Candu Cerita Sex Gigolo I
Aku sudah merasakan punya keperkasaan Vicky dan kali ini aku ingin merasakan berbagi variasi dengan pria lain, tanpa ragu aku menyuruh Vicky untuk mencarikanku seorang gigolo, dan aku memesan sesuai kriteriaku kemudian Vicky yang wajahnya keberatan memehamiku untuk itu, setelah mencari informasi aku dikasih nomer oleh Vicky seorang gigolo,
Aku tidak mau lewat milist yang banyak menawarkan diri, karena dari pengalaman mereka hanya besar nyali dan nafsu saja, tapi tidak dengan stamina dan variasi permainan. Sesuai dengan kesepakatan dengan seorang GM, akhirnya dia akan mengirim 3 orang untuk kami pilih di tempat kami menginap, uang bukanlah masalah bagi kami.
Pada hari yang sudah ditetapkan, kami check in di Hotel Sahid. Tidak lama kemudian datanglah sang GM dengan membawa 3 anak muda ganteng dan macho, mungkin dibawah 25 tahun.
Ketiganya memang kelihatan begitu atletis dan tampan, tapi satu sudah out karena terlalu pendek, sedangkan dua lainnya mampunyai tinggi paling tidak sama denganku, yang menjadi masalah bagiku adalah memilih di antaranya.
Terus terang agak nervous juga aku, karena belum pernah aku membayar untuk urusan sex. Setelah berpikir sejenak akhirnya aku menyuruh mereka bertiga untuk telanjang di hadapan kami, sesaat mereka ragu, tapi akhirnya mau juga setelah kupancing dengan membuka baju atasku hingga terlihat bra merahku.
Dari pandangan matanya aku tahu bahwa mereka tertarik denganku, bahkan tanpa dibayar pun aku yakin mereka mau melakukannya. Kupikir hanya orang gila saja yang tidak tertarik dengan postur tubuhku yang putih seperti Cina, tinggi semampai, sexy, dan wajah cantik, paling tidak itulah yang sering dikatakan laki-laki.
“Oke, yang tidak terpilih, kalian boleh memegang buah dadaku ini sebelum pergi asal mau telanjang di depanku sekarang.” kataku menggoda, dengan demikian aku dapat melihat kejantanan mereka saat tegang, itulah yang menjadi pertimbanganku.Serempak mereka melepas pakaiannya secara bersamaan, telanjang di depanku.
Hasilnya cukup mengejutkanku, ternyata disamping memiliki tubuh yang atletis, ternyata mereka mempunyai alat kejantanan yang mengagumkan, aku dibuat takjub karenanya. Rata-rata panjang kejantanan mereka hampir sama, tapi besar diameter dan bentuk kejantanan itu yang berbeda, kalau tidak ‘malu’ dengan Vicky mungkin kupilih keduanya langsung.
Pandanganku tertuju pada yang di ujung, alat kejantanannya yang besar, aku membayangkan mungkin mulutku tidak akan cukup untuk mengulumnya, hingga akhirnya kuputuskan untuk memilih dia. Namanya Fero, mahasiswa semester akhir di perguruan tinggi swasta di Jakarta.“Fero tinggal di sini, lainnya mungkin lain kali.” kataku mengakhiri masa pemilihan.
Setelah pilihan diambil, maka dua lainnya segera berpakaian dan menghampiri aku yang masih tidak berbaju. Mula-mula si pendek mendekatiku dan memelukku, tingginya hanya setelingaku. Diciumnya leherku dan tangannya meremas lembut buah dadaku, lalu wajahnya dibenamkan ke dadaku, diusap-usap sejenak sambil tetap meremas-remas menikmati kenyalnya buah dadaku, lalu dia pergi.
Berikutnya langsung meremas-remas buah dadaku, jari tangannya menyelinap di balik bra, mempermainkan sejenak sambil mencium pipiku.“Mbak mempunyai buah dada dan puting yang bagus.” bisiknya, kemudian dia pergi, hingga tinggal kami bertiga di kamar, aku, Fero dan Vicky yang dari tadi hanya memperhatikan, tidak ada komentar dari dia kalau setuju atas pilihanku.
