang basa-basi ama elu, jadi…………eh………..would you like to make love with me…..?” ups… akhirnya keluar juga omongan gue itu…., padahal dari dulu gue udah berusaha untuk nggak ngomongin hal itu ke dia, tapi sekarang ini kayaknya udah terlambat untuk disesali jadi, ya what the heck lah……!!
Gue lihat ekspresi muka dia sempat berubah tapi terus kembali biasa lagi
“Gue mau aja make love sama elu, tapi sebelum itu gue pengen nanya apa elu udah tau gue dalam artian tau gue bener- bener…??”. Gile, what a tough question, gue berpikir sebentar, lalu
“Emmm….. mungkin tau yang sebenar-benarnya enggak.., tapi sekarang ini kesempatan gue untuk tau lebih banyak tentang elu kayaknya lebih besar deh…dibandingin dulu..”. Fiuuhhh…kayaknya jawaban gue cukup logis dan mudah-mudahan bisa diterima.
“Sama satu hal yang dari dulu sebenarnya ingin banget gue tanya ke elu,…eh…gimana sih sebenarnya perasaan elu sama gue, maksud gue elu itu sebenarnya suka juga nggak sama gue dalam artian ingin yang lebih serius atau hanya sekedar teman jalan aja sih…..?” tanya gue mumpung momentnya tepat.
“Gue nggak tau elu perlu jawaban gue apa enggak……” katanya berhenti sampai disitu karena dia udah langsung narik leher belakang gue ke arahnya untuk mencium gue.
Gile ini cewek bener-bener nggak bisa ketebak jalan pikirannya, tapi gue udah nggak bisa mikir lebih jauh lagi soalnya konsentrasi gue langsung buyar begitu ngerasain lidah gue disedot kencang banget sama Rena. Pikir gue dalam hati
“She’s really a good french kisser..”. Sementara itu sekarang ini separo dari badan gue menindih badan dia sambil tangan gue meremas-remas payudaranya yang imut-imut itu.
Setelah puas gue cium bibirnya, pelan-pelan gue mulai menciumi pipinya, kemudian lehernya, bahunya dan sampai di payudaranya kanannya, gue ciumin mulai dari atas bergeser pelan-pelan sambil gue julur lidah gue sehingga ujung lidah gue bersentuhan dengan kulitnya sementara tangan gue menyempatkan untuk membuka CD mini hitamnya dan menariknya sampai ke lutut Rena.Begitu ujung lidah gue bersentuhan dengan puting mungil dan menonjol itu terdengar suara desahan dari si pemilik puting itu
“Heeehhhhhhh……Agus….gue suka banget…….” katanya sambil berusaha meremas rambut gue tapi nggak bisa soalnya rambut gue cepak gaya ABRI.
Akhirnya dia cuma bisa membantu membenamkan kepala gue ke payudaranya itu, sementara tangan kanan gue sedang asik bermain dengan puting susu kirinya yang juga mungil dan sudah menonjol itu. Posisi kaki kanan gue sekarang sudah berada diatas paha dan perut bagian bawahnya. Terasa oleh gue bulu-bulu halus dan rapih serta tidak terlalu lebat di bagian bawah perutnya. Gue isep putingnya sambil sesekali gue jilatin.
Lalu tangan kanan gue yang semula bermain dengan puting kirinya sekarang berpindah mengusap perutnya perlahan dan turun ke rambut-rambut halus diatas vaginanya itu gue mainin sedikit dengan mengusapnya. Terus perlahan jari gue gue turunin ke arah vaginanya dan berusaha menemukan clitorisnya. Begitu gue menemukan apa yang gue cari, maka jari-jari gue mulai main dengan clitoris dan lubang vagina yang memang sudah mulai basah.
Semua yang gue kerjain ini berdampak bagi Rena mengalami kenikmatan yang tinggi. Hal ini terbukti dari goyangan maupun gerakan serta getaran yang yang ditunjukkan oleh badan Rena yang tight and firm itu mulai meningkat.Gue betul-betul kagum sama bodynya dia, meskipun jarang berolahraga (menurut pengakuannya) badan dia mulai dari tangan, punggung, perut, dada, paha dan betis kelihatan kencang dan tanpa lipatan-lipatan lemak.
