Berawal Dari Tempat Kursus
Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2001, aku bersama temanku berniat
mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling
berkualitas di kota kami untuk persiapan UMPTN 2001. Sesampainya di sana aku
dan temanku disambut seseorang di tangga.
Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas.”
Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan aku
tahu dia tentor kelas IPA yang juga mengajarku di kelas, sangat kebetulan yah.
Tidak cakep sih kakak itu, namun rayuannya membuatku sangat tersanjung.
Dan wibawa serta senyumannya sangat membuatku terkesima, apalagi saat ia
menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Aku semakin kagum
melihatnya. Dari hari ke hari kami semakin akrab. Aku pun biasa diantarnya
pulang, kami pun sering ngobrol bersama tentang masalah kami karena kami
juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi kami. Kami juga
seringbercanda. Ia pun sesekali menyentuhku, sehingga aku merasakan sesuatu
yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.
Sampai pada suatu hari dia mengajakku nonton dan aku pun menerima ajakan
itu. Kami pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Saat film tengah
diputar, ia tidak henti-hentinya melihatku. Aku pura-pura serius nonton, tapi aku
sebenarnya juga melihatnya. Kemudian ia mulai berani memegang tanganku,
aku pun membiarkannya dan ia pun berkata, “Kakak sayang kamu.”
Serr.., rasanya aku tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya,
apalagi ketika ia mulai berani menyandarkan kepalanya di bahuku dan
meletakkan tangannya di pahaku. Aku semakin tidak kuasa menepisnya.
Kemudian ia pun memandangku sejenak dan langsung menyambar bibirku, aku
pun menyambutnya dengan mesra. Lidah kami saling bertautan dan aroma
nafas kami saling memburu mereguk nikmatnya air liur kami yang saling kami
tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi kami duduk tidak ada orang, jadi tidak
ada yang melihat aktivitas kami ini. Baru sekali ini saya melakukan hal seperti
ini di bioskop, bahkan sama pacar saya yang jauh lebih cakep dari kakak tentor
saya ini saya tidak pernah melakukannya. Itulah sebabnya saya sangat
menikmatinya.
Kakak saya yang satu ini pun semakin berani mengelus-elus paha mulusku yang
kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Kakak jadi tambah
sayang sama kamu.”
Kebetulan rok yang kupakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru
pendek selulut namun ada belahannya yang menyebabkan tangan kakakku ini
mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua pahaku.
Namun karena malu aku pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.”
Ia pun tidak memperhatikan kata-kataku, dan tangannya terus memaksa masuk.
Sekarang celana dalamku bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik,
maka ia akan mendapatkan kemaluanku yang sudah basah ini.
Ia berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama
Kakak. Ya Yang… ya..!”
Aku pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang ia mau, namun
tenaganya lebih kuat dari padaku, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitorisku.
Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika ia mulai memainkan
tangannya di lubangku bagian luar, mengelus-elus buluku yang tipis dan
menggesek-gesekkan klitorisku yang sudah basah dengan cairanku. Sungguh
sensasi yang luar biasa yang sudah lama tidak kurasakan. Memang sih pacarku
yang dulu (sebelum dengan yang sekarang) agak nakal dan suka minta jatah,
tapi yang sekarang orangnya sangat baik, alim, nggak kurang ajar. Tapi aku
gampang dekat sama laki-laki, jadi pacarku yah pacarku, temenku yah
temenku, kadang malah lebih dekat dari pacarku, seperti kakak tentorku sayang
yang sedang asyik memainkan klitorisku ini.
Tidak sadar aku pun mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil menjambak
rambutnya, “Ahh… ahh… Kakak.., Kakaak.., enak. Kakak nakall..!”
Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaraku.
Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Ia pun memandangiku dengan
mesranya.
“Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tanganku.
Sambil berjalan turun, aku pun membetulkan rokku yang sudah diacak-acak
olehnya tadi.
“Maafin kelakuan Kakak yah tadi.” ia pun memecahkan kebisuan di antara kami
berdua.
“Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. aku takut.” jawabku.
Ia langsung merangkul pinggulku dan mencium pipiku, sungguh sangat
mesranya. Kami pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.
“Turun dulu Kak..!” kataku saat taxi sudah sampai di depan rumahku.
Ia pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun
bersamaku. Sungguh lelaki yang bertanggung jawab dalam hatiku. Aku pun
mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa kami menyimpan kunci kalau tidak
ada orang di rumah. Maklumlah, ibuku sering pergi ke rumah kakakku yang
paling tua, sehingga aku biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-
saudaraku. Bapak dan ibu sudah cerai sejak aku SD.