“Fero, temenin aku mandi ya, biar segar..!” kataku, sebenarnya agak ragu juga bagaimana untuk memulainya.“Ayo Tante, entar Fero mandiin.” jawabnya.“Emang aku udah Tante-Tante..?” jawabku ketus, “Panggil aku Lily.” lanjutku sambil menuju kamar mandi, meninggalkan Vicky sendirian.
Sesampai di kamar mandi, Fero langsung mencium tengkukku, membuatku merinding. Dipeluknya aku dari belakang sambil ciumannya berlanjut ke belakang telingaku hingga leher. Kedua tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang masih terbungkus bra merahku.
“Fero, kamu nakal..!” desahku sambil tanganku meraba ke belakang mencari pegangan di antara kedua kaki Fero yang masih telanjang.“Abis Mbak menggoda terus sih,” bisiknya disela-sela ciumannya di telinga.
Tangannya diturunkan ke celana jeans-ku, tanpa menghentikan ciumannya, dia membuka celana jeans-ku, hingga sekarang aku tingal bikini merahku.
Ciumannya sudah sampai di pundak, dengan gigitan lembut diturunkan tali bra-ku hingga turun ke lengan, begitu pula yang satunya, sepertinya dia sudah terlatih untuk menelanjangi wanita dengan erotis dan perlahan, semakin perlahan semakin menggoda. Perlahan tapi pasti aku dibuatnya makin terbakar birahi.
Fero mendudukkan tubuhku di meja toilet kamar mandi, dia berlutut di depanku, dicium dan dijilatinya betis hingga paha. Perlahan dia menarik turun celana dalam merah hingga terlepas dari tempatnya, jilatan Fero sungguh lain dari yang pernah kualami, begitu sensual, entah pakai metode apa hingga aku dibuat kelojotan.
Kepalanya sudah membenam di antara kedua pahaku, tapi aku belum merasakan sentuhan pada daerah kewanitaanku, hanya kurasakan jilatan di sekitar selangkangan dan daerah anus, aku dibuat semakin kelojotan.
Sepintas kulihat Vicky berdiri di pintu kamar mandi melihat bagaimana Fero menservisku, tapi tidak kuperhatikan lebih lanjut karena jilatan Fero semakin ganas di daerah kewanitaanku, hingga kurasakan jilatan di bibir vaginaku.
Lidahnya terasa menari-nari di pintu kenikmatan itu, kupegang kepalanya dan kubenamkan lebih dalam ke vaginaku, entah dia dapat bernapas atau tidak aku tidak perduli, aku ingin mendapat kenikmatan yang lebih. Jilatan lidah Fero sudah mencapai vaginaku, permainan lidahnya memang tiada duanya, saat ini the best dibandingkan lainnya, bahkan dibandingkan dengan suamiku yang selalu kubanggakan permainan sex-nya.
Fero berdiri di hadapanku, kejantanannya yang besar dan tegang hanya berjarak beberapa centimeter dari vaginaku. Sebenarnya aku sudah siap, tapi lagi-lagi dia tidak mau melakukan secara langsung, kembali dia mencium mulutku dan untuk kesekian kalinya kurasakan permainan lidahnya di mulutku terasa meledakkan birahiku, sementara jari tangannya sudah bermain di liang kenikmatanku menggantikan tugas lidahnya. Aku tidak mau melepaskan ciumannya, benar-benar kunikmati saat itu, seperti anak SMU yang baru pertama kali berciuman, tapi kali ini jauh lebih menggairahkan.
Ciuman Fero berpindah ke leherku, terus turun menyusuri dada hingga belahan dadaku. Dengan sekali sentil di kaitan belakang, terlepaslah bra merah dari tubuhku, membuatku telanjang di depannya. Aku siap menerima permainan lidah Fero di buah dadaku, terutama kunantikan permainan di putingku yang sudah mengencang.
Dan aku tidak perlu menunggu terlalu lama untuk itu, kembali kurasakan permainan lidah Fero di putingku, dan kembali pula kurasakan sensasi-sensasi baru dari permainan lidah. filmbokepjepang.net Aku benar-benar dibuat terbakar, napasku sudah tidak karuan, kombinasi antara permainan lidah di puting dan permainan jari di vaginaku terlalu berlebihan bagiku, aku tidak dapat menahan lebih lama lagi, ingin meledak rasanya.