Padahal yang gue tau makannya sih normal-normal aja tuh, tapi emang itu namanya body memang oke punya….Sementara gue sibuk dengan aktifitas diseputar payudara dan vaginanya, tangan dia mulai meraih penis gue yang memang masih dalam kondisi lemas.
“Agus, buka kaos elu, ya…….” katanya sekaligus membantu gue untuk buka kaos gue. Setelah kaos gue lempar entah kemana, gue lanjutin dengan menciumi perutnya yang rata itu.
Rena menyambutnya dengan mengusap-ngusap kepala gue tanda benar- benar menikmati apa yang gue kerjain ke dia sementara tangan satunya tetap pegang penis gue dan pelan-pelan mengocoknya. Perjalanan gue terusin dengan pelan-pelan gue geser muka gue ke arah persis didepan mulut vaginanya dan badan gue pun gue geser kearah diantara kedua kaki Rena, hal ini mau enggak mau dia harus melepas penis gue. Kepalanya diangkat sedikit agar bisa melihat muka gue yang sedang sibuk mengagumi vaginanya itu.
Gue angkat sedikit pantatnya biar vaginannya lebih gampang terjangkau oleh lidah gue yang sekarang ini sedang menjilati clitoris Rena. Setiap ujung lidah gue menyentuh clitorisnya itu, setiap saat itu pula gue ngeliat kepalanya digoyang kekiri dan kekanan sementara kedua tangannya berusaha untuk menjangkau dan memegang tangan gue seolah dia butuh sesuatu untuk dia remas. Begitu tangannya berhasil memegang tangan gue, langsung dia pegang tangan gue begitu erat. Pegangannya bertambah erat kalau pas lidah gue sedang “menampar” clitorisnya itu berulang-ulang dengan ujung lidah gue.
“Ooohhhhh…ssshhhhhhttsss…..oh..yaaa.. ..teruuusssss….!!!” hanya suara-suara kenikmatan itu aja yang gue denger dari mulutnya.
Gue masih terus menjilati clitorisnya dan kadang-kadang lidah gue menjelajah turun sampai ke lubang vaginanya yang kadang-kadang gue coba penetrasi ke dalam lubang itu dengan lidah gue. Gue nggak tau apakah memang vaginanya itu tidak memiliki aroma khasnya atau memang gue udah terlalu nafsu, sehingga indra penciuman gue agak rusak, soalnya sewaktu idung gue persis didepan lubang kewanitaannya itu, gue sama sekali enggak mencium apa-apa.
“Aaahhhhh…..Aguusssss…….gue ssukkaaa bangeeett….!!”desahannya buat gue semakin bertambah nafsu untuk lebih memfokuskan lidah gue ke clitorisnya, sementara itu kepalanya masih tetap digoyang kekanan dan kekiri, meskipun kadang-kadang dia mengangkat kepalanya untuk melihat “keadaan” gue.
Selagi asiknya menyapu daerah kewanitaannya itu, tiba-tiba gue ingin bikin dia terkejut dengan menarik mulut gue menjauhi vaginanya dan sekaligus berhenti menjilati clitorisnya.
“Eh…..??” begitu katanya sambil mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi muka gue seolah ingin tahu alasan gue untuk memberhentikan kegiatan gue yang betul-betul dia nikmati. Gue bisa melihat itu dari eskpresi mukannya yang sedang keheranan.
Tapi keheranannya itu tidak berlangsung lama karena gue langsung tarik kedua tangannya untuk mengajak dia bangun dan turun dari tempat tidur dan sambil gue pegang tangannya gue tuntun dia menuju sofa (two-seater) yang kebetulan posisinya dekat sekali dengan jendela. Gue tuntun dia untuk duduk dengan posisi pantatnya berada dipinggir sofa.
“Elu merasa comfortable, nggak….” tanya gue memastikan bahwa posisinya itu enak buat dia.
