Cerita Sex Menyerah Pasrah II
Kini ia berdiri dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam berwarna pink sehingga lekuk tubuhnya yang indah dan putih mulus terlihat jelas. Intan berdiri mematung dan menggigit bibirnya dengan tabah, sementara semua penjahat itu menatap tubuhnya yang indah sambil meneguk ludah. Si codet yang bernama Dadang membuka suara.
“Hahaha… sekarang puter badan lu, kita semua mau liat body kamu yang seksi itu!”
Intan dengan taqut-taqut memuar tubuhnya yang semakin gemetaran, para penjahat yang mengelilinginya langsung bersuit-suit melihat tubuhnya yang meski tonjolan-tonjolannya tidak begitu besar, namun amat proporsional dan putih mulus.
Beberapa dari mereka pun mulai berkomentar.
”Wuiihh, Ni ABG pasti lezat buangeet!” Hahaha..”
“Iya nih, gue taruhan dia pasti masih perawan…”
“Gak, gak mungkin. Cewek secantik gini pasti udah dijebol duluan, gak percaya gue.”
“Eits kalau gitu jadi nih taruhan?”
“Boleh.”
Mendengar percakapan tersebut, Intan yang hendak membuka bra yang ia kenakan kini menghentikan gerakannya, ia benar-benar merasa taqut dan berusaha sekuatnya menahan tangis. Dadang yang tidak sabar lalu mendekat, tangannya merenggut bra itu lepas dari tubuh Intan, hingga ia terjatuh terduduk ke lantai papan karena tubuhnya tertarik, ia tersungkur dalam keadaan telanjang dada, buah dadanya tampak tergantung indah, padat berisi dan sangat ranum.
Para penjahat itu pun langsung bersiul-siul nakal dan mengeluarkan kata-kata yang mesum. Intan refleks menutupi dadanya dengan kedua tangan, wajahnya kini memerah, semenjak ia mulai beranjak dewasa baru kali ini ada yang melihatnya bertelanjang dada, apalagi yang melihatnya adalah para penjahat yang kelihatannya amat liar dan beringas.
Dadang ikut berlutut dan segera menyerbu dan melumat bibir Intan habis habisan membuat si gadis cantik kelabakan. Intan pun menggapai gapai berusaha mendorong wajah Dadang untuk melepaskan pagutannya, tetapi kedua tangannya dicengkeram di bagian pergelangan hingga ia sama sekali tak bisa bergerak. Intan sempat gelagapan, karena air liur Dadang terus membanjir masuk ke dalam mulutnya, membuatnya jijik dan mual. Untunglah Dadang melepaskan pagutannya dari bibir Intan. Sang gadis pun terbatuk- batuk dan megap- megap berusaha menghirup udara segar.
Dadang kini berdiri dan dengan berkacak pinggang menyuruh Intan untuk membukakan celananya. Karena tidak ada pilihan lain, Intan pun melaksanakan perintah itu, dengan Jari-jarinya yang gemetar, ia berusaha melepaskan kancing celana Dadang, setelah berhasil perlahan menurunkan restleting celananya dan celana itupun langsung jatuh kelantai.
Rupanya Dadang tidak memakai celana dalam, karena kini di depan matanya Intan melihat sebatang penis yang mengacung dengan panjang sekitar 20 cm, dengan urat-urat yang menonjol. Kepala penis itu sendiri berdiameter amat tebal, sampai-sampai wajah Intan memucat melihatnya.
“Nah, sekarang jilatin sama isep penis gue sampe gue keluar. Dan ati-ati jangan sampe lu gigit, kalo sampe kegigit, gue potong-potong temen lu!” Ancam Dadang.
Intan benar-benar merasa shock, ia adalah gadis baik-baik dan belum pernah melaqukan oral seks sebelumnya. Perasaannya muak membayangkan memasukan penis lelaki asing dalam mulutnya, namun ia ketaqutan mendengar ancaman Dadang jika ia tidak menuruti perintahnya. Tidak ada pilihan lain, ia harus menurut.
“Lho, kok bengong, ayo cepet!” bentak Dadang tidak sabar.
Tidak tahu bagaimana memulainya, Intan meraih penis Dadang, baru menyentuhnya dengan tangan saja sudah membuatnya merinding, hangat dan berurat, menimbulkan perasaan aneh yang campur aduk dalam dirinya. Perlahan Intan menempelkan bibirnya yang mungil ke kepala penis Dadang dan mulai menciuminya selama beberapa saat.
“Kok Cuma diciumin doang? Isep dong!” Bentak Dadang.
Intan lalu mengeluarkan lidahnya lalu ia menjilati batang penis itu, sambil menelan ludah ia membuka mulutnya lebar-lebar dan memasukan kepala penis tadi ke dalam mulutnya, sedangkan lidahnya terus menjilati. Nafas Dadang sekarang semakin berat dan terengah-engah, sementara itu Intan terus menjilati kepala penisnya, sesaat dirasakannya sesuatu cairan yang aneh di ujung penis itu, tapi ia berusaha melupakan apa yang baru dijilatnya, sambil menutup matanya erat-erat.