“Fero, pleassee, sekarang ya..!” pintaku sambil mendorong tubuh atletisnya.“Pake kondom Mbak..?” tanyanya sambil mengusap-usapkan kepala kejantanannya di bibir vaginaku yang sudah basah, sah, sah, sah.Aku tidak tahu harus menjawab apa, biasanya aku tidak pernah pakai kondom, tapi karena kali ini aku bercinta dengan seorang gigolo, aku harus berhati-hati, meskipun dengan lainnya belum tentu lebih baik.
Kalau seandainya dia langsung memasukkan kejantannya ke vaginaku, aku tidak akan keberatan, tapi dengan pertanyaan ini aku jadi bingung. Kulihat ke arah Vicky yang dari tadi memperhatikan, tapi tidak kudapat jawaban dari dia.
Tidak ada waktu lagi, pikirku. Maka tanpa menjawab, kutarik tubuhnya dan dia mengerti isyaratku. Perlahan didorongnya kejantanannya yang sebesar pisang Ambon itu masuk ke liang kenikmatanku, vaginaku terasa melar.
Makin dalam batang kejantanannya masuk kurasakan seolah makin membesar, vaginaku terasa penuh ketika Fero melesakkan seluruhnya ke dalam.“Aagh.. yess.. ennak Sayang..!” bisikku sambil memandang ke wajah Fero yang ganteng dan macho, expresinya dingin, tapi aku tahu dia begitu menikmatinya.
“Pelan ya Sayang..!” pintaku sambil mencengkeramkan otot vaginaku pada kejantanannya.Kulihat wajaah Fero menegang, tangan kanannya meremas buah dadaku sedang tangan kirinya meremas pantatku sambil menahan gerakan tubuhku.
Kurasakan kejantanan Fero pelan-pelan ditarik keluar, dan dimasukkan lagi saat setengah batangnya keluar, begitu seterusnya, makin lama makin cepat.“Oohh.. yaa.., truss..! Yes.., I love it..!” desahku, menerima kocokan kejantanan Fero di vaginaku.Fero dengan irama yang teratur memompa vaginaku, sambil mempermainkan lidahnya di leher dan bibirku.
Aku tak bisa lagi mengontrol gerakanku, desahanku semakin berisik terdengar. Fero mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan di pundaknya, kurasakan penetrasinya semakin dalam di vaginaku, menyentuh relung vagina yang paling dalam. Kocokan Fero semakin cepat dan keras, diselingi goyangan pantat menambah sensasi yang kurasakan.
“Sshhit.., fuck me like a dog..!” desahanku sudah ngaco, keringat sudah membasahi tubuhku, begitu juga dengan Fero, menambah pesona sexy pada tubuhnya.Aku hampir mencapai puncak kenikmatan ketika Fero menghentikan kocokannya, dan memintaku untuk berdiri, tentu saja aku sedikit kecewa, tapi aku percaya kalau dia akan memberikan yang terbaik.“Mau dilanjutin di sini atau pindah ke ranjang..?” tanyanya terus menjilati putingku.
Tanpa menjawab aku langsung membelakanginya dan kubungkukkan badanku, rupanya dia sudah tahu mauku, langsung mengarahkan kejantanannya ke vaginaku. Kuangkat kaki kananku dan dia menahan dengan tangannya, sehingga kejantanannya dapat masuk dengan mudah.
Dengan sedikit bimbingan, melesaklah batang kejantanan itu ke vaginaku, dan Fero langsung menyodok dengan keras, terasa sampai menyentuh dinding dalam batas terakhir vaginaku, terdongak aku dibuatnya karena kaget.“Aauugghh.., yes.., teruss.., yaa..!” teriakku larut dalam kenikmatan.
Sodokan demi sodokan kunikmati, Fero menurunkan kakiku, dan kurentangkan lebar sambil tanganku tertumpu pada meja toilet, tangan Fero memegang pinggulku dan menariknya saat dia menyodok ke arahku, begitu seterusnya.