Jawaban yang gue dapat hanya anggukan kecil kepalanya dan senyum yang nggak pernah bosen gue lihat. Terus gue angkat kedua pahanya tinggi supaya posisi vaginanya pas di depan gue. Gue mengambil posisi duduk dibawah dengan kedua kaki gue berada dibawah pantat gue, langsung gue garap kembali proyek yang tadi sempat gue hentikan.
“Elu pengen sambil gue isep nggak, Gus…??” tanyanya diantara desahan nafasnya yang seolah-olah habis lari marathon Bogor-Jakarta.
Gue nggak perlu menjawab pertanyaan itu karena gue cukup mengelengkan kepala gue sementara lidah gue menyentuh clitorisnya seiring dengan gelengan kepala gue itu tadi, sehingga gue bisa lihat kepalanya kembali dia sandarkan kembali ke sandaran sofa empuk itu.
“Aaaahhhhh….gile..lu…., ooohhh..yaaa…..hhhssssttssss..” kembali hanya desah kenikmatannya itu aja yang gue dengar kurang lebih selama lima menit sampai dia bilang lagi
“Oooohhhhh….Agguusss….aaooooouuuuwww. ..iya..iya…iya…” sambil ikut menggoyangkan pinggul dan pantatnya yang semakin cepat dan semakin cepat sampai tiba-tiba tangan gue di remas kuat sekali dibarengi dengan getaran tubuhnya yang menggila
“…Aaaahhhhhh….yes…yesss…sssssshhh hhh” teriaknya pertanda dia sedang mencapai puncak kenikmatannya.
Setelah seluruh badannya melemah kembali, dia langsung bangun dari posisi setengah tidur itu dan langsung berusaha untuk berdiri (meskipun dengan agak sedikit terhuyung-huyung…). “Haahh…gile lu, gue malam ini sampai dua kali orgasme, ….sampai-sampai rasanya peredaran darah gue terlalu cepet beredarnya…ha..ha…!!!!” katanya diiringi dengan tertawa renyah sambil tetap berpegangan dengan tangan gue.Lalu dia menuntun gue untuk duduk di sofa itu dengan dia berada diantara kedua kaki gue dengan posisi duduk.
Sewaktu tangannya memegang penis gue yang masih tegak (apalagi sekarang tegak keatas…) dia agak heran dan bertanya
“Lho koq masih keras aja sih, padahal kan belum diapa-apain…??” sambil melirik dan tersenyum menggoda.
Lalu pelan-pelan dia kocok batang penis gue sambil dilihat- lihat seperti anak kecil yang sedang mengagumi mainan barunya.
“Koq ngeliatnya kayak begitu amat sih….?” tanya gue penasaran.
“Enggak cuma suka aja ngeliat punya elu…., gemes gue ngeliatnya…..” katanya sambil membuka mulutnya dan langsung melahap penis gue yang memang udah keras sejak tadi.
“Oooohhhh……” gile bener rasanya waktu penis gue masuk kedalam mulutnya sambil tangan gue memegangi rambutnya supaya tidak menghalangi pemandangan gue sewaktu dia ngisep penis gue.
Kayaknya dia tau persis bahwa my favorite sex activity adalah a girl giving me a blow job….!!!!!! Buktinya setiap kali bibirnya bergerak naik gue bisa lihat pipinya sampai kempot dan sedotannya betul-betul bisa mempercepat air mani gue untuk keluar. Padahal biasanya untuk setiap ronde kedua gue lebih kuat dan lama dibandingkan ronde pertamanya. Akhirnya daripada gue kebobolan duluan lebih baik gue langsung bilang ke dia
“Ren,…gue udah nggak tahan nih…eh, boleh gue masukin nggak….???”. Lalu dia menarik mulutnya dari penis gue dan bilang
“Iya, nih….gue juga udah nggak tahan,…I want something hard inside me……”. Begitu mendengar dia bilang seperti itu, langsung penis gue berdenyut-denyut seiring dengan detak jantung gue yang sekarang ini hitungannya sudah seperti habis lari marathon 10 km.