Sementara Yeyen yang masih terikat tak berdaya hanya bisa menangis melihat sahabatnya dipermalukan sedemikian rupa, ia mencoba berontak dan berteriak, tapi semuanya sia-sia belaka. Tiba-tiba ia merasakan rabaan pada sekujur tubuhnya, payudaranya yang berukuran sedang pun tak luput dari rabaan juga.
Rupanya penjahat yang tadi mengancamnya dengan belati mulai tidak tahan juga melihat suguhan adegan antara bosnya dengan Intan, jadi ia melampiaskannya pada Yeyen. Orang itu membuka celananya dan tak lama kemudian mengacunglah penisnya di depan wajah Yeyen. Orang itu dengan cepat membuka sumbatan mulut Yeyen dan menjejalkan Penisnya kedalam mulut Yeyen.
“Isep, kalau nggak gue bunuh temen lu.:
Yeyen kini berada dalam posisi yang sama dengan Intan, dan ia pun mengambil keputusan yang sama dan meskipun masih amat kaqu – apalagi karena tangannya masih terikat dibelakang punggungnya, Yeyen mulai menciumi dan menjilati penis itu sampai pemiliknya mengerang keenakan. Penis itu tidak sebesar milik Dadang, tapi kepala penisnya sangat besar dan berwarna ungu.
Yeyen pun terus melaqukan kuluman dan sedotan hingga penis itu pun ereksi sempurna. Pemilik penis itupun menggerakkan pantatnya maju mundur seakan sedang menyetubuhi mulut Yeyen yang mungil. Sementara itu Intan masih sibuk menservis Dadang.
Dengan tangan kanannya Intan memegang batang penis Dadang, sementara kepalanya bergerak maju mundur berirama dengan bibir yang terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis hitam milik Dadang, sedangkan lidahnya terus begerak menjilati dan membasahinya. Dadang mulai mengerang tak keruan dan tiba-tiba memegang dan mendorong kepala Intan hingga dahinya bersentuhan dengan perut Dadang.
Intan langsung merasa mual karena kepala penis Dadang menusuk tenggorokannya, apalagi ketika penis itu menyemprotkan sperma masuk ke dalam mulut dan tenggorokannya. Intan belum pernah merasakan sperma sebelumnya, ia tak berdaya menelan semua cairan kental asin yang memenuhi mulutnya, dan dengan leluasa masuk ke dalam perutnya. filmbokepjepang.net
“aararaagghh!” erang Dadang, sementara Intan hanya bisa menelan semua sperma yang terus keluar dari penis itu.
“Telen tu peju!!” erang Dadang lagi.
Lalu pegangan Dadang pada rambutnya perlahan mengendor dan aliran sperma yang keluar pun melambat dan akhirnya berhenti. Dadang pun akhirnya menarik keluar penisnya dari mulut Intan yang langsung membungkuk terengah-engah menghirup udara, beberapa kali ia meludahkan sisa-sisa sperma yang masih menempel di lidah dan langit-langit mulutnya.
“Isapan lu bener-bener hebat! Gue nggak percaya kalau lu baru kali ini ngisep penis.” Ejek Dadang. Wajah Intan pun memerah mendengar ejekan tersebut.
“Oke giliran aqu sekarang!” penjahat yang berkepala botak kini maju menggantikan Dadang.
Si botak menyodorkan penisnya di dekat mulut Intan, bahkan hampir menempel ke bibirnya. Dengan perlahan ia membuka mulutnya, dan memberikan servis oral, sama seperti yang baru saja ia berikan pada Dadang barusan. SI botak segera melenguh dan meracau tak karuan sambil meremas-remas rambut Intan.
Sementara itu, Yeyen merasakan ikatan tangannya dibuka seseorang, dan ia merasakan telapak tangan kirinya digenggamkan pada sebatang penis. Rupanya salah seorang penjahat tersebut mulai ikut-ikutan dan iri karena seorang gadis cantik dengan kulit yang putih mulus terawat, kini sedang mengoral penis temannya yang hitam dan kasar.
Telapak tangan Yeyen digosok-gosokan seakan sedang mengocok penis itu. Remasan lembut pada payudara Yeyen kini makin brutal dan kasar, hingga ia tidak tahan untuk tidak merintih.
“Aduhh, jangan keras-ke… hmmp” Kalimatnya terputus karena mulutnya kembali dijejali penis bau si penjahat.
Kini ia dikeroyok tiga orang, yang satu menikmati kelembutan tangannya, yang satu menikmati servis mulutnya, sedangkan yang satu lagi menggerayangi tubuhnya habis-habisan.
Lewat sudut matanya Intan bisa melihat sahabatnya juga sedang dikerjai habis-habisan, tiba-tiba kesadarannya timbul, para penjahat ini tidak mungkin melepasnya sampai disini saja. Tidak ada jaminan jika ia melayani mereka, ia dan Yeyen akan dibebaskan. Intan yang memang pemberani kini ingin berontak, ia berpikir untuk menggigit sampai putus penis yang sedang ada dalam mulutnya itu.