Rasanya sudah tidak tahan lagi, ketika tangan Fero meremas buah dadaku dan mempermainkan putingku dengan jari tangannya, sensasinya terlalu berlebihan, apalagi keberadaan Vicky yang dengan setia menyaksikan pertunjukan kami sambil memegang kejantanannya sendiri.
“Fero a.. ak.. aku.. sud.. sudah.. nggak ta.. ta.. han..!” desahku, ternyata Fero langsung menghentikan gerakannya.“Jangan dulu Sayang, kamu belum merasakan yang lebih hebat.” katanya, tapi terlambat, aku sudah mencapai puncak kenikmatan terlebih dahulu.
“Aaughh.., yess.., yess..!” teriakku mengiringi orgasme yang kualami, denyutan di vaginaku terasa terganjal begitu besar.Fero hanya mendesah sesaat sambil tangannya tetap meremas buah dadaku yang ikut menegang.
“Ayo Fero, keluarin sekarang, jangan goda aku lagi..!” pintaku memelas karena lemas.Fero mengambil handuk dan ditaruhnya di lantai, lalu dia memintaku berlutut, rupanya Fero menginginkan doggie style, kuturuti permintaannya. Sekarang posisiku merangkak di lantai dengan lututku beralaskan tumpukan handuk, menghadap ke pintu ke arah Vicky.
Fero mendatangiku dari belakang, mengatur posisinya untuk memudahkan penetrasi ke vaginaku. Setelah menyapukan kejantanannya yang masih menegang, dengan sekali dorong masuklah semua kejantanan itu ke vaginaku.
Meskipun sudah berulang kali terkocok oleh kejantanannya, tidak urung terkaget juga aku dibuatnya. Fero langsung memacu kocokannya dengan cepat seperti piston mobil dengan silindernya pada putaran di atas 3000 rpm, kenikmatan langsung menyelimuti tubuhku.
Fero menarik rambutku ke belakang sehingga aku terdongak tepat mengarah ke Vicky. Berpegangan pada rambutku Fero mempermainkan kocokannya, sesekali pantatnya digoyang ke kiri dan ke kanan, atau turun naik, sehingga vaginaku seperti diaduk-aduk kejantanannya. Dia sungguh pandai menyenangkan hati wanita karena permainannya yang penuh variasi dan diluar dugaan.
Tiba-tiba kudengar teriakan dari Vicky, tepat ketika aku mendongak ke arah dia, menyemprotlah sperma dia dari tempatnya dan tepat mengenai wajah dan rambutku. Ternyata sambil menikmati permainan kami, dia mengocok sendiri kejantanannya alias self service.
Fero mengangkat badannya tanpa melepas kejantanannya dariku, kini posisi dia menungging, sehingga kejantanannya makin menancap di vaginaku tanpa menurunkan tempo permainannya. Aku sudah tidak tahan diperlakukan demikian, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme hebat dalam waktu yang relatif singkat, sementara Fero masih tetap tegar menantang.
“Masih kuat untuk melanjutkan Mbak..?” tantang dia.Kalau seandainya dia tidak bertanya seperti itu aku pasti minta waktu istirahat dulu, tapi dengan pertanyaan itu, aku merasa tertantang untuk adu kuat, dan tantangan itu tidak dapat kutolak begitu saja.
Sebagai jawaban, kukeluarkan kejantanannya dari tubuhku, kuminta dia rebah di lantai kamar mandi beralas handuk, aku juga ingin ngerjain dia, pikirku.
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, begitu dia telentang, kukangkangkan kakiku di wajahnya hingga dia dapat merasakan cairan orgasme yang meleleh dari vaginaku. Rasain, pikirku. Tapi aku salah, ternyata dia malah dengan senang hati menghisap vaginaku hingga terasa kering dan kembali mempermainkan lidah mautnya di vaginaku.
Agak kesulitan juga aku ber-hula hop karena terasa kejantanannya yang besar mengganjal di dalam dan mengganggu gerakanku. Semakin kupaksakan semakin nikmat rasanya dan semakin cepat gerakan bergoyangku kenikmatan itu semakin bertambah, maka hula hop-ku semakin cepat dan tambah tidak beraturan.
Kuamati wajah Fero yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang dalam kenikmatan, tangannya meremas-remas buah dadaku dengan liarnya sambil mempermainkan putingku.