Gue langsung bimbing dia untuk kembali ke tempat tidur, dimana dia langsung mengambil posisi terlentang dan dengan demikian gue bisa langsung menindih dia sambil gue cium bibirnya yang betul-betul menggoda iman……!!
Sementara itu, tangan gue sedang memegang penis gue untuk mengarahkannya ke lubang kenikmatan milik Rena itu. Untuk mempermudah penetrasi penis gue itu, gue buka kedua paha Rena dengan kedua paha gue sehingga posisi gue ini sekarang udah kayak gaya kodok mau loncat. Untuk mempertemukan kepala penis gue dengan lubang vagina Rena yang sudah basah sekali itu, gue nggak perlu ngeliat lagi kebawah, tapi cukup dengan “petunjuk” dari kepala penis gue yang memiliki
“jam terbang” yang tinggi sehingga dengan mudah namun tetap perlahan-lahan masuk sambil melihat eskpresi muka Rena yang sedang menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya.
“Rena, are you still a….?” gue nggak terusin pertanyaan gue karena sudah keburu mendapat anggukan dari dia sambil tetap merem dan gigit bibir.
Shit…..langsung otak gue berpikir keras, karena harus menentukan gue terusin atau enggak penetrasi gue ini. Kalau gue ikuti akal sehat gue, maka gue nggak boleh lanjutin sebab gue harus menghargai virginity-nya karena harusnya dia berikan di malam pertama dengan suami pilihannya tentunya…, tapi kalau gue ikuti nafsu gue, maka gue harus betul- betul menghormati dia karena dengan gue dia mau ngasih virginity-nya itu sekarang ini, padahal gue dengan dia rasanya belum bikin komitmen apa-apa tentang hubungan kita berdua.
What the fuck am I doing now…why does she want to do it with me now…?? Is it because she likes me alot and knows that I am a widower now…..??
“Ayo, Agus masukin aja sekarang…..” katanya dengan nada setengah memohon membuyarkan pikiran gue dan gue pikir “emangnya gue pikirin, fuck my conciuousness…!!”, dan langsung gue dorong lagi penis gue ke dalam vaginanya, sehingga terdengar erangan setengah sakit dan setengah nikmat..
“Aouuuwww….sssssshhhhhhhhhhsssttttssss. ….” desisnya bikin gue bukannya jadi kasihan, tapi malah tambah dalam gue dorong penis gue sampai seluruhnya masuk kedalam vaginanya.
Sesaat gue lihat ekspresi mukanya menegang, meskipun dalam keadaan merem dan tetap menggigit bibirnya. Lalu gue stop total semua gerakan yang barusan gue kerjain supaya dinding-dinding vaginanya dapat menyesuaikan diri dengan penis gue sambil gue bisikin
“Sakit.., ya…, gue diemin dulu ya sekarang sambil elunya rileks dulu…”. Dia setuju dengan ide gue itu dan mengangguk.
Untuk beberapa detik posisi gue berada diatas badannya Rena dengan tidak melakukan suatu gerak apapun (kecuali bernapas…, itu pun terengah- engah…!!!), sampai akhirnya dia menarik kepala gue dan didekatkan kemukanya untuk mencium gue dan tentunya gue sambut pula ciumannya itu sekaligus dengan mulai menggerak-gerakkan penis gue keluar masuk vaginannya secara perlahan-lahan namun dalam.
“Oooohhhh…iyaaa……ooohhhh…Reeennna aa……” desahan gue menikmati betul setiap milimeter dari dinding-dinding vaginanya yang sekarang ini sedang memijat-mijat batang penis gue setiap penis gue masuk jauh kedalam vaginanya.
Gue nggak tau apakah karena ini terjadi karena ketegangannya (maklum baru pertama kali..) atau karena memang dia udah menjadi ahli dalam hal menggerakkan otot perutnya sehingga dapat mengatur “jalannya permainan”…. Tapi yang jelas adalah bahwa gue betul betul menikmati vaginanya itu, apalagi setelah mukanya mulai mengendur (tidak tegang seperti baru gue masukin tadi…) dia mulai menikmati sodokan yang gue berikan pada vaginanya terbukti dengan tangannya yang tadi hanya meremas-remas seprei, sekarang mulai berani memegang pantat gue sambil membantu mendorongnya supaya penis gue betul-betul masuk semua kedalam vaginanya itu.