Tapi baru saja ia membulatkan tekadnya, si Botak berkelojotan dan erangannya makin keras, ia buru buru menarik penisnya dari mulut Intan dan langsung menyemburkan sperma hangatnya ke pada wajahnya yang cantik. Sebagian dari sperma itu mengenai matanya, hingga ia terpaksa mengatupkan kedua matanya karena sedikit perih.
Ia mencoba mengusap sperma tersebut namun tangannya ada yang menarik membuatnya hilang keseimbangan dan terbanting ke lantai. Intan merasakan kedua tangannya dicengkram dan direntangkan hingga ia tak bisa bergerak lagi. Kedua pergelangan kakinya juga dalam keadaan terpentang dan dicengkeram entah oleh siapa. Intan pun hanya bisa menyerah pasrah ketika merasakan ada yang menindih tubuhnya. Ia berusaha mengatur nafasnya yang tersengal sengal.
“Breettt…” Intan bisa merasakan celana dalamnya dirobek, dan terlihatlah memeknya yang ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting yang tidak begitu lebat.
Intan meronta dan mencoba berteriak, tapi cengkeraman tangan pada kedua tangan dan kakinya terlalu kuat. Mulutnyapun terbungkam oleh robekan celana dalamnya sendiri membuat semua usahanya sia-sia belaka. Kini ingin melawanpun ia tidak mampu. Salah satu penjahat yang berambut kribo yang kini sedang menindih tubuhnya kini membimbing penisnya menuju memek Intan. Namun sang gadis semakin meronta, membuat si kribo kesulitan memasukkan penisnya ke dalam lubang memeknya.
“Setaannn! Lu mau gue mampusin? Diem nggak lu!” Bentak si kribo.
Meski terpaksa memincingkan matanya karena masih sedikit tertutup sperma, Intan berusahan memelototi pemerkosanya.
“Plaakkk!” Sebuah tamparan keras menerpa wajahnya. Kepalanya terasa pening dan gerakannya terhenti.
Memanfaatkan hal tersebut, si kribo kembali mengarahkan penisnya yang sudah keras ke memek Intan dengan bantuan tangan. Intan hanya bisa menggeram ketika penis itu mulai menembus lebih dalam masuk 5, 10, 15 cm penis itupun masuk dengan satu kali dorongan, dengan deras menerobos memek perawan itu. Intan berusaha menjerit sekeras-kerasnya, dan makin meronta-ronta, namun ia tanpa daya menghentikan pemerkosanya. Si kribo sendiri tampak amat menikmati jepitan memek sempit Intan, dan ia bahkan juga menikmati rontaan dan erangan kesakitan tertahan dari mulut Intan. Sungguh amat sadis.
“Ooooh… sakiiiit…” jerit Intan dalam hati.
Tubuhnya mengejang didera rasa sakit yang teramat sangat. Tak ada rasa nikmat sedikitpun. Apalagi ketika si kribo mulai memompa liang memeknya. Air matanya mulai mengalir karena tak kuat menahan siksaan ini.Bukannya kasihan, si kribo justru malah menggenjotnya dengan gencar. Penisnya bergerak keluar masuk dengan kecepatan tinggi, diwarnai merah darah perawan Intan.
Ketika Kribo sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Intan dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuhnya. Mereka mulai dengan memainkan buah dada dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya, menambah derita Intan.
Sekitar lima belas menit kemudian genjotan si Kribo semakin keras dan diiringi erangannya, sperma si kribo menyemprot liang memek Intan dengan deras dan ia langsung menarik penisnya mengakhiri perkosaannya terhadap diri Intan.
Begitu si kribo bangkit, penjahat lain langsung menggantikan tempatnya, dan dengan perlahan membenamkan penisnya ke dalam liang memek Intan, dan si gadis cantik hanya bisa memejamkan mata, berusaha menahan rasa perih yang diakibatkan terbelahnya liang memeknya oleh benda asing yang tak kenal kasihan. Setelah penisnya tertelan seluruhnya, si penjahat berkulit hitam mulai memompa memeknya sambil melenguh lenguh keenakan.
”Ngghhh.. ngehe… aaah… enak banget ni memek” Dia tertawa puas sambil menggenjot tubuh Intan bagaikan menunggangi kuda binal.
Pandangan mata Intan yang mulai jelas kini memandang sekeliling, mencoba mencari Yeyen sahabatnya yang pendiam dan feminin. Ia mengkhawatirkan nasib sahabatnya yang lembut hati tersebut. Namun ia terbelalak ketika melihat bahwa Yeyen yang sudah telanjang bulat kini sedang berlutut di hadapan dua penjahat yang juga telah telanjang bulat.
Masing-masing tangan Yeyen memegang satu penis yang dihisap dan disedotnya secara bergantian sambil sesekali dikocoknya hingga kedua penjahat tersebut mengerang keenakan.
Bersambung Cerita Selanjutnya