Hampir saja aku orgasme lagi kalau tidak segera kuhentikan gerakanku, tapi ternyata Fero tidak mau berhenti. Ketika aku menghentikan gerakanku, ternyata justru dia menggoyang tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga vaginaku tetap terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi untuk kesekian kalinya.
Fero tetap saja mengocok, meski dia tahu aku sedang di puncak kenikmatan birahi. Kali ini aku benar-benar lemes mes mes, tapi Fero tidak juga mengentikan gerakannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling berpelukan.
Dinginnya AC tidak mampu mengusir panasnya permainan kami, peluh kami sudah menyatu dalam kenikmatan nafsu birahi. Fero memelukku dan mencium mulutku sambil kembali mempermainkan lidahnya, kejantanannya masih keras bercokol di vaginaku, terasa panas sudah, atau mungkin lecet.
Tidak lama kemudian nafsuku bangkit lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat menaik-turunkan tubuhku supaya kejantanan Fero bisa sliding lagi. Meskipun kakiku terasa lemas, kupaksakan untuk men-sliding kejantanan Fero yang sepertinya makin lama makin mengeras.
Melihatku sudah kecapean, Fero memintaku untuk masuk ke bathtub dan kuturuti keinginannya supaya aku kembali ke posisi doggie. Sebelum memasukkan kejantanannya, Fero membuka kran air hingga keluarlah air dingin dari shower di atas, kemudian dengan mudahnya dia melesakkan kejantanannya ke vaginaku untuk kesekian kalinya.
Bercinta di bawah guyuran air shower membuat tubuhku segar kembali, sepertinya dia dapat membaca kemauan lawan mainnya, kali ini kocokannya bervariasi antara cepat keras dan pelan. Tidak mau kalah, setelah terasa staminaku agak pulih, kuimbangi gerakan sodokan Fero dengan menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan ke kanan atau maju mundur melawan gerakan tubuh Fero.
Dan benar saja, tidak lama kemudian kurasakan cengkeraman tangan Fero di pantatku mengencang, kurasakan kejantanan Fero terasa membesar dan diikuti semprotan dan denyutan yang begitu kuat dari kejantanan Fero.
Vaginaku terasa dihantam kuat oleh gelombang air bah, denyutan dan semprotan itu begitu kuat hingga aku terbawa melambung mencapai puncak kenikmatan yang ke sekian kalinya. Kami orgasme secara bersamaan akhirnya, tubuhku langsung terkulai di bathtub.
Kucuran air kurasakan begitu sejuk menerpa tubuhku yang masih berpeluh. Fero mengambil sabun dan menyabuni punggungku serta seluruh tubuhku. Dengan gentle dia memperlakukan aku seperti layaknya seorang lady hingga aku selesai mandi.
Dengan hanya berbalut handuk aku keluar kamar mandi menuju ranjang untuk beristirahat. Kulihat Vicky sudah mengenakan piyama dan duduk di sofa memperhatikanku keluar dari kamar mandi. Expresi di wajah Vicky tidak dapat kutebak, tapi tiada terlihat sinar kemarahan atau cemburu melihat bagaimana aku bercinta dengan Fero di kamar mandi selama lebih dari satu jam.
Aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang yang hangat, mataku sudah terlalu berat untuk terbuka, masih kudengar sayup-sayup pembicaraan Vicky sebelum aku terlelap dalam tidurku.
“Kamu hebat Fero, belum pernah ada yang membuat dia orgasme terlebih dahulu, bahkan setelah bermain dengan dua orang.” kata Vicky ketika Fero keluar dari kamar mandi.“Ah biasa saja Om.” jawab Fero kalem merendah.
“Emang dia sering melayani 2 orang sekaligus..?” lanjut Fero.“Ah bukan urusanmu anak muda, oke Fero, tugas kamu sudah selesai, uang kamu ada di sebelah TV dan kamu boleh pergi.” kata Vicky.
“Om, boleh saya usul..?”“Silakan..!”“Kalau saya boleh tinggal dan menemani lebih lama bahkan sampai pagi, biarlah nggak usah ada tambahan bayar overtime, aku jamin dia pasti lebih dari puas.” usul Fero.“Cilaka..,” pikirku.Aku tidak tahu apa yang dikatakan Vicky karena sudah terlelap dalam tidur indah.