“Aaaahhhhh…..Agus……enak,…uuhhhhhh ” katanya memberi tanda bahwa dia sekarang sudah bisa menikmati gerakan- gerakan penis gue didalam vaginanya, sehingga gue mempercepat tempo sodokan gue kedalam vaginanya sehingga terdengar suara
“plok…plok…plok…plok…” yang berasal dari beradunya pangkal paha kita berdua seiring dengan gerakan gue memompa vagina Rena yang terus bertambah basah karena gesekan tersebut.
Sekarang gue mengangkat kedua pahanya kedepan sehingga kedua lututnya mendekati dadanya yang ikut bergetar kecil seiring dengan sodokan nikmat dari penis gue. Hal ini gue lakukan untuk mempermudah penetrasi gue karena gerakan gue udah mulai nggak beraturan, soalnya pinggang gue udah mulai pegel (hampir lima menit gue mompa Rena…).
“Ooohh…cepetin Gus…..gue udah mau klimaks nih…!!” katanya meminta dan tentunya segera gue penuhi permintaannya itu dengan mempercepat kembali tempo sodokan gue.
“Ooohhh….iyaaa….yaaa…..c’monnn….f uck me harder Agus….yesss…yesss” katanya sambil terus membantu pantat gue bergerak lebih cepat, sementara gue lihat dia mendongakkan kepalanya ke arah kepala tempat tidur “Arrhhhhhh….oohhh….ssshhhhhhh….yees ssss….I’m coming…..aaauuwwww…!” teriaknya berbarengan dengan getaran hebat dari seluruh tubuhnya itu sambil kedua tangannya mencengkram sekaligus mencakar pantat gue, sementara gue manfaatkan kesempatan ini dengan gue pompa Rena secepat mungkin tanpa menghiraukan pinggang gue yang kembali terasa pegel.
Untuk beberapa detik badannya masih bergetar hebat sewaktu tangannya pindah dari pantat gue ke punggung gue dan langsung menarik gue untuk dia peluk erat-erat
“Oooooohhhhh…….ssshhhhhssssssss…… yyeeeeaaaaasss…uuhhhhh” lengkingannya mengagetkan gue meskipun tidak sampai membangunkan seluruh penghuni hotel sambil gue terus pompa vagina gadis yang bernama Renata itu…..!!!! “Suka nggak barusan….??” tanya gue sambil tanpa hentinya mengeluar-masukkan penis gue ke dalam vaginanya itu.
Terus dia bilang sambil tetap memeluk gue erat “Uuuhhhhh….gue suka banget, sayang…..”. What……, she called me
“sayang”, and if I’m not mistaken, this is really her first time calling me with that name………perasaan gue langsung berbunga-bunga (mudah-mudahan gue nggak kegeeran…!!!).
Mendengar dia memanggil gue dengan kata-kata itu, langsung gue tersenyum dan langsung mengulum bibirnya yang sensual itu (gue nggak inget udah berapa kali gue bilang itu…) sambil terus memberikan dia kenikmatan dalam setiap gesekan penis gue dengan dinding vaginanya yang terus berdenyut memijat penis gue. Sementara keringat gue dan dia udah mulai bercampur khususnya di bagian-bagian yang menempel dengan ketat.Tiba-tiba gue punya akal untuk mengistirahatkan pinggang gue karena sampai sekarang gue masih jauh dari ngerasa mau klimaks.
Gue cabut penis gue dari vaginanya dan gue langsung ajak dia untuk bangun dari tempat tidur dan mengajak dia ke sofa tadi. Gue bimbing posisi dia di sofa itu seperti doggy style sehingga kedua lututnya berada dipinggir sofa dan kedua sikutnya bersandar pada sandara kepala/punggung sofa tersebut sehingga dengan posisi seperti ini dia dapat melihat pemandangan sebagian kota Singapore diwaktu malam (waktu itu hampir jam 11 malam waktu lokal). Lalu dia kaget waktu gue buka horden tebal dan tipis yang membatasi pemandangan diluar dilihat dari dalam kamar.