Aku langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilku.
“Duduk Kak.., mo minum apa..?”
“Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?”
“Nggak ada Kak, lagi pergi kayaknya.”
“Oohh..”
Begitu percakapan kami setelah kami masuk. Aku pun langsung masuk kamar
untuk mengganti baju.
“Tunggu sebentar yah Kak.” kataku, namun ia langsung mengikutiku ke dalam
kamar dan menggendongku ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarku.
“Kak, Kakak mau apa..?” tanyaku lugu.
“Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya.
“Jangan Kak, aku takut..!” kataku lagi tapi dia langsung memelukku dan
meciumku dengan liarnya.
Aku yang juga sudah terangsang menyambutnya dengan ciumanku yang
bernafsu.
“Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut kami yang saling terpaut mesra.
Ia pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depanku. Kemaluannya yang
menggelantung di depanku sangat besar, baru kali ini aku melihat yang sebesar
ini. Kemaluan pacar-pacarku tidak ada yang sebesar dan sehitam ini, sungguh
membuatku ingin merasakannya. Walaupun aku suka petting samapacarku,
namun aku masih tetap menjaga perawanku sampai saat ini. Aku tidak kuasa
menolak ketika ia melepaskan seluruh bajuku, sehingga aku polos tanpa sehelai
benang pun yangmenempel pada tubuhku.
Di kamarku sendiri, di atas ranjangku sendiri, dimana ibuku biasa tidur
bersamaku, sekarang akusedang memegangi batang kemaluan tentorku yang
amat panjang dan keras yang ia sodorkan ke mulutku. Walaupun sempat
menolak karena agak jijik, namun akhirnya aku mau juga dan malah keenakan
menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu aku
kecil.
Kakak tentorku pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang..
terus..!”
Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulutku di batang
kemaluannya.
Dalam posisi aku tidur dan ia mengangkang di atasku sambil kedua tangannya
meraih payudaraku dan meremas-remasnya, aku pun keenakan dibuatnya. Ia
kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudaraku secara bergantian
dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitorisku dan sesekali menusuk
masuk ke lubangku yang sudah amat becek. Aku pun merasa sangat nikmat
dibuatnya.
“Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Kaa.. Kkaakaa..kkk tyus Kak eenaakk.., ah.. aahh
uhh yeah..!” begitulah teriakanku sambil meracau tidak karuan karena menahan
nikmat yang luar biasa.
Ia pun menjilati tubuhku, turun dan turun hingga sampai kepada lubang
kemaluanku yang ia garapmesra.
Aku pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… Kakkk.., aku mo keluar..!”
Ia seakan tidak menggubrisku, jilatannya pindah ke arah paling sensitif.
Klitorisku dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku hanya bisa merem melek
dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian
tubuhku yang sensitif.
“Kakkk.., Kakkk.., aku keluarrh. Ahh.., aahh..!” aku pun mengeluarkan cairanku,
namun ia tidak berhenti menghisap vaginaku sampai semuanya dibuat bersih.
“Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” aku seakan tidak perduli lagi apa yang
kuucapkan.
Ia pun mencoba menusukku dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi.
Sungguh seorang kakak yang perlu diteladani, ia mau memuaskanku dulu baru
memikirkan nasib ‘adek’-nya.
Aku pun dengan senang hati melebarkan kakiku untuknya, seakan aku pasrah
memberikan diriku untuknya. Ia pun berusaha memasukkan batang penisnya ke
arah vaginaku, namun agak sulit karena memang aku masih perawan. Aku pun
merasa sakit, namun karena ia juga meremas payudaraku dan menghisap
bibirku, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahananku
berhasil ditembusnya.
Aku pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!”
Ia pun membelai rambutku, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”
Ia pun nampak keasyikkan menikmati jepitanku, “Uhh.., Dekk.., kamu
hebat..!”Kami pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting
susuku yang semakin mengeras.
“Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!”
Ia pun menghisap bibirku dengan lembut.
Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. aku mo
keluarr. Oohh aku sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairanku.
Aku pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhku seiring
keluarnya cairan di liang kenikmatanku beserta darah segar yang sejak tadi
keluar dan membasahi sepreiku. Namun aku tidak menangis dan menyesalinya,
bahkan seketika itu juga dia mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang
kemaluanku dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajahku, dan mulutku.
Aku pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia
semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.,,,,,,,,,,,,,,