Entah sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuati menggelitik vaginaku. Sambil membuka mata yang masih berat, kulihat kepala sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar. Ah, Fero mulai lagi, pikirku.
Ketika aku menoleh ke sofa mencari Vicky, kulihat dia telanjang duduk di samping Fero yang juga telanjang sambil tersenyum ke arahku. Jadi siapa yang bermain di vaginaku saat ini, terkaget aku dibuatnya. Langsung duduk kutarik rambutnya dan ternyata si Andre, teman Fero yang kusuruh pulang bersama si pendek tadi.
Sebenarnya dia tidak terpilih bukan karena aku tidak tertarik, tapi aku harus memutuskan satu di antara dua yang baik.“What the hell going on here..?” pikirku, tapi tidak sempat terucap karena permainan lidahnya sungguh menggetarkan naluri kewanitaanku.
Kubiarkan Andre bermain di selangkanganku dan kunikmati permainan lidahnya, meskipun tidak sepintar Fero, tapi masih membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan.
“Ugh.., shh..!” aku mulai mendesis.Kubenamkan kepala Andre lebih dalam untuk mendapatkan kenikmatan lebih jauh. Andre menjilatiku dengan hebatnya hingga beberapa saat sampai kulihat Fero berdiri dari tempatnya dan menghampiri Andre.
Diangkatnya kakiku hingga terpentang dan Fero mengganjal pantatku dengan bantal hingga posisi vaginaku sekarang menantang ke atas.
Fero mengganti posisi Andre, menjilati vaginaku dengan mahirnya, kemudian mereka berganti posisi lagi. Cukup lama juga Fero dan Andre menjilati vaginaku secara simultan. Sensasinya sungguh luar biasa hingga aku larut dalam kenikmatan. Jilatan Andre sudah berpindah ke daerah anusku, ketika Fero menjilati pahaku terus naik dan berhenti untuk bermain di daerah vaginaku.
“Aahh.., gilaa.., aagh.., shit.. yess..!” aku terkaget, karena baru kali ini aku dijilati oleh dua laki-laki di daerah kewanitaanku.Bayangkan dua lidah dengan satu di anus dan satunya di vagina. Keduanya begitu expert dalam permainan lidah. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan dengan kata-kata, sensasi ini terlalu berlebihan bagiku, bahkan terbayang pun tidak pernah.
Dengan penuh gairah mereka bermain di kedua lubangku, aku tidak tahu harus berkata apa selain mendesah dan menjerit dalam kenikmatan birahi. Aku mencari pegangan sebagai pelampiasan rasa histeriaku, tapi tidak kudapatkan hingga akhirnya kuremas-remas sendiri buah dadaku yang ikut menegang.
Tidak tahan menahan sensasi yang berlebihan, akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Orgasme tercepat selama hidupku, tidak sampai penetrasi dan tidak lebih dari 15 menit, suatu rekor yang tidak perlu dibanggakan.
Mulut Fero tidak pernah beranjak dari vaginaku, disedotnya vaginaku seperti layaknya vacum cleaner.“Shit.. Fero.. stop.. stoop..! Please..!” pintaku menahan malu.filmbokepjepang.net Lidah Fero naik menelusuri perutku dan berhenti di antara kedua bukit di dadaku, lalu mendaki hingga mencapai putingku. Dikulumnya lalu sambil meremas buah dadaku dia mulai mengulum dan mempermainkan putingnya dengan lidah mautnya.
Belum sempat kurasakan mautnya permainan lidah Fero, aku merasakan Andre telah menyapukan kejantanannya di bibir vaginaku sebentar dan langsung kejantanan Andre tanpa basa basi langsung melesak masuk ke vaginaku.
Kurasakan ada perbedaan rasa dengan Fero karena bentuknya memang berbeda. Punya Fero besar dan melengkung ke kiri bawah, agak unik, sedangkan Andre kecil panjang melengkung lurus ke atas, jadi disini kurasakan dua rasa. BERSAMBUNG ke Candu Cerita Sex Gigolo II