“Heh,…..mau ngapain elu Gus….eh gila elu…elu mau kita dilihat orang….?” tanyanya setengah nggak percaya dengan kelakuan gue yang aneh itu.
Namun Rena sama sekali tidak bergeser dari tempatnya sewaktu gue berjalan kebelakangnya, malahan dia menertawakan penis gue yang masih tegak dan kelihatan mengkilat karena cairan vaginanya bergoyang-goyang sewaktu gue berjalan menghampirinya. Lalu gue tempel lutut gue ke pinggir sofa dengan mengarahkan penis gue sedikit ke vaginanya gue lihat pantatnya yang bulat- bulat dan kencang ini benar-benar bikin darah gue mengalir dengan cepat sekali, sehingga dengan tanpa terkontrol dan cepat sekali gue masukin penis gue sekaligus sampai seluruh batangnya terbenam didalam vaginanya.
“Aaauuuwwwww…..nafsu bener lu….!!” katanya sambil meringis menahan sakit yang kemudian hilang sama sekali dan berganti dengan rasa nikmat yang tiada tara pada setiap pergesekan antara penis gue dan vaginanya.
Sebetulnya hal inipun gue rasakan juga betapa nikmatnya lubang senggamanya Rena sehingga gue benar-benar lupa kalau pinggang gue tadi sempat pegel, namun sekarang kembali dalam keadaan fit, sehingga dengan leluasa gue menyodok-nyodok vaginanya dari belakang. Kayaknya dorongan gue dalam posisi seperti ini jauh lebih keras dari dorongan gue waktu gue diatas dia tadi dan yang jelas sampai sekarang gue belum merasa ada tanda-tanda mau klimaks. Tangan gue sesekali berusaha menggapai payudaranya yang menggantung sambil meremas-remas serta memainkan putingnya.
“Ohhh…..Aguuussss…..gue suka………..” lirihnya sambil menikmati gerakan tangan dan jari gue bertualang di payudaranya.
Sementara itu gue ngerasa ada sesuatu yang mengenai bola-bola gue yang ternyata hal itu adalah tangannya yang secara perlahan meremas-remas bola-bola gue.
“Aaaahhhh…Rena…..tangan elu nakal…..” kata gue meskipun sebetulnya menikmati betul remasan-remasan tangannya. “Ooohhh…sengaja….biar..cepet..keluaaa rr…elunya…” katanya terputus-putus karena sedang di sodok dengan cepat dan keras oleh gue.
Sementara tangan gue kembali ke posisi awal, yaitu di dipingganngnya sambil membantu menggerak- gerakkan pinggangnya sesuai dengan gerakan penis gue keluar masuk vaginanya. Sementara gue juga nggak mau kalah dengan Rena, langsung tangan kanan gue menjangkau clitorisnya melalui sebelah kanan pinggangnya. Begitu ujung jari tengah kanan gue menyentuh clitorisnya itu, langsung gue gosok-gosok dan gue ucek-ucek sambil penis gue tetap melakukan penetrasi terhadap vaginanya.Ternyata usaha gue itu tidak sia-sia, karena sekarang ini dia kembali mendesah dan desahannya itu makin lama makin keras.
“Ooooohhhh…..elu pinter banget sssiiiihhhhhh…….” katanya pertanda dia menyukai aktifitas jari dan penis gue secara berbarengan ngerjain vaginanya yang basah banget.
Kedua tangannya sekarang sudah ditempelkan ke kaca jendela, begitu juga dengan kepalanya yang sejak mulai dengan posisi doggy style ini udah geleng-geleng kekiri- kekanan seperti orang lagi tripping dan gue sempat perhatiin butir-butir keringatnya mulai kelihatan di beberapa bagian tubuhnya, terutama di sekitar pantatnya yang terus bergetar seiring dengan sodokan gue….plok…plok…plok…bunyi pangkal paha gue beradu dengan pantatnya yang sexy itu.
