Cerita Dewasa Sodomi Anak Kecil
Ujang anak jalanan, umurnya baru 15 tahun, badannnya kurus. Ujang yang biasa tidur di salah satu kios pasar, setelah sibuk ngamen diperempatan jalan pasar “X”. Malam itu seperti biasanya si Ujang masuk pasar, saat dia sedang mencari kardus bekas untuk alas tidurnya, Ujang didatangi oleh Rono preman pasar tersebut yang saat itu sedang setengah mabuk setelah minum minuman keras bersama teman-temannya.
“Hei jang baru datang, mau tidur ya?”
“Iya kang”, Ujang menjawab dengan sedikit takut.
“Aku nggak punya duit nih, sini bayar ongkos numpang tidur dulu.”
“wah kang tadi lagi sepi buat Ujang makan aja udah nggak ada?”
“Jangan banyak omong kamu, sini ikut aku dan jangan banyak omong ayo…”
Ujang dengan terpaksa mengikuti Rono dengan perasaan takut dan gemetaran. Saat tiba disalah satu sudut kios yang sedikit tersembunyi, gelap dan sepi Rono berhenti.
“Udah disini saja”
“Ampun kang, bener Ujang nggak punya uang ampun kang jangan ujnag dipukuli?”
“Jangan banyak omong diem aja kamu, kalo mau selamat”
Tanpa banyak basa-basi Rono kemudian menarik Ujang dan merogoh celananya. Si Ujang sangat ketakutan terutama pada Rono preman pasar yang cukup ditakuti itu.
“Dasar males kerja apa aja kamu, duit aja nggak punya”, Rono memaki Ujang sambil memukul kepalanya.
“Ampun kang, tadi sepi nggak banyak yang ngasih lagian sebagian udah Ujang setorin ke kang adun”, si Ujang hanya bisa pasrah sambil memegang kepalanya yang dijambak Rono. Tapi kemudian tiba-tiba Rono dengan kasar membuka membuka celana Ujang, sehingga Ujang hampir jatuh karenanya.
“Ampun kang jangan saya disiksa kang ampun”, ratap Ujang sambil menangis sesenggukan.
Tapi Rono sepertinya sudah gelap mata dengan kasar dia menarik celana Ujang sehingga anak itu tinggal memakai kaos oblong lusuh miliknya, dan celananya dilempar oleh Rono.
“Kamu diem aja ya jangan coba-coba bersuara apalagi teriak, sini”, si Rono dengan kasar menarik pundak Ujang sehingga posisi Ujang membelakangi Rono. Kemudian Rono membuka celananya dan kontolnya yang sudah tegang langsung berdiri mengacung siap untuk menembak.Rono dengan tangannya meraba pantat Ujang dan saat dia menemukan lubangnya, kemudian dia mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Ujang.
“Aduh kang sakit ampun”, Ujang sedikit berteriak saat kontol Rono mulai mendesak masuk ke pantatnya.
“Diem kamu jangan banyak bacot!”
Rono memasukan kontolnya perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit, sepertinya dia juga merasa sedikit sakit karena lubang pantat Ujang sangat sempit. Keringat mulai mengucur dari badan mereka terutama Ujang yang wajahnya kian pucat menahan sakit. Saat sudah hampir setengahnya dengan tanpa perasaan Rono mendorong kontolnya masuk, dan bersamaan dengan itu Ujang berteriak tertahan dan badannya menegang menahan sakit di lubang pantatnya.
“Diem kamu jangan bersuara cuman sebentar aja”, kata Rono dengan sedikit terengah-engah setelah kontolnya masuki ke lubang pantat Ujang.
Setelah beberapa saat kemudian Rono mulai menggerakkan pantatnya perlahan-lahan kemudian bertambah cepat. Ujang hanya bisa menangis sesenggukan menahan sakit badannya yang kurus sudah penuh oleh keringat, dan Ujang sudah tidak bisa menangis lagi, dia hanya menggigit bibir menahan sakit. Gerakan Rono sangat kasar dia memaju mundurkan pantatnya dengan cepat. Selang beberapa saat kemudian nafasnya mulai memburu dan badannya mulai menegang, gerakan badannya bertambah kasar sesekali dia menjambak rambut Ujang dan sesekali mencengkram pundak Ujang sampai akhirnya matanya terpejam, badannya menegang dan pantatnya menekan ke pantat Ujang dengan kasar berkali-kali.
“Ngaaakh… Ouchh”, Rono mendesah saat kontolnya muncrat membasahi liang Ujang dengan spermanya.
Dilain pihak bersamaan dengan itu Ujang menyeringai menahan sakit dan badannya juga ikut tegang kemudian terkulai lemas, Ujang langsung pingsan. Beberapa saat kemudian Rono melepaskan tubuh Ujang yang langsung jatuh tersungkur. Dan tanpa perasaan Rono kemudian kencing di badan Ujang dan meninggalkan Ujang yang terkulai pingsan akibat disodomi olehnya. Saat sadar Ujang hanya bisa menangis karena seluruh badannya terasa sakit terutama lubang pantatnya yang saat dipegang olehnya masih ada darah yang mengalir.
“Mak tologin Ujang mak, sakit” Ujang meratap sendiri dan suaranya hampir tidak terdengar, pandangan mata Ujang mulai gelap. Tidak ada yang tahu kalau disalah satu sudut pasar ada anak yang tergolek kesakitan.,,,,,,,,,,,,,,,