Mendengar bunyi itu gue semakin lama semakin bertambah nafsu sehingga berusaha mempercepat gerakan gue namun terhambat karena tangan gue masih mengucek-ngucek clitorisnya dengan maksud supaya dia bisa orgasme lagi sebelum gue. Akhirnya gue putusin untuk meneruskan permainan jari gue sehingga dia betul- betul puas make love dengan gue, dan itu bikin kepuasan tersendiri buat gue.Setelah kurang lebih lima menit berlalu
“Ooohhhh…..Aguusss…..gue…. bentar lagggiiiii……aaahhhhhh……oouuuww… ..oouuuww…..” rintihannya membuat gue mempercepat gosokan gue terhadap clitorisnya sambil juga mempercepat gerakan penis gue memompa vaginanya.
Hal ini biki dia tambah mendekati titik puncak kenikmatannya
“Aaaaaaahhhhhhh…..I’m coming…..I’m coming….yeeesssssss….aaaaaaahhhhhhhhh ……!!!!!” teriaknya disusul dengan getaran hebat dari seluruh badannya berbarengan dengan pijatan-pijatan yang kuat dari dinding vaginanya terhadap penis gue.
Gileee, guepun udah nggak kuat nahan sperma gue untuk tidak keluar sampai Rena mencapai klimaks berikutnya. Sekarang ini gue hanya bisa bertahan karena gue masih berusaha mengkoordinasikan gerakan tangan dan dorongan penis gue karena sekarang ini jadi kacau karena getaran hebat dari badannya Rena. Kembali untuk beberapa detik gue ngerasain badannya melemah setelah Rena mengalami orgasme yang ke tiga untuk malam ini dan pasrah dengan hantaman dan sodokan penis gue di dalam vaginanya.
“Aaaahhhh…gila lu…., ayo…sekarang gue mau….giliran elu…..!!” katanya terputus-putus karena hentakan dari badan gue yang semakin lama semakin cepat dan keras karena tangan kanan gue udah kembali memegang pingangnya sambil gue mengembalikan konsentrasi gue ke penis gue yang terus menerus merasakan pijatan- pijatan dari dinding vaginanya. “Ooooohhhhhh….Reeennnaaaaaa…….gue mau keluaaarrrrr……aaahhhhhhhh…..!!” gue kasih tau dia kalau gue sekarang ini udah mulai merasakan sesuatu yang menggelitik lubang penis gue untuk dimuntahkan. “Iiiiyyyaaaaaa…..keluarin di mulut….gue ajaaaaa…..!!” katanya sambil berusaha untuk membalikkan badannya.
Gue langsung cabut penis gue dari vaginanya sementara dengan gerakan cepat Rena berbalik badan sehingga sekarang ini dia dalam posisi duduk di sofa dengan mukanya persis dihadapan penis gue yang sebentar lagi siap memuntahkan air maninya.
“Aaaaaaahhhhhhh………!!!!” teriak gue berbarengan dengan Rena yang telah membuka mulutnya lebar-lebar sambil mejulurkan lidahnya guna menampung semprotan air mani gue yang menyemprot deras kedalam mulutnya sementara kedua tangannya mengocok-ngocok penis gue yang mengkilat dan licin oleh cairan vaginanya sehingga kocokan tangannya terasa lebih nikmat buat gue karena telah diberi “pelumas”.
Crooooottt……. crrroooottttt…….cccrrrooooooooootttt. …., banyak sekali cairan kental berwarna putih susu itu yang masuk kedalam mulutnya, sementara beberapa cairan itu yang menetes dari lubang penis gue tidak sempat jatuh ke lantai karena telah tertampung oleh lidahnya yang menjulur itu. Gue sempat lihat ekspresinya sewaktu menelan air mani gue yang sebagian besar berada di ujung lidah sebelah dalamnya sehingga otomatis lebih mudah tertelan begitu dia menelan air liurnya sendiri.,,,,,,,,,,,,